
Aden
, Yaman. (Foto: Reuters)" width="300" height="181" /> Tentara Arab Saudi di bandara internasional Aden, Yaman. (Foto: Reuters)Sanaa, 11 Syawal 1436/27 Juli 2015 (MINA) – Pemimpin pemberontak Houthi Yaman, Abdulmalik Al-Houthi, menolak gencatan senjata, menurut sebuah pernyataan di akun Twitter yang diyakini dikelola oleh kelompoknya.
Status Twitter itu mengatakan, gencatan senjata hanya bertujuan untuk memberi kesempatan pejuang pro-pemerintah bersatu kembali, Arab News yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Presiden Komite Tinggi Revolusi Mohammed Ali Al-Houthi mengatakan dalam komentarnya yang dipublikasikan oleh kantor berita Saba pendukung Houthi, kelompoknya belum berkonsultasi dengan PBB, karenanya tidak ada pihak yang bisa memberikan jawaban “negatif atau positif”.
Sementara itu, terjadi percakapan telepon antara Wakil Putra Mahkota Mohammed bin Salman, Wakil Perdana Menteri Kedua dan Menteri Pertahanan Arab Saudi dengan yaman/">Presiden Yaman Abd-Rabbo Mansour Hadi.
Baca Juga: AS Tingkatkan Serangan terhadap Cabang Al-Qaeda Hurrasud-Din
Wakil Putra Mahkota menerima panggilan telepon dari yaman/">Presiden Yaman membicarakan perkembangan perang terbaru, kantor berita SPA melaporkan.
Mereka juga membahas upaya koalisi untuk mendukung legitimasi pemerintah Hadi dan memulihkan stabilitas di Yaman.
Pasukan pro-pemerintah telah memaksa pasukan pemberontak mundur di pinggiran utara Aden, kota kedua Yaman, pada Ahad menjelang gencatan senjata kemanusiaan dinyatakan oleh koalisi pimpinan Arab Saudi.
Pasukan yang setia kepada Presiden Hadi berusaha memperketat kontrol mereka terhadap kota pelabuhan selatan dan sekitarnya menjelang gencatan senjata. (T/P001/P2)
Baca Juga: Mesir akan Jadi Tuan Rumah KTT Arab tentang Rekonstruksi Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Turki Renovasi Bandara Internasional Damaskus yang Rusak Imbas Perang Saudara