Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pidato Erdogan di PBB Bahas Isu Regional, Palestina, dan Diplomasi Turki

Bahron Ansori - Sabtu, 28 September 2019 - 11:20 WIB

Sabtu, 28 September 2019 - 11:20 WIB

2 Views

NEW YORK, USA - SEPTEMBER 25 : Turkish President Recep Tayyip Erdogan speaks during a gala dinner of 10th Turkey Investment Conference, organized by the Turkey-U.S. Business Council (TAIK), in New York, United States on September 25, 2019. ( Erçin Top - Anadolu Agency )

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato yang mendapatkan cukup perhatian publik global pada sidang ke-74 Mejelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa, 24 September 2019.

Dalam pidato itu, Erdogan membahas sejumlah isu, termasuk pendudukan Israel di Palestina, Siprus, senjata nuklir, krisis Suriah, rasisme, perang melawan Daesh.

Erdogan mengklaim mendapatkan dukungan global setelah dia berpidato di sidang Majelis Umum PBB di New York.

Pidato Erdogan itu disambut hangat baik secara domestik maupun global.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Dukungan untuk Erdogan membanjiri Twitter dengan 200.000 cuitan bertanda pagar #OurVoiceErdogan.

Berikut ini pidato lengkap Erdogan di hadapan para pemimpin dunia pada sidang umum PBB pekan lalu, seperti dikutip dari Anadolu Agency:

Yang terhormat Bapak Presiden,

Yang terhormat para kepala negara dan pemerintahan
Bapak Sekretaris Jenderal yang terhormat dan para delegasi yang terhormat

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Salam hormat dari saya dan bangsa Turki untuk Anda semua.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Nyonya Espinosa untuk keberhasilan kerjanya selama setahun terakhir.

Saya juga dengan sepenuh hati mengucapkan selamat kepada Bapak Mohammad Bande, yang telah mengambil alih kepresidenan sesi ke74 Sidang Majelis Umum ini.

Saya berharap bahwa sesi ke-74 Majelis Umum ini akan membawa perdamaian dan kemakmuran bagi seluruh dunia dan kemanusiaan.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Delegasi yang terhormat,

Dunia kita saat ini menghadapi banyak tantangan dan penderitaan akibat ketidakadilan pada skala global.

Cendekiawan besar kita, Mevlana, pernah mendefinisikan keadilan sebagai “berbagi hak dan kewajiban di antara orang-orang dengan tepat dan memberikan pada mereka apa yang menjadi haknya”.

Jelas bahwa hari ini, baik hak maupun tanggung jawab tidak dibagikan dengan tepat.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Padahal, ketidakadilan menghasilkan ketidakstabilan, perebutan kekuasaan, krisis dan pemborosan.

Organisasi tempat kita berkumpul hari ini sebenarnya didirikan setelah Perang Dunia II dengan tujuan menghapus ketidakadilan.

Komunitas internasional secara bertahap kehilangan kemampuannya menemukan solusi berkelanjutan untuk tantangan seperti terorisme, kelaparan, kesengsaraan, dan perubahan iklim, yang mengancam masa depan kita sendiri.

Majelis Umum PBB ini memilih tema yang tepat untuk sesi ke-74 ini, yaitu “Menguatkan upaya multilateral untuk pengentasan kemiskinan, pendidikan berkualitas, perubahan iklim dan inklusi.”

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Tidak dapat diterima bahwa satu bagian dunia hidup dalam kemewahan dan menikmati manfaat kemakmuran, sementara orang-orang di bagian lain menderita kemiskinan, kesengsaraan, dan buta huruf.

Tapi, yang terpenting adalah apa yang bisa kita raih bersama.

Jika di satu bagian dunia manusia hidup dalam kemewahan dan menikmati kemakmuran sementara di bagian lain orang-orang menderita kemiskinan, kesengsaraan, dan buta huruf, itu tidak dapat diterima.

Sangat menyakitkan melihat sebagian kecil orang-orang yang beruntung di dunia ini sedang membahas teknologi digital, robot, kecerdasan buatan dan obesitas, namun lebih dari dua miliar orang hidup di bawah garis kemiskinan dan satu miliar orang menderita kelaparan.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Kita tidak dapat kembali ke kenyataan bahwa jika kita semua tidak aman, tidak ada dari kita yang akan aman. Selama bertahun-tahun, saya telah mengatakan dari mimbar ini bahwa kita tidak bisa meninggalkan nasib manusia pada kebijaksanaan segelintir negara.

