Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PESANTREN EMBRIO PENDIDIKAN INDONESIA

Widi Kusnadi - Sabtu, 3 Mei 2014 - 06:27 WIB

Sabtu, 3 Mei 2014 - 06:27 WIB

835 Views

Jakarta, 3 Rajab 1435/3 Mei 2014 (MINA) – Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSIST), Tiar Anwar Bachtiar, dalam diskusi “Pendidikan Islam di Masa Pergerakan Nasional” mengatakan, pesantren merupakan embrio pendidikan rakyat Indonesia.

“Sejak abad ke-15 pendidikan  ala pesantren sudah diterapkan oleh para pemuka agama (wali songo) di nusantara ini. Namun sejak jaman kemerdekaan hingga 2003 institusi pesantren tidak diakui negara kita sebagai lembaga pendidikan formal,” katanya di Jakarta, Sabtu.

Tiar juga menyatakan, pesantren merupakan pusat mobilisasi masyarakat yang menjadi pelopor perjuangan melawan penjajah. “Hampir semua aksi perlawanan terhadap penjajah dimotori oleh kalangan santri. Kontribusi besar ini tidak mendapat perhatian oleh pemerintah sehingga pesantren dianggap lembaga pendidikan nomor dua,”tuturnya.

Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina

Menurutnya, penjajah Belanda sangat takut dengan perkembangan pesantren. Mereka berusaha agar pesantren tidak bisa hidup, khususnya di pusat-pusat pemerintahan. Namun, atas pertolongan Allah, lembaga itu justru mampu beriteraksi dengan baik di masyarakat.

“Sebelum abad ke 20, Belanda menerapkan politik etis dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat. Tujuan sebenarnya adalah untuk menyaingi agar rakyat Indonesia tidak semua masuk ke pesantren, sehingga Belanda mampu memasukkan nilai-nilai penjajahannya kepada masyarakat,”tambahanya.

Ustadz muda yang saat ini menjabat sebagai Ketua PP Persis itu juga mengkritisi sistem ujian nasional yang saat ini dijadikan acuan kelulusan siswa. Menurutnya, ijazah itu diberikan oleh seorang guru kepada muridnya yang dianggap sudah menguasai ilmu tertentu dan berhak mengajarkannya kepada orang lain.

“Sementara saat ini, ijazah diberikan oleh pemerintah kepada sisiwa sehingga banyak anak-anak indonesia yang orientasinya hanya mengejar ijazah, tanpa kemampuan yang memadai,” ungkapnya.

Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat

Namun, Tiar mengapresiasi Presiden era 2000, Abdurrahman Wahid (Gusdur) yang melakukan terobosan dengan membentuk direktorat jenderal Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren (Pekapontren) untuk mengakomodasi lembaga pendidikan pertama di Indonesia itu.(L/P04/P012/EO2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

Rekomendasi untuk Anda

Feature
Pendidikan dan IPTEK
Pendidikan dan IPTEK
Pendidikan dan IPTEK
Pendidikan dan IPTEK