Free State, 28 Rabi’ul Akhir 1437/7 Februari 2016 (MINA) – Kemarau dampak El Nino yang melanda Afrika Selatan kali ini telah menghancurkan hidup petani negara itu.
Kemarau digambarkan sebagai kekeringan terburuk dalam 20 tahun terakhir dan lima dari sembilan provinsi di negara itu telah dinyatakan zona bencana kekeringan.
Borrie Erasmus, seorang petani yang keluarganya bekerja dan hidup di provinsi Free State selama lima dekade terakhir, mengatakan kepada Al-Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), dia tidak pernah melihat kondisi yang lebih buruk dari sekarang.
“Pada pertanian kami, tidak pernah ada masa yang belum ada jagung pada bulan Desember. Kami bahkan tidak bisa menanam benih. Sudah kering sebelumnya,” kata Erasmus.
Baca Juga: Jerman Tegaskan Warga Gaza Tak Boleh Dipaksa Relokasi
Kekeringan telah merugikan petani Afrika Selatan lebih dari $ 600 juta. Pemerintah mengatakan akan menghabiskan dana sebesar $ 19 juta pada membantu petani.
Pemerintah juga menyarankan petani harus mulai beradaptasi dengan perubahan pola cuaca. “Kita tidak bisa terus mengandalkan hanya pada pertanian kering,” kata Menteri Pertanian Afrika Selatan Senzeni Zokwana.
“Kita perlu menempatkan lebih banyak dana sehingga kita dapat membangun irigasi, yang berarti membangun bendungan baru, yang berarti infrastruktur baru,” ujarnya.
El Nino adalah dampak kuat dari pemanasan permukaan timur dan tengah Pacific Basin yang memiliki efek di banyak dunia. Fenomena ini sangat kuat pada 2015.
Baca Juga: Senator AS Bernie Sanders Kecam Pernyataan Trump soal Relokasi Warga Gaza
Namun, pada Ahad (7/2), Bheki Cele, Wakin Menteri Pertanian mengatakan, kekeringan itu masih bukan bencana nasional. (T/P001/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Prabowo dan Anwar Ibrahim Sepakati Penguatan Kerja Sama Strategis Indonesia-Malaysia