Hari ini saya menekankan sekali lagi bahwa DUNIA LEBIH BESAR DARI LIMA.

Sudah lama kita tidak mengubah mentalitas, institusi, dan aturan kita saat ini.

Ketidaksetaraan antara negara-negara pemilik senjata nuklir dan negara-negara non-senjata nuklir sendiri cukup untuk merusak keseimbangan global.

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Kita sama seperti orang lain, menyadari bahwa senjata pemusnah massal digunakan sebagai pengungkit dalam setiap krisis alih-alih penghapusan totalnya.

Kepemilikan senjata nuklir harus dilarang untuk semua atau diizinkan untuk semua orang.

Demi masa depan yang damai untuk semua umat manusia, mari kita selesaikan masalah ini secepat mungkin atas dasar keadilan.

Delegasi yang Terhormat,

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

Kita tidak bisa acuh tak acuh saat tiga belas orang kehilangan nyawa karena polusi udara dan pemanasan global. Pertama dan terutama, kita perlu memperkuat kapasitas dan efisiensi PBB.

Secara khusus, kita harus segera melakukan reformasi mendasar yang sangat dibutuhkan sejalan dengan prinsip keadilan dan kesetaraan.

Dengan kebijakan luar negeri yang aktif dan manusiawi, Turki merangkul seluruh dunia dan kemanusiaan dan berusaha untuk menemukan solusi yang adil untuk masalah.

Bukan sebuah hal yang aneh jika Turki disebut-sebut sebagai negara paling dermawan, karena kami adalah negara yang paling banyak menampung pengungsi di seluruh dunia.

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

KTT Kemitraan Uni Afrika-Turki ke-3 yang akan diselenggarakan di Turki tahun 2020 mendatang merupakan contoh konkret dari kebijakan manusiawi kami.

Saya mengundang semua negara yang hadir di sini untuk mendukung kebijakan dan inisiatif kami yang telah kami rumuskan berdasarkan keadilan, etika, dan hati nurani.

Delegasi yang terhormat,

Apa yang terjadi di Suriah saat ini sangat menyakiti hati nurani umat manusia. Suriah telah menjadi simbol ketidakadilan global. Sejak 2011, rezim dan organisasi teroris di negara ini terus-menerus mengejar kebijakan yang dapat memicu krisis.

Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud

Sudah waktunya untuk mengakhiri krisis di Suriah yang telah menyebabkan kematian hampir satu juta jiwa, membuat lebih dari 12 juta orang telantar, dan memaksa sebagian dari mereka meninggalkan negara itu.

Turki adalah negara yang paling terdampak ancaman DAESH (ISIS). Organisasi teroris ini telah menimbulkan ancaman di perbatasan kami dan menargetkan pusat kota kami dengan serangan bom bunuh diri hingga menewaskan ratusan warga Turki.

Turki adalah negara yang paling dirugikan dengan kehadiran DAESH di Suriah.

Berkat Operasi Perisai Eufrat yang menaklukkan sekitar 3.500 teroris, kami telah membuka jalan bagi kehancuran DAESH di Suriah.

Kami juga berada di garis depan dalam upaya internasional untuk mengidentifikasi teroris dari seluruh dunia yang berniat bergabung dengan DAESH melalui larangan masuk dan deportasi ke dan dari negara kami.

Di sisi lain, Turki adalah negara paling dermawan dalam hal penyaluran bantuan kemanusiaan.

Kami juga menampung lima juta pencari suaka yang melarikan diri dari konflik, bencana kelaparan, dan penganiayaan. Dengan kata lain, jika dibandingkan, ada lebih banyak pencari suaka di Turki daripada populasi 29 negara bagian di Amerika Serikat.

Sebanyak tiga juta pencari suaka di Turki berasal dari Suriah. Dengan kata lain, jumlah saudara dan saudari Suriah yang kami tampung mencapai setengah dari populasi Kota New York.

Dalam delapan tahun terakhir, kami telah menghabiskan USD40 miliar untuk mengakomodasi pencari suaka. Sekitar 365.000 pencari suaka yang datang ke negara kami sudah pulang ke daerah-daerah yang telah kami amankan di Suriah.

Hampir sebagian dari pencari suaka Suriah berusia di bawah 18 tahun. Jumlah anak-anak Suriah yang lahir di Turki mencapai hampir 500.000 jiwa.

Kami tak hanya menyediakan perumahan, tetapi juga kebutuhan esensial, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan.

Sayangnya, dunia terlalu cepat melupakan perjuangan mereka bertahan hidup terombang-ambing di Laut Tengah atau perjuangan mereka menembus pagar perbatasan yang dijaga ketat.

Kami tidak akan pernah melupakan mereka. Kami tak akan melupakan bayi Aylan yang ditemukan tak bernyawa tersapu ke bibir pantai.

Dalam delapan bulan terakhir, kami telah menyelamatkan 32.000 migran gelap yang terombang-ambing di lautan. Kami juga sudah memulangkan 58.000 migran gelap, kecuali migran Suriah, kembali ke negara mereka. Sayangnya, kami merasa kami bekerja sendiri dalam upaya ini.

Belum ada pengungsi Suriah yang dipulangkan ke daerah-daerah yang dikuasai oleh rezim dan organisasi teroris PKK-YPG dan DAESH.

Hanya daerah yang dibebaskan dan diamankan oleh Turki adalah satu-satunya tempat yang bisa mereka tuju. Hari ini kita menghadapi tiga masalah penting yang harus kita tangani dengan hati-hati demi penyelesaian krisis kemanusiaan di Suriah.

Yang pertama adalah fungsi Komite Konstitusi yang efisien dan produktif, yang kami lihat sebagai proses kritis untuk integritas wilayah dan kesatuan politik Suriah.

Selama KTT Ankara yang diadakan bersama dengan Rusia dan Iran awal pekan lalu, kami telah mencapai hasil yang sangat produktif.

Ketika solusi politik permanen di Suriah tercapai, integritas wilayah negara ini akan terbentuk secara otomatis.

Isu utama kedua ialah mencegah kemungkinan pembantaian di Idlib dan gelombang migrasi baru yang mencakup empat juta jiwa.

Perjanjian yang kami capai dengan Rusia di Sochi tentang masalah ini masih berlaku meskipun ada beberapa penyesuaian.

Pada kenyataannya, Turki tidak cukup sabar dan juga tak punya sarana untuk menangani gelombang migrasi baru. Oleh karena itu, kami berharap semua negara mendukung upaya Turki untuk menjamin keamanan dan stabilitas di Idlib.

Isu ketiga yang menjadi perhatian kami adalah penghapusan struktur teroris PKK-YPG di timur Sungai Eufrat, yang menempati seperempat wilayah Suriah dan mencoba melegitimasi dirinya dengan nama “Pasukan Demokratis Suriah”.

Kami tidak akan dapat menemukan solusi permanen untuk masalah Suriah jika kami gagal menaklukkan semua organisasi teroris di negara ini.

Negosiasi kami dengan Amerika Serikat tentang pembentukan zona aman di Suriah masih berlanjut.

Kami berniat membangun KORIDOR DAMAI dengan kedalaman tiga puluh kilometer dan panjang 480 kilometer untuk memungkinkan repatriasi dua juta warga Suriah dengan dukungan masyarakat internasional.

Jika kita dapat memperluas kedalamannya hingga Deir ez zor-Raqqa, maka kita dapat memulangkan lebih banyak warga Suriah hingga tiga juta jiwa.

Karena kami berkomitmen menyelesaikan masalah ini, kami sudah memulai semua persiapan yang diperlukan.

Kami juga memimpin persiapan untuk konferensi internasional yang akan dihadiri oleh Lebanon, Irak, dan Yordania.

Turki mementingkan keberhasilan Global Refugee Forum yang akan berlangsung di Jenewa pada Desember dan dipimpin oleh Turki. Kami berharap agar konferensi di bawah kepemimpinan Perserikatan Bangsa-Bangsa ini dapat diselenggarakan untuk mendukung repatriasi yang aman.

Kami juga mendesak implementasi yang efektif dari Global Compact for Migration dan Global Compact on Refugees yang diadopsi tahun lalu di PBB.Jika kami berhasil membangun suasana penuh kepercayaan dan stabilitas berdasarkan prinsip-prinsip legitimasi dan keadilan di Suriah, kami juga akan membantu negara tetangga Irak menyelamatkan diri dari masalah yang terkait dengan Daesh dan PKK.

Saya menyerukan kepada seluruh keluarga PBB di Aula ini untuk mengambil inisiatif dan juga mendukung upaya kami yang berkelanjutan untuk menghentikan krisis kemanusiaan di Suriah.

Delegasi yang terhormat,

Lembah Mediterania, di samping tragedi yang dipicu oleh krisis Suriah seperti migrasi ilegal, menghadapi masalah lebih lanjut karena perkembangan di Mediterania Timur.

Meskipun telah menjalani negosiasi selama lebih dari 50 tahun, masalah Siprus belum terselesaikan karena posisi pihak Siprus Yunani yang tak kenal kompromi.

Siprus Yunani mengejar kebijakan pemaksaan yang tidak patut dan tidak adil yang menolak untuk berbagi kekuatan politik dan kemakmuran dengan Siprus Turki.

Berdasarkan perjanjian internasional, Turki adalah penjamin warga Siprus Turki, yang memiliki ikatan sejarah dan budaya yang dalam.

Jelas bahwa mereka yang mengklaim menyelesaikan masalah Siprus dengan syarat “nol keamanan, nol jaminan” sejak awal memiliki niat buruk.

Turki, di sisi lain, akan melanjutkan upayanya sampai solusi yang menjamin keamanan dan hak-hak orang Siprus Turki ditemukan.

Kami percaya bahwa sumber daya energi di Mediterania Timur merupakan peluang penting untuk kerja sama jika kita semua mengadopsi pendekatan “win-win”.

Sayangnya, terlepas dari pendekatan kami yang masuk akal, beberapa negara melalui langkah-langkah sepihak di wilayah ini berusaha mengubah isu sumber daya energi menjadi wilayah konflik.

Di Mediterania Timur, kami akan melindungi hak dan kepentingan sah baik warga Turki maupun warga Siprus Turki sampai akhir. Namun, kami akan selalu berpikiran terbuka untuk semua proposal berdasarkan kerja sama dan pembagian yang adil.

Di Libya, wilayah kritis lain di Mediterania, kami berupaya memastikan keamanan dan stabilitas di negara itu melalui pembentukan pemerintahan yang demokratis berdasarkan kehendak bebas rakyat.

Pemberdayaan politik dan ekonomi Libya akan memberikan kelegaan bagi Afrika Utara dan Eropa. Solusi untuk negara ini dapat ditemukan dengan menghormati pilihan rakyat Libya.

Intervensi di Yaman dan Qatar telah memberi konsekuensi serius dalam hal kemanusiaan dan ekonomi.

Kita semua harus mencari solusi segera untuk krisis di wilayah ini yang muncul kembali karena serangan terhadap fasilitas produksi minyak.

Tahun ini, jurnalis Jamal Khashoggi, yang dibantai secara brutal tahun lalu dan Presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis, Mohamed Morsi, yang kehilangan nyawanya di ruang pengadilan dengan cara yang mencurigakan menjadi simbol kebutuhan nyata akan keadilan dan kesetaraan di kawasan ini.

Kami juga berharap bahwa diskusi tentang aktivitas Iran serta ancaman terkait dengan negara ini akan diselesaikan dalam kerangka kerja yang rasional.

Delegasi yang terhormat,

Saat ini, wilayah Palestina di bawah pendudukan Israel telah menjadi salah satu tempat di muka bumi di mana ketidakadilan paling banyak terjadi.

Jika gambar seorang wanita Palestina tidak bersalah yang dibunuh dengan keji oleh pasukan keamanan Israel di jalan beberapa hari yang lalu tidak dapat membangunkan hati nurani, maka kita berada pada titik di mana kata-kata telah gagal.

Selain pembunuhan tersebut, Pemerintahan Israel saat ini mengabaikan semua nilai kemanusiaan di luar hukum internasional dan humaniter melalui tindakan agresi seperti blokade di Gaza, permukiman ilegal dan serangan terhadap status historis Yerusalem.

Kami, Turki, memiliki sikap yang jelas tentang masalah ini.

Pembentukan segera negara Palestina yang independen dan homogen berdasarkan perbatasan 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya adalah solusinya.

Rencana perdamaian lain selain ini tidak memiliki peluang untuk menjadi solusi yang adil, diterima dan dilaksanakan.

Sekarang, saya bertanya dari mimbar Majelis Umum PBB; Di mana perbatasan Negara Israel?

Apakah perbatasan 1948, perbatasan 1967, atau ada perbatasan lain?

Bagaimana bisa Dataran Tinggi Golan dan permukiman Tepi Barat direbut, sama seperti wilayah Palestina yang diduduki lainnya, di mata dunia, tidak berada di dalam perbatasan Negara ini?

Apakah tujuan inisiatif yang disajikan sebagai ‘Kesepakatan Abad Ini’ adalah untuk menghilangkan kehadiran Negara dan Rakyat Palestina?

Semua aktor dari masyarakat internasional, khususnya Perserikatan Bangsa-Bangsa, harus memberikan dukungan nyata kepada rakyat Palestina, lebih dari sekedar janji-janji belaka.

Dalam hal ini, sangat penting bagi Badan Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat untuk melanjutkan kegiatannya secara efektif.

Turki akan terus mendukung warga Palestina yang tertindas seperti yang selalu kami lakukan sampai hari ini.

Penting juga bagi masa depan yang adil dan damai jika Kaukasus Selatan tidak lagi menjadi salah satu wilayah konflik di dunia.

Tidak dapat diterima bahwa Nagorno-Karabakh dan daerah sekitarnya, yang merupakan wilayah Azerbaijan, masih diduduki meskipun resolusi sudah diadopsi.

Salah satu masalah yang masih belum mendapatkan perhatian cukup dari komunitas internasional adalah konflik Kashmir, yang telah menanti solusi selama 72 tahun.

Stabilitas dan kemakmuran Asia Selatan tidak dapat dipisahkan dari masalah Kashmir.

Agar orang-orang Kashmir melihat masa depan yang aman bersama dengan tetangga mereka, Pakistan dan India, sangat penting untuk menyelesaikan masalah melalui dialog atas dasar keadilan dan kesetaraan, bukan melalui bentrokan.

Masalah lain yang belum mendapatkan kepedulian dunia adalah tragedi kemanusiaan yang dihadapi oleh Muslim Rohingya.

Komisi Penyelidikan Independen yang didirikan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mencatat keberadaan “niat genosidal” di balik peristiwa yang terjadi di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.

Turki akan terus melaksanakan inisiatifnya untuk memastikan keamanan dan hak-hak dasar Rohingya serta kegiatan bantuan kemanusiaan yang dilakukan sejak hari pertama.

Invasi, konflik dan aktivitas teroris yang terus berlangsung tanpa henti selama hampir 40 tahun di Afghanistan juga telah menimbulkan tantangan di tingkat global.

Sudah saatnya geografi kuno ini mencapai perdamaian dan keamanan.

Untuk tujuan ini, sebagai komunitas internasional, kita semua harus memikul tanggung jawab kita dan melakukan upaya ekstra.

Delegasi yang terhormat,

Saat ini, salah satu ancaman terbesar bagi perdamaian dan ketenangan global adalah meningkatnya kecenderungan rasis, xenophobia, diskriminatif dan anti-Islam.

Muslim berada di posisi teratas di antara orang-orang yang menjadi sasaran kebencian, diskriminasi dan penghinaan terhadap nilai-nilai suci mereka.

Contoh paling mencolok adalah serangan teroris yang dilakukan Maret lalu di Christchurch, Selandia Baru.

Seperti serangan teroris yang menargetkan Muslim di Selandia Baru, tindakan terorisme yang menargetkan orang Kristen di Sri Lanka dan Yahudi di Amerika Serikat juga sama salahnya.

Banyak pihak yang bertanggung jawab untuk menyembuhkan penyakit ini hampir menjadi gila.

Dalam hal ini, politisi populis yang mencari suara dengan memprovokasi kecenderungan ini, serta masyarakat yang menganggap normal pidato kebencian dengan dalih kebebasan berekspresi.

Prasangka, ketidaktahuan dan kefanatikan serta upaya marginalisasi terhadap para migran, khususnya kaum Muslim, membuka jalan bagi munculnya kecenderungan-kecenderungan tidak wajar ini.

