PERNAHKAH kita merenung, bahwa justru dari perut yang kita isi setiap hari bisa muncul beragam penyakit yang menggerogoti tubuh dan melemahkan ruhani? Perut yang kenyang tak hanya mengundang kantuk, tapi juga menumpulkan akal, melemahkan semangat ibadah, dan memicu timbunan penyakit berbahaya seperti diabetes, kolesterol, hingga tekanan darah tinggi.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pun telah memperingatkan kita jauh sebelum sains modern menemukan fakta-fakta tersebut. Maka, sudah saatnya kita menyadari bahwa mengumbar nafsu makan bukan sekadar soal selera, melainkan awal kehancuran diri bila tidak dikendalikan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٍ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ، وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“Tidak ada wadah yang diisi oleh anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suapan untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk napasnya.” (HR. Tirmidzi, no. 2380; Ibnu Majah, no. 3349; hasan sahih)
Baca Juga: Hidup Sekali, Jangan Salah Tujuan: Dunia Bukan Segalanya
Beberapa pelajaran penting
Hadis ini menunjukkan bahwa mengisi perut secara berlebihan merupakan kebiasaan buruk yang mendatangkan kerusakan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan panduan ideal: makan secukupnya untuk mempertahankan kekuatan, dan bila perlu makan lebih, tetap dibatasi sepertiga-sepertiga, demi menjaga kesehatan tubuh dan kestabilan jiwa. Berikut beberapa pelajaran penting dari hadist di atas.
Pertama, Perut adalah Wadah Penting, tapi Berbahaya jika Disalahgunakan. Perut adalah pusat konsumsi. Apa yang masuk ke dalamnya akan diserap oleh tubuh dan memengaruhi organ-organ penting. Ketika perut diisi sembarangan atau berlebihan, berbagai penyakit pun bisa timbul, mulai dari penyakit fisik hingga penyakit hati seperti malas ibadah.
Kedua, Keseimbangan antara Fisik dan Ruhani. Hadis ini juga mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan fisik dan ruhani. Orang yang terlalu banyak makan akan merasa berat untuk beribadah. Perut yang kenyang bisa menyebabkan kantuk, malas, dan sulit untuk fokus dalam shalat dan membaca Al-Qur’an.
Baca Juga: Zionis Israel Tak Punya Tanah, Apalagi Masa Depan
Ketiga, Pelajaran Gizi: Proporsi Sepertiga-Sepertiga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam secara luar biasa mengajarkan konsep proporsi yang seimbang: sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sepertiga udara. Konsep ini terbukti secara ilmiah mencegah gangguan pencernaan dan menjaga efisiensi kerja lambung serta sistem pernapasan.
Keempat, Puasa sebagai Latihan Menjaga Perut. Ibadah puasa dalam Islam menjadi latihan terbaik dalam menahan hawa nafsu, termasuk nafsu makan. Puasa secara langsung membersihkan perut dari kelebihan makanan dan memberikan waktu bagi sistem pencernaan untuk beristirahat. Ini juga berdampak besar bagi kesehatan fisik dan mental.
Kelima, Makan Secara Sederhana: Sunnah yang Menyelamatkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya dikenal hidup sederhana, termasuk dalam hal makan. Beliau kadang hanya makan kurma dan air, atau sepotong roti. Meski miskin harta, mereka sehat dan kuat karena tidak berlebihan dalam makan. Ini adalah sunnah yang perlu diteladani.
Keenam, Makanan Halal dan Thayyib. Selain membatasi jumlah makanan, Islam juga menekankan kualitasnya. Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu…” (Qs. Al-Baqarah: 172). Halal dan thayyib berarti makanan itu bukan hanya boleh dimakan, tapi juga baik untuk tubuh.
Baca Juga: Tarif Trump dan Kedaulatan Ekonomi Indonesia
Ketujuh, Menghindari Makanan Haram sebagai Bentuk Kesehatan Hati. Makanan haram bisa mengeraskan hati dan menjadi penghalang terkabulnya doa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik…” (HR. Muslim). Menghindari makanan haram bukan hanya untuk menjaga tubuh, tapi juga agar hati tetap bersih dan jiwa terjaga.
Kedelapan, Penyakit-penyakit dari Perut: Bukti Nyata. Secara medis, banyak penyakit bersumber dari perut, seperti maag, kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes, dan gangguan ginjal. Semuanya sering diawali dari pola makan yang salah. Hal ini menunjukkan kebenaran sabda Nabi bahwa perut bisa menjadi “wadah keburukan” bila tidak dijaga.
Kesembilan, Mengendalikan Nafsu adalah Jalan Menuju Ketakwaan. Mengendalikan perut adalah bentuk dari mujahadah an-nafs (perjuangan melawan hawa nafsu). Orang yang mampu menahan makan insya Allah juga akan lebih mudah menahan amarah, syahwat, dan keinginan duniawi lainnya. Karena itu, mengatur perut adalah awal dari mengatur hidup secara keseluruhan.
Kesepuluh, Pengaruh Kesehatan Perut terhadap Akhlak dan Ibadah. Ketika perut dijaga dengan baik, seseorang cenderung lebih tenang, ringan ibadah, dan stabil emosinya. Sebaliknya, perut yang terus-menerus kenyang bisa menyebabkan berat tubuh bertambah, kantuk berlebihan, dan kegelisahan. Ini berdampak pada akhlak dan amal keseharian.
Baca Juga: Ketika Palestina Dibantai, Di Mana Suara Negara-Negara Arab?
Dari hadis di atas dan pelajaran ilmiah yang kita kaji, tampak bahwa Islam sangat memperhatikan urusan perut. Bukan hanya soal jumlah makanan, tetapi juga jenis dan waktunya. Maka, menjaga perut adalah bagian dari ibadah dan bentuk syukur atas nikmat kesehatan yang Allah berikan.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Melanjutkan Amal Kebaikan di Bulan Syawal