Jakarta, MINA – Indonesia dan Filipina siap sambut 70 hubungan Diplomatik kedua negara pada tahun 2019 yang akan datang dengan kerja sama bilateral yang lebih erat khususnya ekonomi dan lebih terasa manfaatnya bagi masyarakat kedua negara.
Secara khusus disebut ajakan pada Indonesia untuk bersama membangun Pilipina Selatan melalui investasi, perdagangan dan pembangunan infrastruktur, sebab Pemerintah Pilipina ingin meningkatkan pembangunan wilayah selatan yang selama ini ketinggalan dan menjadi daerah bergolak. Presiden Diterte juga berasal dari Pilipina Selatan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, dan Menteri Luar Negeri Filipina, Alan Peter Cayetano, pada pertemuan kedua Menlu, Senin (20/8), di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta. Demikian keterangan tertulis Kemlu RI yang dikutip MINA.
Mengawali pertemuan, Menlu
Filipina yang hadir pada acara pembukaan ASIAN Games 18 di Jakarta (18/8) menyatakan dirinya sangat terkesan dengan acara pembukaan tersebut.
Menurut Menlu Cayetano, pertunjukan tersebut tidak hanya memberikan semangat berjuang tapi juga menampilkan kekuatan budaya, kehidupan modern, dan talenta generasi muda
Indonesia. Menlu
Filipina mengharapkan semangat ini dapat menginspirasi atlet-atlet kita.
Pada pertemuan, kedua Menlu membahas pengeratan kerja sama bilateral khususnya di bidang Ekonomi untuk menerjemahkan hubungan erat yang hampir seperempat abad bagi kesejahteraan rakyat.
Salah satu isu yang menjadi perhatian adalah intensifikasi konektivitas khususnya rute Roll-on/Roll-off (RoRo) antara Davao City dan Bitung untuk mendorong ekonomi bilateral, yang disepakati kedua Presiden tahun lalu.
“Peningkatan konektivitas ini akan lebih membuka pintu perdagangan dan mendorong meningkatnya aktivitas bisnis kedua negara, khususnya masyarakat lokal,” ujar Menlu Retno.
Indonesia juga menyambut baik ajakan Pemerintah
Filipina untuk mempererat kerja sama ekonomi khususnya kerja sama investasi bagi pengembangan kawasan di
Filipina selatan yang akan menjadi kawasan otonomi. Situasi di
Filipina Selatan diharapkan akan semakin membaik dengan disahkannya
Bangsamoro Organic Law (BOL) oleh Parlemen
Filipina pada bulan Juli 2018.
“BOL adalah langkah bersejarah dalam proses perdamaian di
Filipina Selatan.
Indonesia siap untuk mendukung terus upaya memperkuat perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di
Filipina Selatan termasuk dengan mempererat kerja sama di bidang ekonomi,” ujar Menlu RI.
Dalam pertemuan, Menlu RI mengajak Menlu
Filipina untuk segera menyelesaikan deliminasi batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) kedua negara dengan pertukaran instrumen ratifikasi dalam waktu dekat.
“Penyelesaian perbatasan ini akan semakin mempererat hubungan
Indonesia dan
Filipina,” kata Menlu Retno. Perjanjian deliminasi ZEE telah disepakati dan ditandatangani kedua negara pada tahun 2014.
Indonesia meratifikasi perjanjian tersebut pada tahun 2016 dan saat ini sedang menunggu proses ratifikasi dari
Filipina.
Total perdagangan
Indonesia dan
Filipina meningkat 22% pada tahun 2017 dengan nilai total US$ 7,48 milyar. Sementara di bidang investasi, kedua negara saling menjajaki potensi ekonomi masing-masing.
Investasi
Filipina di
Indonesia pada tahun 2016 adalah sebesar 31,76 di 72 proyek, sementara
Indonesia sedang dalam proses untuk memenuhi permintaan pengadaan Pesawat Terbang jenis NC 212i dan kereta api ke
Filipina. (R/R04/P1)
Baca Juga: HRW: Pengungsi Afghanistan di Abu Dhabi Kondisinya Memprihatinkan