Khartoum, MINA – Pasukan keamanan Sudan membunuh seorang pengunjuk rasa antikudeta pada Rabu (31/8), ketika ribuan orang berunjuk rasa di ibu kota Khartoum menentang kekuasaan militer, kata petugas medis.
Demonstran tak dikenal itu tewas setelah menderita “cedera kepala oleh tabung gas air mata … dan kemudian dilindas” oleh pasukan keamanan selama protes, kata Komite Pusat Dokter Sudan, The New Arab melaporkan.
Kematian itu menambah jumlah korban tindakan keras terhadap demonstrasi antikudeta menjadi 117 jiwa sejak kudeta 25 Oktober yang dipimpin oleh panglima militer Abdel Fattah al-Burhan, kata komite itu.
Kudeta itu menjungkirbalikkan transisi ke pemerintahan sipil yang diluncurkan setelah penggulingan orang kuat tahun 2019 Omar al-Bashir, yang memerintah selama tiga dekade.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Pada bulan Juli, Burhan berjanji dalam pidato yang disiarkan televisi untuk menyingkir dan memberi jalan bagi faksi-faksi Sudan untuk menyetujui pemerintahan sipil.
Para pemimpin sipil menolak langkahnya dan menyebutnya sebagai “tipu muslihat”.
Pengunjuk rasa pro-demokrasi berpegang teguh pada seruan mereka “tidak ada negosiasi, tidak ada kemitraan” dengan militer.
Awal bulan ini, wakil Burhan dan komandan paramiliter Mohamed Hamdan Dagalo mengatakan bahwa kudeta Oktober lalu telah gagal membawa perubahan di Sudan.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Bulan lalu, pemimpin agama Sufi Al-Tayeb Al-Jed meluncurkan inisiatif yang bertujuan mengakhiri krisis politik Sudan.
Langkah itu disambut oleh Burhan, serta oleh kelompok-kelompok Islam yang merupakan bagian dari rezim Bashir. (T/RI-1/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)