Luxemburg, 23 Ramadhan 1436/11 Juli 2015 (MINA) – Polandia menawarkan siap menampung 2.000 pengungsi dari Afrika dan Timur Tengah sebagai bagian dari rencana Uni Eropa.
Namun penawaran itu diajukan dalam keraguan pada Jumat (10/7) ketika mitra junior dalam pemerintahan koalisi mengeluh tidak diajak berunding.
Wakil Menteri Dalam Negeri Polandia Piotr Stachanczyk mengatakan, Pemerintah Polandia membuat tawaran pada pertemuan Kamis di Luxembourg, di mana para menteri Uni Eropa sepakat bagaimana mendistribusikan 20.000 pengungsi yang bertempat di luar Eropa.
Namun sejauh ini, anggota Uni Eropa belum berhasil menyepakati bagaimana membagi 40.000 pencari suaka yang tiba dengan perahu di Italia dan Yunani.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Sementara itu, Janusz Piechocinski, ketua partai PSL, mitra junior koalisi, mengatakan pengumuman itu dibuat tanpa berkonsultasi dengan partainya, Al Arabiya yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Piechocinski yang juga Wakil Perdana Menteri mengatakan, akan menjadi “tantangan” untuk menampung pengungsi.
Menanggapi keluhan Piechocinski, Menteri Luar Negeri Grzegorz Schetyna mengatakan, 2.000 hanya jumlah awal dan akan ada pembicaraan dalam pemerintah tentang masalah ini.
Dia mengaku, mengambil pengungsi itu sebagai sebuah “tantangan baru” bagi Polandia, tetapi dia mengatakan pemerintahnya ingin menunjukkan solidaritas kepada 27 anggota lain Uni Eropa.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Pemukiman kembali pengungsi telah menjadi isu mendesak bagi Eropa, karena meningkatnya jumlah imigran membuat munculnya upaya perjalanan perahu berisiko di Laut Mediterania menuju Eropa.
Para migran menyelamatkan diri dari perang di Suriah, penindasan di Eritrea dan kemiskinan di banyak tempat lain.
Pejabat Polandia khawatir negara akan mengalami kesulitan dalam bidang budaya dan ekonomi ketika menampung pengungsi, mengingat tingkat pengangguran di negara itu sebesar 11 persen.
Polandia telah mengambil banyak pengungsi di Ukraina, tetapi prospek mengambil pengungsi Muslim tidak populer di negara Katolik ini.
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Para pejabat Uni Eropa akan bertemu lagi pada 20 Juli untuk membahas rencana pengungsian. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza