Jakarta, MINA – Kepala Biro Multimedia Divisi Humas Polri, Brigjen Polri Rikwanto menilai media juga telah ikut memberikan sumbangan dalam membesarkan terorisme.
Menurutnya, lima kasus terorisme pasca bom di Gereja Surabaya (13/5) tahun 2018, terjadi dalam waktu sangat dekat yang kemudian diberitakan oleh semua media secara terus-menurut membuat terorisme merasa besar diri.
“Hati-hati media juga ikut memberikan sumbangsih membersarkan terorisme. Terorisme dianggap berhasil apabila diberitakan secara besar-besaran. Bom Surabaya, disini media niatnya untuk memberitakan apa adanya, ini malah justru mempromosikan terorisme,” katanya dalam diskusi publik Pemberitaan dan Penyiaran Tentang Terorisme di Hotel Borobudur, Jakarta pada Rabu (30/05).
Ia melanjutkan, begitupun sebaliknya, jika tindakan terorisme tidak mendapat perhatian dari media, maka aksi teror yang dilakukan terorisme dianggap gagal.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Terkait itu, maka informasi yang diberikan harus terlebih dahulu diverifikasi, mana yang boleh dan tidak untuk di publikasikan.
Selain itu, media juga tidak terlalu berlebih-lebihan dalam memberitakan aksi terorisme untuk menghindari terjadinya tindakan-tindakan susulan.
Dalam hal ini ia juga mengingatkan media perlunya kepekaan dan mengedepankan etika dalam peliputan sesuai peraturan Komis Penyiaran Indonesia (KPI) tentang pedoman perilaku penyiaran (P3) tahun 2012.
Ia menambahkan, media juga harus menghilangkan stigmatisasi teroris kepada satu agama atau suku tertentu, namun ada pihak yang ingin mengaitkan teroris dengan Islam. Sementara pada faktanya pelaku kejahatan yang dipidana dari berbagai latar belakang. Dalam hal ini, pihaknya (polisi) mempidanakan pelaku berdasarkan perbuatannya.
Baca Juga: Lomba Mewarnai dan Menggambar Al-Aqsa Meriahkan Festival Baitul Maqdis di Samarinda
“Media jangan memberitakan pelaku teroris identik dengan agamanya. Selama ini, teroris itu cenderung dilabelkan ke Islam. Ada yang mati-matian menyandingkan ke Islam, dan ada ulama yang mati-matian menolak itu. Saya kira media harus menghilangkan labelisasi ini,” tambahnya. (L/R10/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kedatangan Ulama Asal Palestina Disambut Meriah Santri Al-Fatah Lampung