Pertamina Bersiap Kelola Ladang Minyak di Iran

Penandatanganan MoU Investasi Indonesia- saat Kunjungan Presiden RI ke Iran pada 14 Desember 2016. Foto: Dok Kemenlu

Tehran, 16 Rabi’ul Awwal 1438/16 Desember 2016 (MINA) – Dalam kunjungan ke Iran, Presiden Joko Widodo menyebutkan tahun depan PT (Persero) akan mulai akan berinvestasi untuk mengelola ladang minyak di Iran yang memiliki cadangan minyak sangat besar.

“Pada Februari 2017, Pertamina akan berinvestasi untuk mengelola ladang minyak di Iran yang memiliki cadangan minyak sangat besar. Sebaliknya Iran akan membangun pembangkit listrik dengan kapasitas yang besar dan kilang minyak di Indonesia,” kata Presiden Jokowi saat beramah tamah dengan masyarakat Indonesia yang berada di Iran, di Hotel Espinas Palace, Teheran, Rabu (14/12) malam waktu setempat, sebagaimana Kemenlu mengeluarkan pernyataan yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Jokowi menyampaikan era baru hubungan Indonesia dengan Iran akan memberikan manfaat kepada masyarakat di kedua negara. Ia menyebutkan, dari pertemuannya dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, kedua negara sepakat meningkatkan perdagangan berlipat-lipat, dari 280 juta Dolar AS saat ini menjadi 2 miliar Dolar AS.

Sebelumnya, Jokowi yang hadir dalam ramah tamah tersebut didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo menjelaskan tantangan yang dihadapi oleh semua negara di dunia ini adalah adanya tekanan ekonomi global. Meski demikian, ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh 5,18 persen pada kuartal kedua 2016 dan 5,02 persen pada kuartal ketiga 2016.

“Bahkan kalau dibandingkan dengan negara-negara besar anggota G20, kita masih berada di peringkat tiga. Tahun depan diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih berada di kisaran 5,1 persen,” ungkap Jokowi seraya menambahkan, yang penting kita jaga agar naik, meski sedikit. Yang penting tidak anjlok.

Jokowi menyebutkan Indonesia saat ini fokus pada pembangunan infrastruktur, pembangunan di luar Pulau Jawa, seperti pembangunan jalan tol dari Lampung menuju Aceh, jalan tol Balikpapan-Samarinda, pelabuhan Kuala Tanjung, rel kereta api di Sulawesi.

“Pembangunan infrastruktur ini untuk menurunkan biaya logistik dan biaya transportasi sehingga pada akhirnya menurunkan harga barang,” terang Presiden.

Saat ini, lanjut Presiden Jokowi, di Papua dan Papua Barat telah berlaku bahan bakar minyak (BBM) satu harga. Sebelumnya, di beberapa daerah di Papua, seperti di Wamena, Jayawijawa harga BBM per liternya adalah Rp. 60.000 hingga Rp. 70.000 per liter.

“Di Jawa Rp. 6.400 per liter dan kalau naik Rp. 1.000 per liter, demonya tiga bulan. Saudara kita di Papua harga Rp. 70.000 per liter nggak pernah demo,” terang Presiden seraya mengatakan, sejak satu setengah bulan yang lalu, harga BBM di Papua dan Papua Barat dengan wilayah lain di Indonesia sudah sama.

Menurut Presiden, upaya ini dapat terealisasi karena adanya pesawat khusus pengangkut BBM ke Papua dan Papua Barat untuk menembus medan sulit yang menjadi penyebab tingginya harga BBM di Papua dan Papua Barat.

Dijelaskan Presiden, jika upaya ini tidak mudah. Ia menyebutkan, Direktur Utama Pertamina mengatakan jika harga BBM di Papua dan Papua Barat disamakan dengan di Pulau Jawa diperlukan biaya Rp. 800 miliar setiap tahunnya.

Saat itu Presiden menanyakan kepada Dirut Pertamina, berapa keuntungan Pertamina? “Tahun ini keuntungan Pertamina Rp. 40 Triliun. Jadi kalau dikurangi Rp. 800 miliar tidak ada apa-apanya untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ucap Presiden yang disambut tepuk tangan masyarakat Indonesia yang hadir di acara tersebut.

Turut hadir mendampingi Presiden, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Kepala BKPM Thomas Lembong dan Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad.(L/R04/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)