Khartoum, MINA – Ibu kota Sudan, Khartoum, tampak lebih tenang pada Sabtu (27/5) pagi ketika gencatan senjata tujuh mengurangi tensi pertempuran antara dua faksi militer, meskipun hanya sedikit bantuan kemanusiaan yang bisa didistribusikan kepada jutaan orang yang terperangkap di wilayah itu.
Gencatan senjata yang ditandatangani pada Senin (22/5) oleh dua pihak yang bertikai, Tentara Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) bertujuan untuk mengamankan jalur bantuan kemanusiaan yang disponsori oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi.
Seperti dikutip dari Arab News, para saksi mata mengatakan, Khartoum lebih tenang, meskipun dilaporkan terjadi bentrokan sporadis pada malam hari.
Penyiar Teluk Al-Arabiya melaporkan beberapa bentrokan terjadi di Khartoum barat laut dan Omdurman selatan, sebuah kota yang berdekatan dengan ibu kota.
Baca Juga: Iran dan Arab Saudi Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan di Bawah Mediasi Tiongkok
Dalam sebuah pernyataan, RSF dan SAF saling menuduh tentara melanggar gencatan senjata dan menghancurkan fasilitas negara dalam serangan udara.
Konflik yang terjadi sejak 15 April 2023, telah menewaskan sedikitnya 730 warga sipil dan menyebabkan 1,3 juta warga Sudan meninggalkan rumah mereka ke bagian negara yang lebih aman.
“Lingkungan kami telah menjadi zona perang. Layanan telah runtuh dan kekacauan telah menyebar di Khartoum,” kata Ahmed Salih, 52 tahun, seorang penduduk kota. (T/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kemlu Yordania: Pengeboman Sekolah UNRWA Pelanggaran terhadap Hukum Internasional