Oleh: Arif Asy’ari, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency
Masjid Al Alam adalah salah satu dari 12 obyek destinasi wisata pesisir di Jakarta Utara, letaknya berada persis di pesisir pantai Marunda.
Konon Masjid Al Alam itu dibangun hanya dalam tempo semalam pada sekitar abad 16 dan termasuk salah satu masjid yang tertua di Jakarta.
Wisata religi dengan menelusuri jejak Islam di Jakarta, melalui peninggalan masjid tua, merupakan hal yang menarik. Masjid Al Alam Marunda yang berlokasi di Kampung Marunda Pulo RW 07 Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, salah satu tempat yang perlu dikunjungi. Banyak pengunjung dari dalam dan luar kota yang datang karena daya tarik masjid ini.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Masjid yang yang berdiri sekitar abad ke-16 ini kabarnya masih ada hubungannya dengan kisah si Pitung, jagoan asal Betawi.
Menurut cerita turun temurun, pada abad ke 16 ketika Fatahillah membawa pasukan gabungan Demak-Cirebon menuju Sunda Kelapa, salah satu bangunan yang pertama didirikan adalah masjid ini, selain untuk tempat ibadah, juga dimanfaatkan untuk mengatur strategi.
Kemudian, masjid ini juga menjadi sarat nilai sejarah perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Pada tahuan 1628-1629, saat rbuan prajurit Mataram pimpinan Bahurekso menyerang markas VOC yang kini menjadi gedung Museum Sejarah Jakarta, para prajurit Islam ini lebih dulu singgah di Marunda untuk mengatur siasat.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Lubang kecil berbentuk setengah oval terdapat di bagian kiri masjid yang dulunya dipakai untuk mengintai bala tentara musuh.
Banyak tokoh Betawi bersembunyi di masjid ini saat dikejar Belanda, dan katanya mereka akan selamat, karena menurut cerita bila bersembunyi di Masjid ini mereka tidak akan kelihatan.
Arsitektur masjid Al Alam memang mengingatkan kita pada masjid Demak, namun berskala lebih mini yaitu berukuran, 10×10 meter persegi. Secara fisik bangunan masjid Al Alam berbentuk rumah joglo yang ditopang oleh empat pilar bulat seperti kaki bidak catur. Sedangkan mihrab pada masjid ini pas dengan ukuran badan dengan menjorok ke dalam yang terletak di sebelah kanan mimbar. Berbeda dengan masjid tua lain, masjid ini memiliki pebedaan yang cukup unik yaitu plafonnya yang hanya setinggi dua meter dari lantai dalam.
Sumur tua yang usianya ratusan tahun terdapat di sebelah kiri masjid. Sampai saat ini airnya masih tetap mengalir dan tidak kering meski musim kemarau.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Beberapa bagian masjid masih asli, di antaranya tembok di ruang utama masjid dan hiasan jendela yang terdapat di ruang pengimaman. Bagian dalamnya terbuat dari batu giok.
Tongkat di tempat mimbar yang terukir melingkar seperti ular juga dianggap cukup istimewa dan hanya dikeluarkan setiap hari Jumat untuk kutbah.
Masjid ini sangat mengundang pesona bagi para peziarah. Kedatangan para peziarah dari berbagai daerah, tidak lepas dari keistimewaan sejarah Masjid Al Alam yang masih berhubungan dengan Walisongo.
Dengan ramainya para peziarah, masyarakat bisa mengambil keuntungan dengan menjual makanan di sekitar Masjid Al Alam. Dalam perkembangannya juga membawa manfaat bagi masyarakat sekitar Marunda, baik yang berhubungan dengan nilai-nilai islami maupun rizki. (P003/P2)
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Mi’raj Islamic News Agency