Persiapan Menuju Haji Mabrur (Oleh: Ustaz Bachtiar Nasir)

Oleh: Ustaz Bachtiar Nasir, Lc. MM.

Da’i dan Ulama’ yang sangat sering mengkaji dan mendalami Ilmu-Ilmu Al-Qur’an

ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala menjanjikan ganjaran yang besar bagi mereka yang mampu mencapai haji yang mabrur, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ. رواه البخارى ومسلم.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda: “Dari umrah yang satu ke umrah berikutnya akan mengahpuskan dosa di antara keduanya dan tidak ada balasannya melainkan surga. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Tentunya setiap orang yang menunaikan ibadah haji sangat mendambakan mendapatkan titel haji yang mabrur tersebut, dan pastinya tidak semua yang berangkat haji ke Baitullah mendapatkan dambaan itu.

Bahkan ketika Mujahid berkata kepada Abdullah bin Umar, “Berapa banyak orang yang berhaji”, beliau berkata, “Betapa sedikitnya orang yang berhaji, tapi katakanlah berapa banyak orang melakukan perjalanan.”

Untuk mencapai haji yang mabrur itu ada beberapa hal yang sangat perlu kita perhatikan dalam menunaikan ibadah haji. Salah satunya adalah dengan mengikuti manasik haji dan membaca buku-buku yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji.

Sehingga ibadah haji kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga karena dalam beribadah kita harus berdasarkan ilmu, tidak hanya sekadar ikut-ikutan orang lain tanpa mengetahui dasar dan dalilnya.

Hal lain yang sangat penting kita perhatikan adalah masalah niat kita dalam menunaikan ibadah haji itu haruslah murni ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bukan karena ingin gelar haji, bukan karena ingin terpandang di masyarakat, bukan karena nafsu-nafsu keduniaan lainnya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

Dari Abu Hurairah ra ia berkata, “Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda: “Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Aku adalah Dzat Yang paling tidak butuh kepada persekutuan para sekutu, barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang didalamnya dia mempersekutukanKu dengan sesuatu selainKu, maka Aku akan meninggalkannya berserta kesyirikan yang diperbuatnya.” (Riwayat Muslim).

Jiwa dan diri kita juga harus kita persiapkan untuk menunaikan ibadah haji. Di antara hal yang perlu kita lakukan dalam ini adalah:

Pertama, Bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sebenar-benarnya taubat (taubat nasuha) atas segala dosa-dosa yang telah kita lakukan sebelumnya.

Kedua, Memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan penuh rasa takut dan pengharapan agar dimudahkan dalam menunaikan ibadah haji dan dijaga ibadah hajinya dari segala hal yang dapat merusaknya.

Ketiga, Membebaskan dri dari segala utang, titipan orang lain ataupun segala hak orang lain yang ada pada kita dengan mengembalikannya kepada yang berhak.

Keempat, Menuliskan wasiat bagi keluarga.

Kelima, Meninggalkan nafkah yang cukup bagi anggota keluarga yang menjadi tanggungannya sehingga hak itu tidak mengganggu pikirannya dalam beribadah.

Keenam, Betul-betul menyiapkan harta yang halal untuk pelaksanaan ibadah haji tersebut karena Allah tidak akan menerima haji yang dilaksanakan dengan harta yang haram.

Ketujuh, Selain tentang ibadah haji, kita juga harus belajar tentang hukum ibadah dalam perjalanan seperti menjamak dan mengqashar shalat, tayamum dan lain-lainnya.

Disamping itu kita juga harus mengetahui dan berusaha merasakan hakikat, ruh dan tujuan sebenarnya dari ibadah haji yang kita lakukan karena itu akan sangat membantu kita untuk mencapai haji mabrur yang kita dambakan, dan agar haji kita tidak hanya sekadar rekreasi dan jalan-jalan yang tidak ada pengaruhnya bagi jiwa kita.

Kedelapan, Di antara tujuan ibadah haji adalah pemantapan dan penguatan tauhid dalam jiwa setiap muslim yang berhaji. Hal itulah yang kita ikrarkan dalam talbiyah yang selalu kita ucapkan.

Kesembilan, Haji juga bertujuan untuk mendidik kita untuk mengagungkan syiar-syiar Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak adanya keinginan dan keberanian untuk melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ‌ اللَّـهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (Surat Al-Hajj [22]: 32).

Haji juga mendidik umat Islam dengan akhlak-akhlak mulia seperti menjaga kesucian diri, menahan amarah, sikap lemah lembut, bertanggung jawab terhadap kesalahan yang bisa kita lihat dalam kewajiban membayar fidyah ketika kita melakukan hal yang dilarang dalam ihram.

Suasana dan tata cara pelaksanaan haji juga mengingatkan kita akan hari pembalasan yang pasti akan datang.

Haji juga mendidik orang beriman untuk betul-betul tunduk dan patuh kepada segala ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala meskipun terkadang ia tidak memahami maknanya seperti memakai pakaian yang tidak berjahit, thawaf dan sa’i dan prosesi ibadah haji lainnya.

Haji juga menguatkan persaudaraan seiman dan persatuan umat Islam, di mana hanya pada saat ibadah haji inilah umat Islam dari seluruh dunia dengan berbagai bahasa, warna kulit, negara, suku, paham dan aliran berkumpul dan berinteraksi dengan saudara seimannya dan bersatu dalam melaksanakan perintah Allah SWT.

Haji juga bertujuan agar umat Islam selalu ingat dan berdzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena sepanjang ibadah haji ini semua dipenuhi dengan talbiyah, tahmid, takbir, tahli dan segala macam doa yang dipanjatkan oleh mereka yang haji dengan penuh pengharapan.

Seorang yang menunaikan ibadah haji juga harus berusaha menjaga dirinya dari melakukan maksiat dan hal-hal yang dilarang dalam ibadah haji, dan tentunya itu semua hal itu hanya dapat kita ketahui jika kita belajar dan membaca segala yang berkaitan dengan ibadah haji kita sebelum kita melaksanakannya.

Kesempatan kita dapat melaksanakan ibadah haji di tanah suci juga harus kita perrgunakan dengan sebaik-baiknya dan tidak menyia-nyiakannya dengan memperbanyak segala bentuk ketaatan dalam setiap kesempatan yang ada.

Ibadah haji merupakan kesempatan kita untuk banyak berdoa, berdzikir, membaca al-Qur`an dan segala macam amal kebaikan lain yang mampu kita lakukan. Jangan sampai kita menyia-nyiakan kesempatan yang dikaruniakan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita.

Tanda mabrurnya haji seorang hamba adalah adanya keteguhan dan istikamah dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala setelah haji. Karena diantara tanda diterimanya ibadah seorang hamba di sisi Allah adalah ia diberi taufik untuk melakukan kebaikan setelah amalan tersebut.

Sebaliknya, jika setelah beramal shaleh malah melakukan kejahatan atau maksiat maka itu adalah tanda bahwa Allah tidak menerima amalannya. Imam Hasan al-Basri mengatakan haji yang mabrur adalah jika ia kembali menjadi zuhud terhadap dunia dan sangat merindukan akhirat. Wallahu a’lam bish shawab. (A/R4/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: kurnia

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.