
perundingan Suriah
di Wina, Sabtu, 14 November 2015. (Foto: AA)" width="300" height="169" /> Konferensi pers setelah perundingan Suriah di Wina, Sabtu, 14 November 2015. (Foto: AA)Wina, Austria, 3 Safar 1437/15 November 2015 (MINA) – Perundingan Suriah di Wina, Austria, Sabtu (14/11) telah menghasilkan beberapa kesepakatan yang menjadi terobosan besar sebagai solusi politik bagi konflik Suriah.
Di antara kesepakatan utama yang disetujui oleh para diplomat dunia dan delegasi pro dan anti Presiden Suriah Bashar Al-Assad adalah “melaksanakan pemilihan umum dalam waktu 18 bulan ke depan”.
Poin lainnya, kelompok penentang Presiden Suriah harus terlibat dalam pembicaraan masa depan tentang proses politik di negara itu dan segera melakukan gencatan senjata, Al Jazeera melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Setelah pembicaraan, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan, negosiasi antara pemerintah Suriah dan oposisi harus dimulai 1 Januari 2016.
Baca Juga: AS Tingkatkan Serangan terhadap Cabang Al-Qaeda Hurrasud-Din
Kerry menambahkan, kelompok Islamic State (ISIS/Daesh) dan Nusra Front afiliasi Al-Qaeda ditetapkan sebagai organisasi teroris dan tidak akan menjadi bagian dari gencatan senjata atau pembicaraan.
Di hadapan wartawan bersama Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura, pejabat AS itu mengatakan, pemerintahan transisi untuk Suriah harus ditetapkan dalam enam bulan ke depan, dengan harapan bisa melaksanakan pemilu 18 bulan ke depannya.
“Kita masih berbeda tentang apa yang terjadi pada Bashar al-Assad,” kata Kerry.
Lavrov mengatakan, mayoritas delegasi ingin gencatan senjata segera di Suriah. (T/P001/P2)
Baca Juga: Mesir akan Jadi Tuan Rumah KTT Arab tentang Rekonstruksi Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Turki Renovasi Bandara Internasional Damaskus yang Rusak Imbas Perang Saudara