Politik Yahudi dan Zionisme Antarbangsa

Oleh: Rifa Berliana Arifin, Kepala Redaksi Arab MINA

Belum lama ini, Parlemen atau biasa disebut Kneeset meloloskan undang-undang “negara bangsa yahudi”. UU itu menekankan bahwa Israel adalah tanah air bangsa yahudi (saja) yang memiliki nilai sejarah, sehingga hanya mereka memiliki hak istimewa untuk mengatur dan menentukan nasibnya sendiri di dalamnya.

Anggota parlemen Israel berdarah Arab, Ahmed Tibi menilai bahwa UU itu mematikan demokrasi karena mengandung upaya diskriminasi dan rasis, dengan menjadikan Bahasa Ibrani sebagai Bahasa resmi dan mencabut Bahasa Arab, juga menegaskan perluasan pemukiman ilegal Yahudi adalah kepentingan nasional bukan merupakan suatu pelanggaran.

Lantas pertanyaannya, bagaimana dengan warga negara Israel berdarah Arab? Bahwa warga Israel berdarah Arab itu merupakan 20% dari total penduduk Israel.

Berikut adalah asal usul yahudi, sejarah singkat lahirnya yahudi dan perkembangannya, hingga munculnya zionisme yang digadang menjadi otak konflik Israel-Palestina.

Pertama, dari mana asalnya Yahudi?

Semua penganut yudaisme adalah Yahudi, tapi tidak semua Yahudi menganut Yudaisme. Karena Yahudi bersifat global. Seorang dianggap yahudi jika ada pertalian darah yang mengikatnya.

Yahudi berasal dari keturunan Judah, Benjamin dan Levi, tiga suku dari 12 suku Bani Israel (Israelites). Bani Israel merupakan keturunan Nabi Yakub (Jacob). Nabi Yakub mempunyai 12 anak, dan 12 anak itulah yang membentuk Bani Israel.

Nabi Yakub adalah anak Nabi Ishak (Isaac), Nabi Ishak anak Nabi Ibrahim (Abraham). Anak Nabi Ibrahim yang lain adalah Nabi Ismail (Ishmael), Dialah bapak orang Arab. Jadi sebetulnya terdapat banyak kesamaan antara Bani Israel dan orang Arab.

Bani Israel melarikan diri dari Firaun dan mendirikan kerajaan di Kanaan (Palestina). Nabi Daud dan Nabi Sulaiman juga merupakan pemimpin Bani Israel. Setelah Nabi Sulaiman wafat, Kerajaan Bani Israel pecah menjadi dua bagian: sebelah utara Kingdom of Israel terdiri dari 10 suku, yang sebelah selatan Kingdom of Judah hanya terdiri dari 3 suku saja yaitu Judah, Benjamin dan Levi. Nabi Ilyas dan Ilyasa hidup di zaman perpecahan ini.

Pada tahun 722 sebelum masehi, Kingdom of Israel dikuasai Kerajaan Asyur. 10 suku yang terhimpun di utara itu terpecah dan terpisah, maka jadilah cerita sejarah yang dikenal dengan “10 Lost Tribes of Israel“. Meski sampai saat ini banyak suku yang mengaku-ngaku sebagai keturunan yang hilang tersebut misalnya suku Samaritan.

Di Tahun 587 sebelum masehi, giliran Kingdom of Judah yang berada di Selatan dikuasai kerajaan Babylon. Penduduk Judah, Benjamin dan Levi dibuang ke Babylon.

Di zaman kerajaan Rom, Kanaan diganti dan diberikan nama baru yaitu Yudea. Maka penduduk Yudea (suku Judah, Benjamin dan Levi) disebut dengan satu nama yaitu Yahudi. Tidak peduli itu yahudi dari Inggris (Jew), Jerman (Jude), Belanda (Jood) atau Arab (Yahud). Nabi Zakariya (Zechariah), Yahya (John) dan Isa (Jesus) merupakan penduduk Yudea. Nabi Zakariya dan Nabi Yahya keturunan Levi, hanya Nabi Isa saja yang berketurunan Judah.

Pada tahun 70 masehi, orang Yahudi melakukan pemberontakan besar terhadap kerajaan Rom. Pasukan Rom akhirnya meratakan Jerusalem. Orang Yahudi berpencar ke seluruh dunia, mereka menyebar hingga ke penjuru dunia. Di Cina pun ada jejak “Kaifeng Jews“. Juga di Turki ada penganut yudaisme yang dikenal “Khazar Jews“.  Mereka sampai saat ini terus berkembang.

Di Indonesia juga ada orang Yahudi. Mereka bahkan sudah datang sejak abad ketujuh. Ketika Presiden Abdurrahman Wahid berkuasa, kelompok minoritas ini mulai bangkit. Sebagai bukti, di Sulawesi Utara terdapat Sinagoge dan Menorah terbesar di dunia.

Kedua, di mana mereka saat ini?

Sampai tahun 2010, di seantero bumi berjumlah sekitar 13.580.000 orang, 81 % mereka menetap di Israel dan Amerika Serikat. Sementara itu di Amerika Selatan, jumlah orang yahudi terbesar terdapat di Argentina, yakni 182.300, sedangkan yang terbanyak di Eropa berada di Perancis (483.500) ; jumlah orang yahudi di Benua Afrika sebanyak 70.800 orang.

