Gaza, MINA – Perwakilan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Palestina Richard Peeperkorn menyebutkan bahwa utara Jalur Gaza menjadi “zona bencana kemanusiaan” akibat serangan rezim Israel yang diluncurkan sejak 7 Oktober lalu.
WHO menyoroti konsekuensi-konsekuensi buruk di tengah operasi pengeboman terus-menerus oleh pendudukan Israel.
Dalam waktu 66 hari, Peeperkorn menyebut sistem kesehatan Gaza yang sebelumnya bisa memenuhi indikator-indikator kesehatan “setara dengan negara tetangga” telah terhenti.
Sebanyak 36 rumah sakit di Gaza dan 70 persen dari fasilitas kesehatan telah berhenti beroperasi.
Peeperkorn pun melaporkan, bahwa misi petugas-petugas kemanusiaan di Gaza terhalang oleh berbagai rintangan, termasuk inspeksi di pos-pos militer Israel.
Peeperkorn menyebut, dua petugas Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) ditahan pasukan Israel selama lebih dari satu jam, dilecehkan dan ditelanjangi.
“Staf WHO melihat salah satu dari mereka (petugas PRCS) ditodong dan dipaksa berlutut, lalu dibawa ke suatu tempat, di mana dia dilaporkan dilecehkan, dipukli, ditelanjangi, dan digeledah,” demikian pernyataan WHO pada Selasa (12/12).
Peeperkorn menyebut utara Gaza kini terlihat “seperti tanah kosong.” Bahkan, penduduk di utara Gaza disebut kerap terkejut dengan kedatangan konvoi kemanusiaan.
WHO juga melaporkan bahwa fasilitas medis yang tersisa di Gaza mengalami overkapasitas dan kekurangan pasokan. Pada Senin (11/12), Israel pun menyerang Rumah Sakit Kamal Adwan di utara Gaza dan membunuh dua perempuan.
Akibat serangan brutal rezim Zionis Israel setidaknya 18.608 jiwa telah terbunuh di Jalur Gaza sejak 7 Oktober lalu, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.
Israel juga telah membunuh 296 tenaga medis di Gaza, setidaknya 134 staf Agensi Pekerjaan dan Pemulihan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA). (T/R4/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)