Manama, MINA – Perekonomian Bahrain tercatat tumbuh pada laju tercepat dalam satu dekade sejak 2013 tahun lalu, didorong oleh percepatan pertumbuhan non-minyak, menurut data awal pemerintah.
Ekonomi secara keseluruhan tumbuh hampir 5 persen, didorong oleh pertumbuhan 6,2 persen di sektor non-minyak.
Jumlah ini lebih tinggi dari yang diantisipasi oleh rencana pemulihan pemerintah yang diluncurkan pada tahun 2021, sebagai tanggapan terhadap pandemi virus corona. Al-Arabiya melaporkan, Selasa (28/3/2023).
Hotel dan restoran memimpin pertumbuhan di sektor non-minyak, diikuti oleh jasa pemerintah dan kemudian real estat.
Baca Juga: Kemlu Yordania: Pengeboman Sekolah UNRWA Pelanggaran terhadap Hukum Internasional
Ekonomi minyak justru menyusut 1,4 persen tahun lalu, menurut kementerian keuangan, sebagai akibat dari penurunan produksi.
Harga minyak yang lebih tinggi telah membantu negara tetangga Arab Saudi menjadi salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Tahun ini, ekonomi negara Teluk terlihat tumbuh hampir 3 persen, sejalan dengan perkiraan dari Dana Moneter Internasional, tanpa pertumbuhan terlihat pada PDB minyak.
Bahrain masih sangat bergantung pada harga energi untuk membantu menyeimbangkan anggaran karena tingkat utangnya yang tinggi.
Baca Juga: Parlemen Arab Minta Dunia Internasional Terus Beri Dukungan untuk Palestina
IMF memperkirakan harga minyak yang dibutuhkan Bahrain untuk menyeimbangkan anggarannya adalah $122 per barel tahun ini, tertinggi di antara negara tetangga dan jauh di bawah level saat ini.
Negara itu mendorong mundur target penyeimbangan anggaran dua tahun hingga 2024 sebagai tanggapan atas dampak ekonomi dari pandemi.
IMF memperkirakan Bahrain akan melaporkan defisit 6 persen dari produk domestik bruto tahun ini. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ribuan Warga Yordania Tolak Pembubaran UNRWA