Kuwait City, 26 Rajab 1437/4 Mei 2016 (MINA) – Pihak-pihak yang bertikai di Yaman kembali bertatap muka dalam pembicaraan damai tiga hari setelah delegasi pemerintah ikut kembali dalam perundingan.
“Sesi kerja bersama telah mulai ditindaklanjuti dengan agenda yang disepakati,” kata Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed, di Twitter, Rabu (4/5), demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Sebelumnya, perundingan yang dimulai pada 21 April lalu bubar pada Ahad (1/5) setelah delegasi pemerintah keluar sebagai protes atas penyerahan salah satu basis pendukung pemerintah di pegunungan utara kepada oposisi bersenjata Houthi.
Ould Cheikh Ahmed mengatakan, kedua pihak telah sepakat bahwa komite pengawas akan memantau gencatan senjata dan akan meluncurkan misi pencari fakta atas pengambilalihan basis al-Amaliqa di provinsi Amran.
Baca Juga: Konferensi Tawasol 4 Bahas Narasi Palestina dan Tantangan Media Global
Komite pengawas akan menyampaikan laporannya dalam waktu 72 jam dengan rekomendasi praktis bahwa semua pihak berjanji untuk menghormati gencatan senjata.
Menteri Luar Negeri Yaman Abdulmalik Al-Mekhlafi yang memimpin delegasi pemerintah telah menuntut penarikan keluar kelompok Houthi dari ibukota Sanaa.
Konflik Yaman telah menewaskan lebih 6.400 orang dan memaksa 2,8 juta mengungsi sejak Maret tahun lalu.
Houthi dan sekutu mereka masih mengendalikan ibukota, serta banyak wilayah pegunungan utara dan tengah serta pantai Laut Merah.
Baca Juga: Uni Eropa Umumkan Paket Bantuan Rp3,9 T untuk Suriah
PBB mengatakan, sebagian besar warga sipil tewas dalam serangan bom koalisi pimpinan Arab Saudi.
Lembaga HAM dunia HRW menuduh koalisi melaksanakan “serangan udara tanpa pandang bulu” terhadap wilayah sipil, dan para pemberontak melakukan “berbagai pelanggaran”. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)