Jakarta, MINA- Pertemuan antara Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Rabu, (28/5), di Istana Merdeka, Jakarta, menyita perhatian publik. Tak hanya karena penguatan kerja sama bilateral, tetapi juga karena arah kebijakan luar negeri Indonesia terhadap isu Palestina dan potensi pembukaan hubungan diplomatik dengan Israel.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof. Sudarnoto Abdul Hakim, menegaskan bahwa membuka normalisasi hubungan dengan Israel tanpa penghentian penjajahan adalah bentuk pengkhianatan terhadap konstitusi, sejarah diplomasi Indonesia, dan prinsip kemanusiaan universal.
Hal itu disampaikan dalam merespon pernyataan Presiden Prabowo soal kemungkinan membuka hubungan diplomatik dengan Israel, syaratnya mengutamakan Palestina merdeka secara penuh.
“UUD 1945 menegaskan bahwa penjajahan harus dihapuskan di muka bumi. Selama Israel masih menjajah Palestina, menduduki wilayahnya, dan menahan warganya, Indonesia tak punya alasan untuk menjalin hubungan diplomatik. Namun jika penjajahan itu dihentikan sepenuhnya, maka diplomasi bisa dipertimbangkan demi perdamaian global,” tegas Sudarnoto.
Baca Juga: Macron Apresiasi Peran Aktif Indonesia dalam Perdamaian Global
Meski demikian, MUI tetap mengingatkan bahwa keadilan harus ditegakkan. Ia menyerukan agar Israel dihukum atas kejahatan perang yang dilakukan, termasuk dengan menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagaimana telah diperintahkan Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
“MUI mendukung langkah pemerintah Indonesia yang terus berpihak pada perjuangan rakyat Palestina. Ini sejalan dengan hasil Ijtima Ulama dan menjadi komitmen bersama umat Islam Indonesia,” pungkasnya.
Dia juga menyatakan bahwa pertemuan tersebut memiliki makna strategis di tengah dinamika global, terutama pascagenosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Gaza.
Ia menilai bahwa kunjungan Macron ke Jakarta, menyusul kunjungan kenegaraan PM Cina sebelumnya, menjadi simbol penting dari konsolidasi global untuk perdamaian dan kemanusiaan.
Baca Juga: UIN Ar-Raniry akan Dijadikan Nama Ruangan di RSIA Gaza
“Perancis adalah satu dari sedikit negara Barat yang bersikap tegas mendukung kemerdekaan Palestina. Ini menandakan mulai terjadinya keretakan di antara negara-negara pendukung Israel,” kata Sudarnoto
Ia menambahkan, dukungan dunia internasional terhadap Palestina makin kuat, sehingga dapat mengapresiasi komitmen kedua pemimpin negara dalam memperkuat dukungan kepada Palestina.
Prof. Sudarnoto menyebutkan, langkah tersebut bukan semata untuk kepentingan bilateral, tetapi juga merupakan wujud solidaritas kemanusiaan, kedaulatan, dan perdamaian sejati.
Harapan dari Pertemuan Prabowo dan Macron dapat menjadi momentum bagi terbentuknya aliansi global negara-negara pecinta damai untuk menekan Israel menghentikan penjajahan dan genosida terhadap Palestina, serta mengembalikan perdamaian di kawasan Timur Tengah.[]
Baca Juga: Dr. Sarbini Abdul Murad: Mengakui Negara Israel Bertentangan dengan UUD 1945
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dekan IPB Sebut Zakat Bukan Profit-Oriented, tapi Maslahat-Oriented