Untuk mengenali mereka, kita bisa mulai mengenalinya dari nama mereka. Biasanya jika terdapat nama keluarga seperti Cohen, Kaplan, Lewin, Kagan bisa dipastikan itu clan yahudi tulen. Dan jika nama berakhiran “-stein” dan “-berg” bisa dipastikan mereka pun berdarah yahudi. seperti Epstein, Bernstein, Goldstein, Einstein, Goldberg, Rosenberg, Walburg. Mereka adalah Yahudi Ashkenazi yang berasal dari Jerman. Adapun yahudi yang dulunya tinggal di Polandia lebih familiar dengan nama berakhiran “ski“: Polanski, Malinowski. Karena Hitler membantai sebagian besar mereka (yahudi Jerman dan Polandia) akhirnya mereka melarikan diri ke Amerika Serikat, maka di sana kita sering temui bermacam nama seperti Roman Polanski, Steven Spielberg, mereka semua Yahudi.

Di Israel sendiri Yahudi beragam, tidak saja Yahudi Ashkenazi atau biasa dikenal Yahudi berasal dari Eropa, ada juga Yahudi Sephardi yang berada di Spanyol dan Mizrahi yang berasal dari wilayah Timur Tengah.

Dengan adanya Undang-Undang baru, mungkin beberapa anggota dewan Kneeset yang berdarah Arab baru menyadari bahwa “tanah air” yang dipijaknya tidak diperuntukan untuk selain bangsa yahudi.

Ketiga, bagaimana Zionis muncul?

Zionisme adalah ideologi yang mengajak orang Yahudi untuk kembali ke Palestina dan mendirikan negara. Ideologi ini sepenuhnya adalah sebuah gerakan nasionalis sekular (secular nationalism) yang mempunyai asal usul dalam pencerahan yahudi (Haskalah) dipelopori oleh Yahudi Ashkenazi di Jerman pada abad ke-19.

Azkenazi yang mempelopori adanya gerakan sekularisme dan rasionalisme mengajak bangsa yahudi melalui ide-ide progresifnya untuk menciptakan negara yahudi guna membebaskan rakyat yahudi dari diskriminasi dan penindasan. Mereka berpendapat bahwa takdir orang yahudi dapat dirubah tanpa harus menunggu kedatangan Al-Masih yang dijanjikan dalam Taurat (old testament).

Gerakan ini tidak begitu saja mulus. Yahudi Ortodoks (Haredim dan Hasidim) menolak adanya gerakan zionis. Mereka melihat Zionisme sebagai sebuah kesesatan kerana menurut keyakinan mereka, yahudi hanya boleh kembali ke tanah Israel (Eretz Israel) dan Zion (tempat suci di Jerusalem) dengan kehendak Tuhan. Upaya untuk mempercepat proses tersebut adalah salah karena melawan takdir.

Pendiri World Zionist Organization, Theodor Herzl adalah seorang Azkenazi sekuler. Penyokong Zionisme seperti Albert Einstein juga adalah seorang sekuler atheis. Keduanya sekuler dan sehaluan dengan proyek nasionalisasi Israel sebagai dalih merubah nasib mereka dari penindasan. Karena mereka sekuler maka hukum-hukum ortodoks tidak mereka pedulikan.

Awal mulanya, mereka menerima penawaran Inggris agar mendirikan negara di wilayah Afrika Timur dekat Uganda. Namun mereka berhasil membujuk Inggris untuk memberikan lampu hijau supaya bisa berhijrah ke Palestina di bawah penjagaan Inggris dari tahun 1922-1948 melalui payung Deklarasi Balfour 1917.

Zionis bertambah sesat dengan munculnya ideologi “Neo-Zionism” yang dipelopori Vladimir Jabotinsky  seorang pejuang Zionis yang militan. Ia adalah anak murid dari Menachem Begin pendiri partai Likud yang mengalahkan Partai Buruh (Labour) dalam pentas politik Israel tahun 1977. Sebetulnya Partai Labour lebih toleran dan terbuka kepada “Two-State Solution”, sedangkan Partai Likud lebih kaku dan menolak sepenuhnya keberadaan negara Palestina. Benjamin Netanyahu adalah salah seorang pemimpin partai Likud. Nah sekarang mungkin anda mulai paham.

Seperti halnya ISIS menyalahgunakan Islam dengan menyelewengkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadis serta tanda-tanda akhir zaman seperti munculnya panji hitam, begitu pun dengan Partai Likud menunggangi Yudaisme dengan mengaitkan perjuangan mereka dengan pembangunan “Third Temple“. Walaupun menurut pandangan Yahudi Haredim dan Hasidim, Third Temple tidak dibangun oleh tangan manusia.

Haredim dan Hasidim menolak Zionisme karena mereka melihat Zionisme telah membawa buruk citra yahudi dan membuat yahudi semakin dibenci. Tapi  Neo-Zionis berhasil menarik simpati kelompok Kristen fundamentalis di Amerika Serikat yang dalam singkat cerita menjadi dasar sokongan Amerika Serikat untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Jadi munculnya fenomena bahwa di dalam tubuh negara Israel sendiri terjadi konfik dan sengketa, bahwa ada kelompok yang bukan Yahudi tapi menyokong Zionisme dan ada orang Yahudi ortodoks yang menolak Zionisme.

Tapi, begitu hebat Yahudi, banyak orang membenci mereka, tapi mereka sama sekali tidak dikenali. (RA-1/P1)

Miraj News Agency (MINA)

Referensi lanjutan:

-Alain Dieckhoff. The Invention of a Nation: Zionist Thought and the Making of Modern Israel.

-DR. Ahmad Saylabi, Muqaranah al-adyan al-yahudiyah

 

 

 

Wartawan: Rifa Arifin

Editor: Rifa Arifin

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.