Pilihan Hidup Seorang Muslim

Oleh: M. Amin Nuroni, S.Sos., Sekjen Majelis Dakwah Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah)

Seringkali dalam kehidupan ini, seorang muslim dihadapkan pada beberapa perkara yang harus ia pilih salah satu nya di waktu yang bersamaan. Hal ini bukan sesuatu yang sederhana jika apa yang menjadi pilihannya merupakan refleksi keimanaan dalam hati seseorang.

Ada kalanya pilihan seseorang lebih berorientasi pada pandangan kesenangan hidup duniawi yang menjadi dominan pengaruhnya pada hati manusia. Namun ada pula pilihan itu jatuh pada gambaran hidup seseorang yang berorientasi pada kecintaannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)

Pada ayat ini Sayyid Qutb menjelaskan adanya dua kelompok, sudut, sisi, yaitu orang tua, anak, saudara, pasangan, dan kerabat (ikatan darah, nasab, kerabat, dan perkawinan), harta benda dan perniagaan (ambisi dan keinginan fitroh), tempat tinggal yang menyenangkan (kenikmatan dan kesenangan hidup) ada pada satu sisi, sedangkan sisi lainnya adalah cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan jihad fi sabilillah dengan segala konsekuensinya.

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini adalah ancaman dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala bagi orang-orang muslim yang lebih mencintai keluarga, harta benda, dan kenikmatan dunia dibandingkan dengan kecitaannya kapada Allah, Rasul, dan jihad fi sabilillah maka tunggulah saat Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan  timpakan siksa dan kehinaan kepada mereka.

Ibnu Katsir juga menukil sebuah hadist riwayat Imaam Ahmad dari Zuhroh bin Ma’bad dari kakeknya Ia berkata, “Kami bersama Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasalam, sedangkan Rasul saat itu memegang tangan Umar bin Khattab radiyallahu anhu, maka Umar berkata, “Demi Allah, ya Rasulullah shalallahu a’laihi wasalam, sungguh engkau lebih aku cintai dari semuanya kecuali diriku sendiri”. Rasul berkata, “Tidaklah seseorang itu beriman sehingga aku lebih ia cintai daripada dirinya sendiri” maka engkau sekarang, demi Allah lebih aku cintai dari diriku sendiri”. Kemudian Rasul berkata kepada Umar, “Sekarang benar engkau, (dikeluarkan oleh Abdul Rozak, diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Ibnu Jarir)”.

Jadi memilih untuk lebih mencintai Allah, Rasul-Nya dan Jihad Fi Sabilillah lebih dari cintanya kepada keluarga, harta benda dan kenikmatan dunia adalah yang paling utama bagi seorang muslim karena itu adalah hakikat mahabbah kepada Allah, tentu dengan wujud ketaatan dan ittiba kepada Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasalam.

Kecintaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dasar segala amal ibadah dalam kehidupan seorang muslim,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam”. (QS. Al An’am: 162).

Juga sekaligus itu merupakan ciri khas seorang muslim,

وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

 “Dan orang yang beriman mereka amat sangat cintannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala”. (QS. Al-Baqarah: 165)

Dalam sebuah hadist, Rasulullah shalallahu a’laihi wasallam menjelaskan bahwa mencintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu adalah buah dari keimanan, dan keimanan itu harus dijaga dan dipupuk dengan amal-amal yang ikhlas dan khusyu karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasallam bersabda: “Tiga hal yang apabila itu ada pada diri seseorang, maki akan merasakan lezatnya iman yaitu jika Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan jika ia mencintai seseorang dan tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah dan ia benci kembali pada kekafiran setelah Allah selamatkan ia dengan menjadi muslim sebagaimana ia benci dilemparkan kedalam api neraka”. (HR. Muttafaqun alaih)

Dari keterangan ayat dan hadis di atas sangatlah jelas bahwa pilihan-pilihan seorang muslim dalam hidup mereka adalah mencintai Allah, Rasul dan Jihad fi sabilillah yaitu dengan menjadikan sebagai jalan hidup mereka, menjadikan Rasulullah shalallahu a’laihi wasallam sebagai uswah mereka, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang membimbing mereka baik secara personal, keluarga dan bermasyarakat.

Berbahagialah orang yang dapat memilih dalam hidupnya hal-hal yang utama itu, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu A’laihi Wasalam, “Tidaklah ada sesuatu untuk mendekat kepada Ku yang paling Aku sukai dari ibadah fardhu yang telah ditetapkan, dan tidaklah hamba Ku bertaqorrub dengan ibadah nawafil (sunnah) sehingga aku mencintainya, maka apabila aku telah mencintai hamba Ku maka Aku (Allah) menjadi penglihatannya saat ia melihat, pendengaran saat ia mendengar, tangganya saat ia menyentuh/memegang, dan kakinya saat ia berjalan, dan jika ia meminta pasti aku kabulkan, dan jika ia meminta perlindungan, pasti Aku lindungi.” (HR. Bukhari)

(AK/R01/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.