Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PM Pakistan Tak Ingin Perang di Timur Tengah Terjadi

Rana Setiawan - Sabtu, 18 Januari 2020 - 20:21 WIB

Sabtu, 18 Januari 2020 - 20:21 WIB

4 Views

Perdana-Menteri-Pakistan-Imran-Khan.-Foto-file-Anadolu-Agency

Islamabad, MINA – Perdana Menteri Pakistan Imran Khan telah memperingatkan bahwa Negara-negara di Timur Tengah tidak harus melakukan atau terlibat konflik militer secara langsung – khususnya antara Arab Saudi dan Iran – karena situasi seperti itu akan menjadi bencana bagi Pakistan.

Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jerman Deutsche Welle kemarin, Khan menekankan perilaku netral Pakistan terhadap dua saingan regional Iran dan Arab Saudi, yang kedua negara tersebut secara historis memiliki hubungan diplomatik, militer, dan ekonomi yang bersahabat dengan Pakistan.

Dia mengatakan, sementara Kerajaan Teluk Saudi merupakan salah satu teman terbaik Pakistan, pihaknya juga selalu menjaga hubungan baik dengan Iran.  Karena hal ini ia menjelaskan, negaranya tidak akan memihak salah satu pihak pada meningkatnya ketegangan antara kedua rival.

“Karena itu, konflik militer antara Arab Saudi dan Iran akan menjadi bencana bagi Pakistan. Kami berusaha sebaik mungkin untuk memastikan bahwa hubungan antara kedua negara tidak memburuk,” kata Khan.

Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan

Komentar Khan muncul sepekan setelah Menteri Luar Negeri Pakistan Mahmood Qureshi bertemu dengan timpalannya di Arab Saudi, Iran, dan Amerika Serikat (AS).

Sementara pada saat yang sama Khan bersikeras bahwa negaranya siap memainkan perannya untuk perdamaian tetapi tidak pernah bisa lagi menjadi bagian dari perang apa pun.

Netralitas tegas Pakistan terlihat pada tahun-tahun sebelumnya, seperti keragu-raguannya dalam mengirim langsung pasukan militer ke Yaman bersama koalisi Saudi, terlepas ikut pelatihan militer gabungan Saudi dan kehadiran beberapa tentara di Yaman untuk tujuan pelatihan.

Peringatan perdana menteri Pakistan itu muncul pada saat meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi bersama sekutunya AS dan negara-negara Teluk lainnya beserta Iran, yang meningkat secara dramatis selama setahun terakhir khususnya pada awal 2020.

Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza  

Sebagian besar ketegangan berasal dari keluarnya AS dari perjanjian nuklir 2015 dengan Iran dan penerapan kembali sanksi terhadap negara itu, tetapi pukulan terbesar datang ketika militer AS membunuh komandan Iran dan Kepala Pasukan Quds dari Pasukan Penjaga Revolusi Iran (IRGC) Qasem Soleimani melalui serangan drone mematikan pada awal Januari ini.

Sejak itu, ada peningkatan dramatis dalam ketakutan akan terjadinya konflik militer langsung antara kedua belah pihak. Pihak Iran telah membalas dengan ringan tetapi dengan janji pembalasan yang akan datang yang lebih besar, banyak dikhawatirkan akan menjadi serangan lain yang menargetkan Arab Saudi dan aset-asetnya.

Ditengah semua ini, Pakistan telah lama dilihat sebagai mediator potensial antara Riyadh dan Teheran, menjadi salah satu dari sedikit sekutu dari kedua negara yang tidak secara terbuka condong ke satu sisi atau yang lain.

Akhir tahun lalu, Pakistan menawarkan diri untuk menjadi mediator dan memfasilitasi pembicaraan antara kedua pihak, yang disambut secara resmi oleh Iran. (T/Ty/R1)

Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Indonesia
Internasional
Internasional
Kolom
Kolom
Khadijah