Tokyo, MINA – Sebuah perusahaan pertahanan dan penerbangan Jepang, hari Selasa (6/2), mengumumkan telah mengakhiri pakta kerja sama strategis dengan perusahaan teknologi militer Israel, Elbit Systems, setelah keputusan sementara Pengadilan Internasional mengenai Israel bulan lalu.
“Saat ini kami telah menangguhkan segala kegiatan baru yang terkait dengan Nota Kesepahaman dan berencana untuk mengakhiri Nota Kesepahaman tersebut pada akhir Februari,” kata Hachimura Tsuyoshi, Chief Financial Officer Itochu Aviation. Anadolu Agency melaporkan.
Kemitraan ini terjalin atas permintaan Kementerian Pertahanan Jepang sebagaimana dianggap perlu untuk keamanan nasional dan Pasukan Bela Diri Jepang, katanya saat konferensi pers.
Pada keputusan Pengadilan Dunia tanggal 26 Januari, Hachimura mengatakan Tokyo mendukung peran Pengadilan tersebut dan dengan demikian memutuskan perjanjian bulan ini.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Pada Maret 2023, Itochu menandatangani Nota Kesepahaman kerja sama strategis dengan Elbit Systems, produsen teknologi militer dan peralatan pertahanan Israel.
Perusahaan di bawah payung Itochu Corp memiliki investasi luar negeri di berbagai sektor, termasuk energi, keuangan, pertahanan, kimia, komunikasi, makanan, tekstil, dan konstruksi.
Pengadilan PBB, pada tanggal 26 Januari, berpendapat klaim Afrika Selatan bahwa Israel melakukan genosida adalah masuk akal. Pengadilan mengeluarkan perintah sementara yang mendesak Israel untuk berhenti menghalangi pengiriman bantuan ke Gaza dan memperbaiki situasi kemanusiaan.
Pernyataan tersebut mencatat bahwa tim internasional dibentuk untuk menindaklanjuti kejahatan Israel yang dilakukan di Gaza.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Israel melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza pada 7 Oktober yang menewaskan sedikitnya 27.585 warga Palestina dan melukai 66.978 orang menyusul serangan mendadak oleh kelompok Perlawanan Palestina, Hamas.
Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB. (T/R7/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant