Sidang Itsbat Penetapan 1 Ramadhan 1437 H yang dipimpin oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyepakati awal Ramadhan tahun ini jatuh pada hari Senin, 6 Juni 2016.
Sidang Itsbat yang dihadiri sejumlah duta besar negara sahabat dan pimpinan Ormas Islam itu digelar di Auditorium HM.Rasjidi, Gedung Kementerian Agama, Jalan MH.Thamrin Nomor 6 Jakarta Pusat, Ahad sore (5/6).
Secara khusus, Menteri Agama menyampaikan pidato menyambut kedatangan bulan suci tersebut. Berikut transkip pidatonya yang dikutip dari bimasislam:
***
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
PIDATO MENTERI AGAMA RI MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN TAHUN 1437H/2016M
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT YANG BERBAHAGIA.
Marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memperkenankan kita bersua kembali dengan bulan Ramadlan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta segenap keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Pada hari ini, Kementerian Agama Republik Indonesia telah mengadakan sidang itsbat sebagai forum pengambilan keputusan dalam menetapkan awal bulan Ramadlan yang diikuti oleh perwakilan negara-negara sahabat, para ulama, para pimpinan ormas Islam, anggota Badan Hisab Rukyat, dan para ahli astronomi.
Forum tersebut telah menyepakati dan memutuskan bahwa tanggal 1 Ramadhan 1437 H jatuh pada hari Senin tanggal 6 Juni 2016. Dengan demikian, puasa Ramadlan akan kita mulai esok hari Senin.
Karena itu marilah kita sambut bulan Ramadlan dengan penuh suka cita, seraya mengucap: Selamat datang wahai bulan suci Ramadlan, selamat datang bulan puasa, dan selamat datang bulan penuh ibadah.
KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT YANG BERBAHAGIA.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Bulan Ramadlan adalah momentum istimewa, kesempatan berharga bagi umat Islam untuk meningkatkan keimanan, menumbuhkan kejujuran, keikhlasan dan kepedulian sosial. Bulan puasa juga merupakan momentum bagi kita untuk melakukan evaluasi tahunan terhadap semua perilaku dan amalan selama sebelas bulan yang telah berlalu, baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun sesama manusia.
Ramadlan adalah bulan tempat kita menempa diri untuk kembali kepada jati diri kita sebagai manusia. Sebagai manusia, selain menjadi hamba Tuhan yang wajib tunduk dan berserah diri pada semua perintah dan ketentuan yang datang dari-Nya, kita juga mengemban fungsi sebagai khalifah yang bertugas mengelola dan memakmurkan alam semesta dengan segenap isinya.
Karenanya Ramadlan semestinya diisi dengan amalan-amalan yang benar-benar mencerminkan hakikat jati diri kita, yaitu beribadah secara vertikal kepada Allah SWT sebagai wujud kepatuhan kita kepada-Nya, serta beribadah secara horizontal dengan beramal kebaikan sebagai wujud menjalankan fungsi kekhalifahan.
KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT YANG BERBAHAGIA.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Banyak ulama yang menyebutkan hakikat bulan Ramadlan sebagai bulan pendidikan. Ramadlan mendidik umat Islam untuk menunaikan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT dengan penuh ketaatan. Puasa mendidik umat Islam untuk selalu berusaha mengendalikan diri dari segala nafsu amarah dengan penuh kesungguhan.
Bulan Ramadlan mendidik jiwa dan raga kita untuk memupuk kebersamaan dan kepedulian sosial. Puasa mengasah kepekaan sosial, bagaimana ditimpa dahaga dan kelaparan yang sering dirasakan kaum miskin papa. Puasa melatih jiwa sosial untuk berempati merasakan penderitaan dan mengulurkan tangan membantu sesama.
Puasa Ramadlan mendidik kita meraih kesalehan individual dan sosial. Derajat muttaqin, yaitu derajat orang-orang yang bertakwa, merupakan hasil dari ibadah puasa. Derajat tersebut diraih oleh mereka yang berhasil menjalankan perannya sebagai hamba sekaligus sebagai khalifah. Dan keberhasilan itu hanya dapat dicapai jika ibadah puasanya dijalankan secara sungguh-sungguh dengan mengutamakan sisi kualitas, bukan semata formalitas apalagi seremonial belaka. Yang demikian ini perlu senantiasa kita perhatikan, agar kita tidak termasuk golongan orang-orang yang disinyalir oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: ”Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi ia tak mendapatkan apapun dari puasanya itu kecuali rasa lapar dan dahaga”.(HR. Ahmad).
KAUM MUSLIMIN DAN MUSLIMAT YANG BERBAHAGIA.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Pada kesempatan yang membahagiakan ini, saya mengajak seluruh umat beragama mari kita jaga suasana kerukunan dan persaudaraan di antara kita sebagai sesama anak bangsa. Mari kita jaga suasana penuh kedamaian ini agar saudara-saudara kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan khusu’ dan khidmat.
Saya menghimbau kepada para pengelola tempat hiburan, pelaku usaha rumah makan/pengusaha kuliner, para pengelola media cetak dan elektronik, juga para admin dan pengguna media sosial, hendaknya ikut menjaga suasana yang kondusif, dengan membatasi kegiatan, pertunjukan, tayangan dan konten-konten yang dapat mencederai kemuliaan bulan Ramadlan.
Mari kita ciptakan suasana Ramadlan sebagai bulan yang penuh kedamaian, penuh kasih sayang, dan saling memaafkan. Semoga dengan datangnya bulan Ramadlan 1437 H, Allah SWT memberkati bangsa dan negara Indonesia, dan semoga kita semua senantiasa berada dalam lindungan-Nya.
Akhirnya, atas nama Pemerintah Republik Indonesia kami mengucapkan “Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita.”
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 1 Ramadlan 1437
Menteri Agama RI,
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Lukman Hakim Saifuddin
(R05/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib