Yogyakarta, MINA – Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ruslan Fariadi mengatakan, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam tidak saja sebagai figur spiritual tetapi juga sebagai guru yang ideal.
Menurut Dosen Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah itu, salah satu buktinya ialah variasi strategi dan metode pembelajaran yang dilakukan Rasulullah kepada para sahabat.
“Hal ini tidak hanya diakui oleh umat Islam tetapi juga oleh komunitas non-muslim. Salah satu contohnya Robert Gullick yang mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan,” terang Ruslan dalam sidang disertasi terbuka di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, seperti dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id, Sabtu (4/12).
Ruslan melanjutkan, variasi strategi dan metode pembelajaran yang dilakukan Nabi selalu disesuaikan dengan konteks yang dihadapi. Dalam menyampaikan risalah Islam, Rasulullah tidak lupa untuk mempertimbangkan aspek situasi, kondisi, berat dan ringannya materi, bahkan juga aspek psikologis. Pertimbangan itu dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
“Nabi shalallahu alaihi wassalam pernah ditanya oleh beberapa sahabat soal perbuatan apakah yang paling ideal. Jawaban Rasulullah bervariasi, seperti shalat pada waktunya, berbakti kepada kedua orang tua, dan lain sebagainya. Keragaman jawaban Nabi tersebut selalu disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan penanya,” terang Pria kelahiran Mataram, 22 Agustus 1973 itu.
Berdasarkan hasil penelitiannya menelusuri dari ragam sumber bacaan, Ruslan menyimpulkan, strategi pembelajaran Nabi Muhammad, di antaranya: metode bertanya, menggunakan alat peraga, reward and punishment, perumpamaan, metode gradual, story telling, analogi, keteladanan, ceramah, memberi beberapa jawaban alternatif, dan metode berdebat. Dari keragaman strategi ini, proses pembelajaran Nabi Saw lebih banyak mengedepankan partisipasi peserta didik.
Tidak hanya itu, Ruslan juga berhasil menemukan dampak psikologis bila menerapkan strategi pembelajaran Nabi Saw seperti membangkitkan emosi dan kesan mendalam, memberikan kepuasan, melatih kesabaran dan keuletan dalam menghadapi setiap proses, menyesuaikan dengan kecenderungan individu sehingga membangkitkan perhatian, dan lain-lain.
Ruslan berharap dari penelitian tentang strategi dan metode pembelajaran Nabi Muhammad itu memberikan solusi praktis dari kejumudan dunia pendidikan Islam. Pasalnya, metode ceramah masih mendominasi baik di dunia pesantren maupun perguruan tinggi. Hal tersebut buah dari kecenderungan memahami hadis yang bersifat retriction of traditionalist, tidak secara modernist scriptualism. Akibatnya hadis hanya digunakan sebagai motto pendidikan dan menjadi doktrin kering yang tidak berdampak apa-apa.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Pada akhirnya, Ruslan Fariadi berhasil mempertahankan hasil penelitiannya sekaligus secara resmi menyandang gelar doktor di bidang psikologi pendidikan Islam. (R/R5/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September