Faktor agama selama ini sering diabaikan sebagai faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Namun, ke depan, para eksekutif kini perlu menimbang serius faktor yang sering diabaikan itu, yakni agama.
Periset Brian Grim dan Philip Connor menunjukkan bagaimana pertumbuhan agama dan jumlah ummatnya akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di masa depam. Pada 2050, pemeluk agama Islam akan meningkat dari 1,6 miliar pada 2010 menjadi 2,76 miliar jiwa.
“Pertumbuhan jumlah pemeluk Islam dan agama akan berdampak terhadap bagaimana keuangan dunia menyebar di muka bumi ini,” ujar Grim dalam siaran pers yang diterima Deseret News, dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Paul Godfrey, profesor strategi bisnis dari Universitas Brigham Young, mengatakan kebijakan pemasaran yang disesuaikan dengan ketentuan agama tertentu akan berpengaruh terhadap pangsa penjualan. Label halal untuk agama Islam misalnya.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Itu merupakan faktor sederhana, tapi yang tidak dapat diabaikan,” kata Paul Lambert, profesor bisnis dari Universitas Georgetown. “Teknik pemasaran sangat berperan penting dalam segala hal dan akan menentukan setiap keuntungan yang dapat diraup,” tambahnya.
Pada 2050, Islam akan menjadi agama dengan pertumbuhan paling pesat. Populasi muslim terbesar akan beralih dari Indonesia ke India . China, Amerika Serikat (AS), India, Jepang, dan Indonesia diprediksi akan memiliki PDB terbesar pada 2050.
“Luas pasar umat muslim diperkirakan akan meningkat dua kali lipat antara tahun 2010-2050. Islam akan menjadi agama yang memimpin pertumbuhan populasi di dunia dari seluruh agama, baik yang sudah ada sekarang ataupun belum ada,” imbuh Grim di Forbes. (T/P020/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah