Jenewa, MINA – Para politisi Libya yang berseteru bertemu pada hari Rabu (26/2) untuk pembicaraan politik damai yang disponsori PBB di Jenewa, bertujuan mengakhiri putaran terakhir pertempuran di ibu kota negara itu, Tripoli.
Negosiasi politik itu adalah salah satu dari tiga jalur diplomatik yang dimediasi PBB yang sedang berlangsung, mengikuti kesepakatan pekan ini antara para pejabat militer untuk memformalkan gencatan senjata yang goyah di sekitar Tripoli, demikian Arab News melaporkan.
Kesepakatan gencatan senjata yang dinyatakan, sekarang sedang ditinjau oleh para pemimpin Libya yang bersaing, membahas kembalinya ribuan warga sipil yang mengungsi ke Tripoli. Tetapi itu tidak menyebutkan poin-poin utama pertikaian, seperti penarikan pasukan wilayah timur atau demobilisasi milisi tangguh yang secara longgar bersekutu dengan pemerintah Tripoli yang didukung PBB.
Kemajuan negosiasi damai terhenti selama beberapa pekan terakhir, ketika bentrokan intensitas rendah berlanjut di sekitar Tripoli dan senjata-senjata mengalir ke negara yang dilanda perang itu.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Libya Timur Abdulhadi Lahweej mengatakan pada Rabu bahwa pemerintahnya, yang sejajar dengan pemerintahan Tripoli, tidak dapat memaksa warga suku timur untuk mengangkat blokade minyak yang katanya adalah “keputusan rakyat.”
Sementara Pemerintah Tripoli yang diperangi semakin bergantung pada Turki untuk memasok bantuan militer, termasuk pertahanan udara dan milisi yang dikerahkan dari Suriah di dekatnya, untuk mengusir kemajuan pasukan Khalifah Haftar dari Timur. (T/RI-1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20