Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PESANTREN, ALTERNATIF PENGASUHAN ANAK BAGI PEKERJA MIGRAN

Fauziah Al Hakim - Selasa, 12 Januari 2016 - 04:07 WIB

Selasa, 12 Januari 2016 - 04:07 WIB

244 Views ㅤ

UI
UI

UI

Depok, 2 Rabi’ul Akhir 1437/12 Januari 2015 (MINA) – Menurut data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (BNP2TKI) 2012, sekitar 80 persen perempuan usia produktif menjadi Tenaga Kerja Indonesia Pendamping (TKIP) di luar negeri.

Jumlah ini berdampak pada besarnya jumlah anak yang ditinggalkan ibu dalam usia dini.

Upaya yang dilakukan para TKIP untuk memenuhi hak dan kesejahteraan anak mereka ketika ditinggal keluar negeri sampai saat ini bersifat individual, tanpa campur tangan pemerintah.

Di antaranya, banyak yang memilih menitipkan anak mereka di pesantren, Demikian laporan laman resmi Universitas Indonesia (UI) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa (12/1).

Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi

Peran pesantren dalam meningkatkan kesejahteraan psikis dan fisik dari anak TKIP inilah yang menjadi subjek penelitian disertasi Maria Ulfah Anshor yang berjudul “Pengasuhan Anak TKIP di Pesantren Sebagai Bagian dari Global Care Chain dalam Meningkatkan Hak dan Kesejahteraan Anak”.

Sidang disertasi ini dilakukan di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP UI.

Menurut Maria Ulfah, permasalahan yang kerap terjadi pada pengasuhan anak TKIP sebelum dimasukkan ke pesantren adalah rentannya anak terbawa pengaruh negatif. Pengaruh negatif ini antara lain narkoba, minum dan judi.

Pengaruh tersebut terjadi, karena anak kerap dititipkan atau diasuh oleh orang tua pengganti yang tidak selalu berasal dari keluarga.

Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina

Maria mengatakan, di dalam pesantren anak dapat menemukan sosok orang tua pengganti. Peran kyai menjadi penting di sini, karena para orang tua menjadikan kyai sebagai tempat konsultasi dan panutan yang dihormati dan diteladani.

Di pesantren, anak merasa nyaman karena mendapat perhatian, bimbingan dan kasih sayang. Selain itu, lingkungan pesantren yang berbasiskan agama dan budi pekerti memungkinkan mereka berinteraksi dengan teman seumuran dengan cara-cara yang positif.

Dengan semua kelebihan ini, Maria Ulfah mendorong masyarakat dan juga pemerintah untuk memperkuat pesantren sebagai sebuah alternatif pengasuhan anak yang terlembaga dan profesional.

Hal tersebut perlu dilakukan karena selama ini upaya pemenuhan pengasuhan anak TKIP biasanya dilakukan individual, tanpa adanya suatu upaya yang sistemik dan komprehensif dalam mengatasi permasalahan pengasuhan anak TKIP.(T/P006/R05)

Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Indonesia
MINA Preneur