Tobruk, Libya, 26 Jumadil Akhir 1436/15 April 2015 (MINA) – Pesawat tempur militer pendukung pemerintah Libya di kota Tobruk menyerang ibukota Tripoli, Rabu (15/4), saat berlangsungnya pembicaraan damai dua pemerintah bersaingan yang disponsori PBB di Rabat, Maroko.
Para pejabat Libya mengatakan, pasukan yang setia kepada pemerintah Libya yang diakui secara internasional, melakukan serangan udara di dekat ibukota, Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Mohamed El Hejazi, juru bicara pasukan militer pemerintah pimpinan Perdana Menteri Abdullah Al-Thinni di Tobruk mengatakan, pesawat menyerang bandara Mitiga dan target lainnya di Libya barat.
“Ini merupakan bagian dari kampanye kami melawan terorisme,” katanya.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Namun juru bicara bandara Mitiga, Abdulsalam Buamoud mengatakan, pesawat telah melewatkan bandara.
Seorang sumber keamanan lainnya mengatakan, baterai rudal berlokasi 10km dari bandara di pinggiran Tripoli, terkena serangan.
Serangan udara Rabu terjadi setelah kepala militer pemerintah di Tobruk menyatakan keraguannya tentang hasil pembicaraan di Maroko yang bertujuan mengakhiri perpecahan politik di negara itu.
Jenderal Khalifa Haftar mengatakan dalam sebuah wawancara TV, Selasa, dia akan menerapkan solusi militer jika kesepakatan tetap sulit dicapai.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Haftar yang memerintah pasukan yang setia kepada pemerintah Libya yang berbasis di Tobruk, secara terpisah mengatakan kepada kantor berita Associated Press, ia tidak menentang perundingan.
Namun dia tidak akan menyetujui gencatan senjata dengan kelompok bersenjata, katanya.
“Solusi militer adalah suatu keharusan karena menentukan ketika kami dipaksa melakukannya, ketika kami melihat tanah air kami terkoyak seperti yang terjadi sekarang,” kata Haftar.
Haftar mengatakan ia yakin pasukannya bisa memenangkan pertempuran tersebut, meskipun saat ini mereka hanya menguasai daerah-daerah kecil dari Libya dan bukan menguasai kota-kota besar.
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa
Pada Senin sebelumnya, Haftar bertemu Raja Yordania Abdullah dan pejabat militer senior yang memberi dukungan pada mereka.
Masyarakat internasional mendorong terciptanya kesepakatan, khawatir kekacauan Libya merembet ke negara tetangganya.
Libya efektif terbelah dua sejak tahun lalu, ketika pasukan Haftar berusaha mengusir milisi saingan dari Tripoli.
Pemerintah saingan yang dipimpin oleh koalisi Libya Dawn, mengendalikan ibukota Tripoli. (T/P001/P2)
Baca Juga: Presiden Afsel Minta Dunia Tekan Israel Hentikan Serangan di Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Uni Eropa untuk Pertama Kali Kirim Vaksin Mpox ke Kongo