PESTA CERAI FENOMENA BARU DI ARAB SAUDI

Foto : MuslimVillage
Foto : MuslimVillage

Saudi Arabia, 27 Jumadil Awwal 1436/18 Maret 2015 (MINA) – Saya merasa terhormat untuk mengundang Anda ke pesta perceraian saya. Ini adalah jenis undangan yang dikirim oleh sejumlah wanita yang ingin merayakan akhir pernikahannya. Di negeri kaya minyak itu, merayakan pesta adalah fenomena baru.

Sama seperti pernikahan atau pesta kelulusan, peristiwa ini dirayakan di ruang paling mewah, dengan sejumlah besar uang yang dihabiskan untuk teman dan keluarga. Para tamu juga berkewajiban hadir dengan memberikan hadiah-hadiah mahal untuk wanita yang sedang dilanda perceraian.

Seorang profesor dan psikiater sekaligus asisten sekretaris jenderal Persatuan Psikiater Arab, Tariq Habib mengatakan ini adalah fenomena baru dalam masyarakat Saudi.

“Perceraian jelas menghasilkan perasaan sedih dan kebahagiaan,” kata Habib. MuslimVillage melaporkan seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu.

Habib mengatakan, orang tua juga harus mempertimbangkan perasaan anak-anak mereka.

“Jika pesta ini negatif mempengaruhi anak-anak secara sosial dan psikologis, maka harus dibatalkan,” katanya.

“Tapi jika pasangan tidak memiliki anak maka tidak ada yang bisa mencegah wanita dari mengekspresikan kegembiraannya atau membuat perayaan,” lanjut Habib

Dia mengatakan perempuan mungkin ingin merayakan karena mereka telah meninggalkan pernikahan yang gagal atau menunjukkan kepada mantan suami bahwa mereka tidak peduli tentang masalah yang dihadapi.

Anggota Perhimpunan Nasional untuk Hak Asasi Manusia, Suhaila Zain Al-Abideen mengatakan perayaan itu telah dipicu oleh kesulitan yang dihadapi kaum perempuan dan menyebabkan perceraian.

“Perempuan yang hidup di bawah ketidakadilan, penghinaan dan penderitaan, sehingga mereka akan merayakannya. Hal ini tidak masuk akal bahwa orang yang benar-benar bahagia merayakan perceraiannya dalam situasi seperti ini,” kata Al-Abideen.

Al-Abideen tidak percaya bahwa anak-anak akan terpengaruh jika ibu mereka bahagia.

“Meskipun pemisahan mempengaruhi anak-anak, mereka akan senang melihat ibunya bahagia, terutama jika sang ayah telah menyalahgunakan ibu mereka,” kata Al-Abideen.

Muhammad Al-Saidi, profesor hukum Islam di Universita Ummul Al-Qura mengatakan, Allah membenci perceraian, sebagaimana ditegaskan dalam hadis, dan bahwa orang harus tidak merayakan tragedi sosial bahkan jika mereka senang tentang hal itu.

Al-Saidi mendesak media untuk meningkatkan kekhawatiran tentang pesta tersebut, dan mendorong orang untuk tidak menghadiri. “Hal ini akan menyebabkan tragedi masa depan,” katanya.

Seorang ahli fisiologi dan keluarga konselor bersertifikat di Dewan Arab, Sahar Rajab mengatakan warga negara Saudi seharusnya tidak meniru gaya Barat dengan merayakan pesta, bahkan jika mereka sangat marah.

“Kasus-kasus perceraian meningkat dalam taraf yang mengkhawatirkan,” katanya.

“Bagaimana mungkin para tamu dapat merayakan pesta wanita yang bercerai ketika mereka mengucapkan selamat pada hari-hari pernikahan sebelumnya?” ujar Rajab.

Spesialis sosial Haifa Safouk mengatakan, beberapa wanita merayakan hanya untuk mencari perhatian.

“Ada banyak alasan untuk perilaku ini, tapi sebagian besar adalah karena perempuan tersebut bodoh dan tidak intelek,” ujar Safouk.

Dia mengatakan beberapa wanita merayakan karena masyarakat tidak menunjukkan belas kasihan mereka, sehingga hal ini merupakan cara untuk melepaskan frustrasi mereka dan perasaan negatif.

“Selain itu, para tamu diundang ke acara karena mereka ingin mendukung perceraian tersebut. Ini bukan cara yang tepat untuk menunjukkan dukungan,” tegasnya. (T/P007/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0