Istanbul, 24 Jumadil Akhir 1436/13 April 2015 (MINA) – Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengkritik deskripsi Paus Francis pada Ahad (12/4) yang menyebut peristiwa 1915 sebagai “genosida”.
Davutoglu berbicara kepada wartawan di Istanbul, sebelum acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad (SAW). Dia mengatakan, pernyataan Paus itu “disayangkan, tidak benar dan tidak konsisten”.
Davutoglu mengatakan, pernyataan itu bukan hanya tentang salah membaca sejarah, tetapi juga “memberikan jalan untuk tumbuhnya rasisme di Eropa”, serta menuduh Turki dan Muslim melakukan kejahatan kolektif, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Ini tak pantas dari seorang Paus dan kewenangannya membaca peristiwa 1915 secara sepihak dan menutupi penderitaan orang lain dengan memilih penderitaan hanya sebagian dari umat manusia,” kata Davutoglu.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Dia mengatakan, tanpa keterlibatan faktor eksternal, “peristiwa menyakitkan 1915 mungkin tidak akan pernah terjadi”.
Pada Ahad, Paus Francis mengatakan, genocida pertama abad ke-20 dialami bangsa Armenia yang dilakukan oleh Kesultanan Ottoman Turki.
Pernyataan itu menyebabkan Turki memanggil pulang duta besarnya di Vatikan untuk konsultasi dan juga memanggil utusan Vatikan di Ankara untuk minta penjelasan.
Paus membuat pernyataan tersebut dalam sebuah Misa dalam ritus Katolik Armenia di Basilika Santo Petrus, di mana Presiden Armenia Serzh Sargsyan juga hadir.
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Armenia sebentar lagi akan memperingati peristiwa 1915 yang ke-100 pada 24 April.
Perdana menteri Turki mengatakan, tugas utama para pemimpin agama bukan untuk menciptakan lingkungan konflik dan kebencian baru dari perdebatan sejarah, tetapi untuk mengundang orang agar berdamai dan hidup bersama.
Peristiwa 1915 terjadi selama Perang Dunia I ketika sebagian penduduk Armenia yang tinggal di Kekaisaran Ottoman berpihak pada Rusia, menyerang dan memberontak terhadap Kekaisaran.
Kekaisaran Ottoman memindahkan warga Armenia di Anatolia timur menyusul terjadinya pemberontakan dan ada korban di pihak Armenia selama proses relokasi.
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza
Etnis Armenia telah menuntut permintaan maaf dan kompensasi, sementara Turki secara resmi telah membantah tuduhan Armenia atas insiden itu, meskipun banyak etnis Armenia tewas.
Namun, banyak orang Turki yang juga tewas dalam serangan kelompok-kelompok Armenia di Anatolia.
Pemerintah Turki telah berulang kali meminta sejarawan untuk mempelajari arsip Ottoman yang berkaitan dengan era itu untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi antara pemerintah Ottoman dan warga Armenia. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Demonstrasi Meletus di Paris Protes Galang Dana Zionis
http://aa.com.tr/en/news/492669–turkish-pm-criticizes-popes-remarks-on-1915-incidents