Crimea, 6 Rabi’ul Akhir 1436/27 Januari 2015 (MINA) – Polisi Rusia menggerebek stasiun televisi Tatar Crimea, ATR, di kota Simferopol, Senin (26/1).
Menurut Direktur Jenderal ATR Elzara Islamova, polisi menggeledah setiap kamar terkait video yang tayang pada Februari 2014, sebagai bagian dari penyelidikan atas kematian dua orang selama demonstrasi di depan Parlemen Crimea sebelum aneksasi Rusia terhadap wilayah semenanjung itu.
Islamova menyatakan, Komite Investigasi dan Kementerian Dalam Negeri Rusia mengatakan, mereka sedang mencari video sebagai bagian dari kasus ini, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Hal ini menjelaskan kami belum memberikan video itu kepada Komite Investigasi,” kata Islamova kepada pers.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Polisi kemudian mencegahnya memberikan informasi lebih lanjut.
Menurut Wakil Direktur ATR Liliya Budzhurova, setidaknya 20 petugas bersenjata, bersama 50 tentara dan polisi anti huru hara memasuki gedung.
Dia menambahkan, tidak ada yang diizinkan memasuki atau meninggalkan gedung selama pencarian mereka.
Stasiun televisi kini kembali siaran.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Pemerintah Rusia telah mengirimkan pasukannya untuk mengambil alih Crimea, wilayah pangkalan angkatan laut Rusia, setelah presiden Ukraina yang pro-Rusia disingkirkan dari kekuasaan pada Februari 2014. Kemudian diikuti oleh referendum tergesa-gesa Crimea untuk bergabung dengan Rusia, di mana Ukraina dan Barat menolaknya serta menyebutnya ilegal.
Peristiwa ini memicu sanksi Barat terhadap Rusia atas pencaplokannya terhadap Crimea dan mendorong separatis pro-Moskow memberontak di timur Ukraina, di mana pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak telah menewaskan lebih 4.700 sejak April tahun lalu.
Muslim Tatar Crimea adalah salah satu penentang paling keras atas aneksasi Rusia terhadap Crimea dari Ukraina.
Era 1944, Soviet mendeportasi 200.000 etnis Tatar Crimea ke Siberia dan Asia Tengah serta banyak membunuh yang lainnya, menjadi alasan bagi Tatar Crimea menaruh ketidakpercayaan yang mendalam terhadap pemerintah Rusia. Banyak yang masih mengasosiasikan kekuasaan Moskow dengan penindasan, pengasingan dan penderitaan. (T/P001/R02)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza