New York, 2 Rabiul Awal 1436/24 Desember 2015 (MINA)- Sebuah penelitian dari universitas di Amerika Serikat (AS) menyebutkan, perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk di kota meningkatkan potensi ancaman demam berdarah (DBD).
“Virus dengue rentan meningkat karena pemanasan global dan urbanisasi. Hal itu banyak terjadi di negara-negara Afrika Barat dan Tengah, Amerika Selatan dan Eropa,” kata sebuah penelitian seperti dilaporkan Press TV yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu.
Pertama kalinya peta kerentanan DBD yang diterbitkan pada Selasa (23/12) memperingatkan bahwa virus itu dapat menyebar ke beberapa daerah di Afrika Barat dan Tengah karena sanitasi yang buruk dan kualitas air minum serta layanan kesehatan yang tidak memadai.
Penelitian tersebut menambahkan, sebagaian bumi menghangat dan demam berdarah dapat menyebar ke sebagian besar Eropa dan daerah pegunungan di Amerika Selatan dan suhu dingin dapat membantu peningkatan populasi nyamuk.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Demam berdarah merupakan penyakit tropis disebabkan oleh virus dengue dari nyamuk dengan gejala demam, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, dan kulit yang mirip dengan campak.
Dengue telah menjadi masalah global sejak perang dunia kedua dengan daerah terdampak di lebih dari 110 negara.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, penyakit ini telah membunuh sekitar 20.000 orang setiap tahun dan menginfeksi hingga 100 juta orang. (T/P010/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza