Jakarta, 7 Rajab 1437/14 April 2016 (MINA) – World Halal Travel Summit merupakan penghargaan bergengsi dalam bidang pariwisata. Tahun lalu, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) mendapatkan penghargaan tersebut di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) karena ditetapkan sebagai destiniasi halal terbaik dunia.
Meski Lombok ikut bergerak untuk membangun industri wisata halal, namun ada tantangan yang harus dilalui dalam mewujudkan wisata halal tersebut. Salah satunya adalah mengubah persepsi wisatawan non-Muslim dan para pelaku industri wisata yang berfikiran negatif tentang wisata halal, demikian laporan Hal Halal yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis (14/4).
Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, Abdul Hadi Faishal mengatakan, bahwa problem tentang persepsi tersebut salah satunya adalah makanan halal, dimana para wisatawan non-Muslim tersebut harus diberi penjelasan mengenai makanan halal yang sama dengan makanan higenis.
Faishal menambahkan, bahwa penjelasan seperti sangat penting mengingat ketakutan wisata konvensional yang akan habis karena hadirnya wisata halal.
Baca Juga: BPJPH Tegaskan Kewajiban Sertifikasi Halal untuk Perlindungan Konsumen
Badan Promosi Pariwisata NTB, Taufan Rahmadi mengatakan, wisata halal adalah alternatif wisata konvensional. “Ini bukanlah Islamisasi atau Arabisasi, tetapi upaya memperluas layanan wisata,” kata Taufan.
Saat ini, bahkan sudah muncul wacana untuk membuat pantai khusus Muslimah agar mereka tidak khawatir auratnya terlihat oleh orang-orang yang bukan muhrimnya. Pantai tersebut diharapkan bisa membuat Muslimah lebih nyaman saat ingin berenang.
Pantai Muslimah yang dikelola oleh dinas kebudayaan dan pariwisata, tersebut rencananya akan dibangun di salah satu pantai di kawasan ekonomi khusus (KEK), Mandalika, Lombok Tengah. (T/mar/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: BPJPH Tekankan Kembali Wajib Halal Telah Berlaku