Momok ini hanya bisa dikalahkan oleh kehendak dan upaya bersama. Ini menjadi tugas mendasar setiap negarawan atau negarawati untuk mengadopsi wacana publik yang inklusif dan toleran serta mengambil langkah-langkah konkret.

Sekretaris Jenderal PBB yang terhormat baru-baru ini memperkenalkan “Rencana Aksi untuk Melindungi Situs-situs Keagamaan” yang dikembangkan oleh Aliansi Peradaban PBB, sebuah prakarsa PBB yang Turki telah menunjukkan kepemimpinan politik dalam pembentukannya.

Kami berharap bahwa Rencana Aksi ini akan membantu meningkatkan kesadaran tentang persoalan ini.

Dan saya dengan ini meminta penunjukan oleh PBB pada 15 Maret, hari ketika serangan Christchurch terjadi, sebagai “Hari Internasional untuk Solidaritas melawan Islamofobia”.

Saya juga mengundang dunia Islam untuk memulai penilaian menyeluruh dari semua persoalan, khususnya kesenjangan Sunni-Syiah, yang sejauh ini telah memberikan landasan bagi konflik internal serta berfungsi sebagai instrumen politik untuk konflik kekuasaan.

Delegasi yang terhormat,

Turki adalah penerus yang sah untuk warisan kolektif peradaban Timur dan Barat karena lokasi geografisnya di pusat dunia kuno.

Oleh karena itu, kami berkewajiban untuk mengikuti dengan cermat perkembangan terbaru di kedua dunia, memikul tanggung jawab dan mengambil inisiatif.

Kami akan terus memenuhi tanggung jawab kami terhadap kemanusiaan sebagai negara yang terkena dampak secara langsung atau tidak oleh semua krisis yang hanya dapat saya tunjukkan beberapa di antaranya hari ini.

Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan khususnya Dewan Keamanan, hendak direformasi atas dasar keadilan, moral dan hati nurani, akan sekali lagi memberikan harapan kepada umat manusia.

Turki siap untuk mempromosikan dan mendukung setiap langkah yang diambil menuju arah ini. Dengan pemahaman ini, kami bersedia untuk menjadi Presiden Majelis Umum PBB ke-75.

Kami telah mencalonkan Duta Besar Volkan Bozkır, mantan Menteri Uni Eropa dan Ketua Komite Luar Negeri dari Majelis Nasional Besar Turki untuk jabatan penting ini.
Kami memiliki keyakinan penuh bahwa Bapak Bozkir, diplomat dan politisi berpengalaman, akan memikul tanggung jawab ini dengan sukses.

Dan saya percaya bahwa Anda tak akan mengecualikan dukungan Anda kepadanya.

Istanbul, kota terbesar di Turki, saat ini menjadi tuan rumah bagi berbagai kehadiran regional PBB, dan kami ingin menjadikan Istanbul bahkan pusat regional dan global yang lebih besar untuk PBB.

Bank Teknologi PBB untuk Negara Berkembang mulai beroperasi tahun lalu di Istanbul.

Kami juga mengapresiasi respon positif dan menggembirakan yang telah kami terima sejauh ini atas proposal untuk menjadi tuan rumah Pusat Pemuda PBB di Istanbul, yang telah saya tawarkan tahun lalu di mimbar ini.

Anggota Kelompok Mediasi PBB yang kami pimpin bersama telah mencapai 59 orang.

Kami telah membawa inisiatif PBB ini juga ke Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa dan Organisasi Kerjasama Islam.

Saya percaya bahwa itu adalah capaian kita untuk menemukan solusi yang adil, bijak dan bertanggung jawab atas semua tantangan global yang kita hadapi.

Saya ingin mengakhiri pidato saya dengan harapan berikut.

KEBEBASAN UNTUK SEMUA

PERDAMAIAN UNTUK SEMUA

KEMAKMURAN UNTUK SEMUA

KEADILAN BAGI SEMUA

MASA DEPAN YANG DAMAI DAN AMAN UNTUK SEMUA

Saya berharap upaya Sidang ke-74 Majelis Umum PBB berhasil. Saya menyambut Anda semua dengan rasa hormat atas nama saya dan negara.(AT/RS3/)

Sumber: Anadolu Agency

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Timur Tengah
Palestina
Internasional
Kolom
Kolom
Khadijah