Ramallah, MINA – Perdana Menteri Mohammad Shtayyeh mengapresisasi persetujuan UNESCO atas permintaan Palestina untuk memasukkan seni bordir di Palestina ke dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Kemanusiaan, dan menyebutnya sebagai langkah penting dan tepat waktu.
PM Shtayyeh mengatakan, itu akan membantu melindungi identitas, warisan, dan narasi Palestina, dalam menghadapi upaya pendudukan yang ingin “mencuri apa yang mereka miliki.”
Dia berterima kasih kepada UNESCO karena menyetujui permintaan Palestina selama pertemuan keenam belas, yang saat ini diadakan di ibu kota Prancis, Paris, WAFA melaporkan, Rabu (15/12).
Seni bordir tradisional tersebut saat tersebar luas di Palestina. Awalnya pakaian jenis ini dibuat dan dipakai di daerah pedesaan, tapi sekarang umum di seluruh Palestina dan di antara anggota diaspora di luar negeri.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Pakaian desa wanita biasanya terdiri dari gaun panjang, celana panjang, jaket, penutup kepala dan kerudung. Masing-masing pakaian ini disulam dengan berbagai simbol, seperti burung, pohon, dan bunga.
Pilihan warna dan desain menunjukkan identitas daerah asal, status perkawinan dan ekonomi.
Bordir adalah warisan sosial dan antargenerasi, karena wanita berkumpul di rumah masing-masing untuk berlatih menyulam dan menjahit, seringkali bersama putri mereka. Banyak wanita menyulam sebagai hobi, sebagian memproduksi dan menjual sulam untuk menambah penghasilan keluarga mereka, baik sendiri atau bekerja sama dengan wanita lain. (T/RI-1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon