Beirut, MINA – Pengiriman bahan bakar Iran yang diimpor ke Lebanon oleh Hizbullah merupakan pelanggaran kedaulatan negara, Perdana Menteri Najib Mikati mengulangi pernyataannya pada Senin (20/9).
Pemerintah baru Lebanon yang didukung oleh mosi percaya parlemen pada hari Senin, mengatakan, izinnya tidak diminta terkait impor solar Iran, Arab News melaporkan.
Hizbullah telah menyimpan solar dalam tangki di daerah Baalbek, milik perusahaan bahan bakar Al-Amana yang telah berada di bawah sanksi AS sejak Februari 2020, karena memiliki hubungan dengan kelompok yang didukung Iran itu.
Truk tanker mulai membawa bahan bakar dari Iran pada Kamis lalu (16/9), sebuah langkah yang dikatakan akan meredakan krisis energi yang melumpuhkan di Lebanon.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Sebuah kapal tanker membawa bahan bakar ke Suriah dan dari sana menyeberang ke Lebanon. Baik Suriah dan Iran berada di bawah sanksi AS.
“Pelanggaran kedaulatan Lebanon membuat saya sedih,” kata Mikati kepada CNN dalam sebuah wawancara, kata kantornya dalam sebuah unggahan pekan lalu.
Namun, ia tidak khawatir bahwa Lebanon akan terkena sanksi, “karena operasi itu dilakukan tanpa keterlibatan pemerintah Lebanon.”
Jumat malam (17/9), penyiar Lebanon LBCI mengatakan bahwa sekelompok tanker baru yang membawa bahan bakar Iran memasuki Lebanon melalui wilayah Hermel, yang sebagian besar dihuni oleh penganut Syiah yang merupakan basis pendukung Hizbullah. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon