Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pimpinan Militer Sudan Tidak Bergabung Dalam Perundingan Damai

Rudi Hendrik Editor : Bahron Ansori - Ahad, 25 Agustus 2024 - 20:02 WIB

Ahad, 25 Agustus 2024 - 20:02 WIB

24 Views

Penguasa de facto dan Kepala Militer Sudan Abdel Fattah Al-Burhan. (Gambar: Anadolu)

Port Sudan, MINA – Penguasa de facto Sudan, Kepala Militer Abdel Fattah Al-Burhan mengatakan, pemerintahnya tidak akan bergabung dalam perundingan damai dengan paramiliter saingan di Jenewa, Swiss.

Burhan juga bersumpah untuk “berjuang selama 100 tahun,” demikian dikutip oleh Arab News.

“Kami tidak akan pergi ke Jenewa. Kami akan berjuang selama 100 tahun,” kata Burhan kepada wartawan di Port Sudan, Sabtu (24/8).

Pasukan Burhan telah memerangi paramiliter Rapid Support Forces (RSF) selama lebih dari 16 bulan.

Baca Juga: Uni Eropa Berpotensi Embargo Senjata ke Israel Usai Surat Penangkapan ICC Keluar

Amerika Serikat membuka perundingan di Swiss pada tanggal 14 Agustus yang bertujuan meringankan penderitaan manusia dan mencapai gencatan senjata yang langgeng di Sudan.

Meskipun delegasi RSF hadir, angkatan bersenjata Sudan tidak senang dengan format tersebut dan tidak hadir, mereka telah melakukan kontak telepon dengan para mediator.

Pembicaraan tersebut diselenggarakan bersama oleh Arab Saudi dan Swiss, dengan Uni Afrika, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang melengkapi apa yang disebut Kelompok Bersatu untuk Memajukan Penyelamatan Jiwa dan Perdamaian di Sudan (ALPS).

Perundingan tersebut berakhir pada Jumat (23/8) tanpa gencatan senjata, tetapi dengan kemajuan dalam mengamankan akses bantuan pada dua rute utama ke negara tersebut, yang dilanda salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi

Konflik brutal tersebut telah memaksa satu dari lima orang Sudan meninggalkan rumah mereka, sementara puluhan ribu orang telah meninggal. Lebih dari 25 juta orang di seluruh Sudan — lebih dari separuh populasinya — menghadapi kelaparan akut. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Feature
Afrika
Afrika
Indonesia