Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Politikus Khaleda Jarrar, Perjuangan Tahanan Perempuan Palestina (Seri 2)

Ali Farkhan Tsani - Ahad, 16 Januari 2022 - 01:09 WIB

Ahad, 16 Januari 2022 - 01:09 WIB

4 Views

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Wartawan Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Khaleda Kanaan Muhammad Jarrar (58 tahun), perempuan kelahiran 9 Februari 1963, dan tinggal di Ramallah  ini adalah seorang politikus paling vokal Palestina. Dia adalah anggota Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) dan Dewan Legislatif Palestina (PLC).

Wikipedia mencatat, Khalida Jarrar adalah perwakilan Palestina di Dewan Eropa dan saat ini menjadi ketua Komite Tahanan PLC.

Dia memainkan peran utama dalam permohonan Palestina untuk bergabung dengan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat

Keluar Masuk Penjara

Khaleda diadili pada tahun 2015 dan dipenjara selama 15 bulan. Kemudian bebas dan ditangkap kembali dalam penahanan administratif pada tahun 2017 selama 20 bulan.

Dia ditangkap kembali pada 31 Oktober 2019, delapan bulan setelah pembebasannya dari penahanan administratif yang berlangsung selama 20 bulan. Ia pun dimasukkan ke dalam penjara pendudukan Israel Damoon.

Saat itu tentara pendudukan menyerbu rumahnya di Kamp Al-Bireh sekitar pukul sembilan pagi. Rumahnya digeledah, dan kemudian dia diinterogasi. Dia dicurigai sebagai anggota dan memegang posisi di “organisasi teroris” versi Zionis.

Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya

Pada 27 November 2019, otoritas pendudukan mengajukan dakwaan terhadap Khaleda, yang mencakup klausul dalam dirinya memegang posisi dalam organisasi Front Populer, yang dilarang oleh perintah militer.

Sumber dari Asosiasi Dukungan Tahanan dan Hak Asasi Addameer menyebutkan, pada tanggal 1 Maret 2021, Pengadilan Militer Ofer mengeluarkan putusannya terhadap anggota Dewan Legislatif, Khaleda Jarrar, dengan memenjarakannya untuk jangka waktu 24 bulan dan 12 bulan dengan hukuman percobaan 5 tahun sejak hari pembebasannya, di ditambah denda 4000 shekel (lebih dari Rp18 juta).

Setelah menghabiskan dua tahun di penjara pendudukan, otoritas pendudukan membebaskan Khaleda pada Ahad (26/9/2021).

Ia sempat kehilangan putri bungsunya, Suha Jarrar (31 tahun), yang wafat pada tanggal 11/7/2021, saat dia berada di dalam penjara Israel. Otoritas penjara menolak untuk memberikan izin kepada Khaleda berziarah melihat perpisahan terakhirnya.

Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza

Kisah di Balik Penjara

Ketika Khaleda ditangkap tentara pendudukan yang mengepung rumahnya di kota Ramallah pada 2/4/2015 pukul 01.00 dini hari, tentara menyita dua komputer dan perangkat seluler miliknya.

Setelah penangkapannya, ia dipindahkan ke pemukiman Beit El, dan kemudian ke kamp tentara pendudukan dekat desa Jaba, timur Yerusalem. Pada pukul 07.30, dia dipindahkan ke kamp Ofer dekat Ramallah.

Satu jam setelah kedatangannya di kamp, ​​​​interogasi dimulai dengannya, dan interogasi berlanjut selama lebih dari 4 jam terus menerus.

Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon

Selama waktu itu, dia menolak untuk berurusan dengan intelijen pendudukan dan mempertahankan haknya untuk tetap diam dan menahan diri dari makan dan minum. Dalam kondisi diborgol ia dipindahkan ke Penjara Wanita Hasharon di utara Palestina yang diduduki.

Pada media Al-Watan ia menceritakan bagaimana kondisi di tahanan. “Otoritas pendudukan mengisolasi saya di penjara pendudukan, dan dua tahanan perempuan, Marah Bakir dan Shorouq Dwayat. Administrasi penjara juga mencegah pengacara mengunjungi kami,” ujarnya.

Ia menambahkan, di antara kesulitan yang dihadapi tahanan perempuan di dalam penjara pendudukan adalah mencegah kunjungan, mencegah kontak komunikasi dengan keluarga, membatasi masuknya pakaian salin, dan penyitaan buku.

Tahanan perempuan tidak diam saja, mereka mencoba menghadapi semua itu dengan mengambil langkah-langkah protes.

Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka

Pasukan pendudukan begitu takut mengadaoi Khaleda Jarrar yang dianggap sebagai salah satu tokoh politik dan sosial Palestina yang paling menonjol. Dia bekerja sebagai direktur Yayasan Addameer untuk Perawatan Tahanan dan Hak Asasi Manusia dari tahun 1994 hingga 2006, sampai dia terpilih sebagai wakil di Dewan Legislatif Palestina.

Ia terus diawasi dan beberapa kali harus ditangkap karena posisinya yang bertanggung jawab atas berkas tahanan di Dewan Legislatif Palestina dan anggota Komite Nasional Tertinggi, yang berpotensi untuk menindaklanjuti berkasnya ke akses Pengadilan Kriminal Internasional.

Ketika di dalam penjara, dia sempat menderita infark di jaringan otak akibat suplai darah yang tidak mencukupi karena pembekuan darah. Ia juga terkena kolesterol tinggi.

Dia mengatakan bahwa proses pemindahan dia dari penjara ke pengadilan dan kemudian kembali ke penjara biasanya memakan waktu sekitar 16 jam dalam keadaan yang sangat sulit. Karena itu, ia banyak kehilangan haknya, yaitu fasilitas kesehatan yang tak tersedia bagi perempuan.

Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant

Pembebasannya

Addameer mempublikasikan kasus anggota parlemen Khaleda Jarrar di tingkat internasional dengan berkomunikasi dengan Persatuan Antar-Parlemen, Parlemen Eropa, Dewan Eropa dan lain-lain.

Kemudian, dakwaan dan ringkasan dari semua sesi pengadilan dan analisis hukum masing-masing diterjemahkan. Addameer juga mengundang semua badan dan lembaga internasional yang peduli dengan masalah ini tahanan Palestina di penjara pendudukan.

Publlikasi gencarnya menyebabkan Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia dan Amnesty International mengeluarkan pernyataan yang menyerukan pembebasan Khaleda.

Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian

Sejumlah besar diplomat, pengacara internasional dan lembaga internasional menghadiri sesi pengadilan MP Khaleda Jarrar secara teratur.

Kantor Berita MINA melaporkan, otoritas penjara Israel akhirnya membebaskan pemimpin Khaleda Jarrar, setelah hukuman dua tahun terakhirnya, pada Ahad (26/9/2021).

Segera setelah pembebasannya dari Penjara Damoun, tempat para tahanan perempuan, dia langsung ke pemakaman putrinya Suha, yang meninggal Juli lalu. Saat wafatnya, dia tidak diperbolekan pihak penjara untuk menjenguk putrinya.

Klub Tahanan Palestina mengatakan, Khaleda Jarrar adalah salah seorang pejuang perempuan Palestina yang ditangkap dan dipenjara beberapa kali oleh pendudukan Israel.

Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza

Khaleda menikah dengan Ghassan Jarrar, seorang pengusaha yang juga memiliki pengalaman panjang dalam penahanan administratif, penyelidikan dan deportasi. Mereka memiliki dua putri, Yafa dan Suha. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Hamas Tegaskan, Tak Ada Lagi Pertukaran Tawanan Israel Kecuali Perang di Gaza Berakhir

Rekomendasi untuk Anda