Pondok Pesantren Asas Pendidikan Islam di Tanah Nusantara

Oleh: , Kared Arab MINA

adalah sebuah institusi bercorak islami yang sangat dekat keberadaannya dengan masyarakat Indonesia, Malaysia sejak zaman dahulu.

Seiring berkembangnya zaman dan pemikiran, tak luput pondok pesantren pun mengalami sentuhan perubahan dengan majunya waktu.

Masyarakat saat ini mengenal pondok seperti pesantren modern berasrama, tak luput dari fokus pembelajarannya pun berbeda-beda: ada pondok pesantren Tahfiz, pondok pesantren ecopreneur di mana santrinya selain diajarkan ilmu agama juga menekuni usaha ekonomi.

Asal muasal kata pondok berasal dari kosa kata arab ‘funduuq’ yang berarti rumah tumpangan/gubuk. Dalam konteks penamaan gubuk, di situ lah dipelajari kitab-kitab Islam klasik bersama kyai/tuan gurunya, gubuk-gubuk yang didirikan berhamparan dengan masjid/surau di mana para santri dan kyainya tinggal.

Pondok adalah sekolah formal tertua di tanah melayu ini didirikan oleh para ulama’ untuk mencetak generasi ulama’ alim lagi rabbani yang mengabdi pada masyarakat.

Istilah penamaan Pondok masih familiar di wilayah Malaysia dan Patani, adapun di Indonesia saat ini mayoritas menggunakan Pesantren dan dayah untuk di Aceh.

Meski tertantang zaman, keberadaan pondok pesantren tetap eksis dan dibutuhkan oleh masyarakat muslim bahkan keunggulannya tidak kalah dengan sistem pendidikan-pendidikan yang lain.

Lantas apa ciri keunggulan pondok pesantren yang membedakan dengan lainnya? Apakah ciri yang menjadi pembeda antara pondok dan sekolah/ma’had Tahfiz dan Sekolah Agama Modern?

Setidaknya ada tujuh karakteristik yang mencirikan sebuah madrasah atau sekolah dinamani pondok. Poin-poin ini yang saya amati dari sekian banyak jenis-jenis pondok pesantren :

Karakteristik pertama,

Salah satu ciri pembelajaran di  pondok yang sangat istimewa adalah pengajian menggunakan kitab Turath atau juga dikenali kitab-kitab kuning klasik Ahlul Sunnah Wal Jamaah. seperti Syarah Alfiah ibnu Malik, Syuzur Az Zahab, Minhajul Tolihin, Iqna’, Tafsir Jalalain, Al-Mahalli, Lataif Al Isyarah, Minhajul Abidin, Hikam Ibnu Atha’illah, Ummul Barahin, Hasyiah Dusuki, Syarah Jauharah At Tauhid dan lain-lain.

Karakteristik kedua, Manhaj Ilmu

Sistem pembelajaran pondok sangat ‘straight’ dalam hal ini. Manhaj ilmu dalam pengajian harus jelas supaya tak lahir santri yang tidak jelas pegangannya. Manhaj ilmu dalam tradisi Nusantara, pondok pesantren biasanya memegang erat As-Ash’ariah dan Maturidiah sebagai madzhab Akidah, bertaut kasih dengan Madzhab Syafi’i dalam Fiqh (tanpa menolak pengajian madzhab lain) serta bersimpul kemas dalam amalan tasawuf aliran Imam Al Ghazali dan Imam Junaid Al Baghdadi.

Setelah santri terkokohkan dengan tiga usul agama ini, baru lah santri akan diajarkan dengan pelbagai disiplin ilmu lain dengan lebih mendalam. Apabila akar sudah kuat, Insya-Allah pohon akan kokoh dan buahnya akan terasa manis.

Karakteristik ketiga, Pengajian kitab lembar demi lembar sampai Khatam

Ciri terpenting sistem pondok yang membedakannya dengan sistem perkuliahan (Universitas) adalah Kitab – kitab turath ini dibaca secara lembar per lembar sampai khatam bertalaqqi dihadapan kyainya. Bukan semata-mata dibacakan saja, tapi diajarkan sampai semua santri memahami isi kandungan kitab.

Kyai pondok biasanya menjabarkan kata, kalimat demi kalimat yang terurai dalam kitab tersebut dan santri memerhatikan dan tak jarang mengoret-oret dalam kitab mereka supaya terjaga dalam hafalan.

Karakteristik keempat, Murni

Pengajian pondok murni dari campuran sistem-sistem lain. Bukan bermaksud menafikan kelebihan sistem tahfiz atau pembelajaran akademik lainnya, namun, ketika santri mengikuti sistem ini, fokus adalah salah satu kuncinya, Jika mereka minat menghafal Al Quran, boleh fokus selesaikan hafalan terlebih dahulu sebelum masuk sistem pondok.

Begitu juga mata pelajaran akademik, bisa diambil nanti. Hal ini dikarenakan jadwal santri pondok sangat padat, mulai setelah subuh hingga larut malam. Setidaknya 7-8 kitab yang mencakup berbagai disiplin ilmu akan dibacakan oleh Kyainya dalam sehari.

Karakteristik kelima, Ilmu Alat Bahasa Arab

Yang menjadi kekuatan dan keunikan pengajian pondok adalah pada penguasaan ilmu alat Bahasa Arab. Para santri belajar lembar demi lembar dengan metode terjemahan harfiah kitab-kitab ilmu alat seperti nahwu, saraf, balaghah (Maani, bayan dan badi’), mantik dan i’rab.

Selain itu, para santri akan diuji penguasaan ilmu Bahasa Arab mereka dengan membaca kitab kuning yang tidak berharakat di hadapan kyai. Mereka harus membaca dengan benar dengan mengi’rabkan kata demi kata yang dibaca supaya betul secara tahqiq dan tadqiqnya.

Pembelajaran dengan metode ini tidak akan berhasil sekiranya kyai tidak membacakan kitab-kitab selain Bahasa Arab, karena saat talaqqi itu, santri mendengar bagaimana kyai membaca, mengenal ibarat-ibarat dan mendapat perbendaharaan kata.

Karakteristik keenam, Adab

Adab adalah ilmu yang sangat ditekankan di pondok, bahkan adab menjadi identitas melekat pada kyai dan asatidz para guru dan tentunya para santri. Dalam tradisi pondok di Indonesia, para santri yang baru masuk pondok akan dibacakan kitab adab dan pemantapan ilmu fardhu ain.

Kitab adab yang masyhur dibaca adalah Ta’alim Al Mutaalim. Kyai bukan hanya sekadar membaca kitab adab tetapi mentarbiyah secara langsung dalam kehidupan kyai bersama santri. Oleh kerana itu, kyai pondok harus memiliki jiwa murabbi untuk mendidik santri.

Jika tidak begitu, maka tidak ada bedanya antara sistem pondok dan sistem pembelajaran modern yang mana kyai hanya penyampai ilmu di ruang kelas tetapi tiada tarbiyah adab secara langsung kepada santri.

Karakteristik ketujuh, Hidup bersama

Di Pondok, para santri menjalani kehidupan bersama kyai karena rumah kyai dan pondok santri berada dalam satu kawasan yang sama. Ini tradisi yang penting dipelihara. Para santri akan solat berjamaah, berdzikir bersama kyai, beraktivitas bersama kyai dan berkhidmat kepada kyai. Ini sangat memberi kesan kepada jiwa dan rohani santri.

Ketika hidup berdampingan, maka berlaku pentauladanan akhlak batin (tawadhu’, zuhud, sabar) dan secara lahir budi pekerti tinggi dari kyai kepada santri. Santri menyaksikan akhlak mulia (zahir dan batin) kyainya secara tatap muka santri mempraktekan apa yang dicontohkan gurunya.

Sifat-sifat batin kyai inilah yang berpindah pada murid, yang disebut oleh ulama tasawuf sebagai ilmu yang berpindah dari dada ke dada yang menghasilkan tazkiyah nafs (penyucian diri) dari hal-hal yang buruk dan tidak baik.

Kesimpulan

Dari ketujuh karakteristik tersebut terlihat ciri khusus dan pembeda sistem pondok dengan sistem pendidikan lainnya. Semoga sistem ini langgeng dan terbuka untuk berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Ketujuh karakteristik tersebut merupakan intisari dari kehidupan pondok pesantren. Mengubah bentuk bangunan boleh saja asalkan bukan pondasinya.

Semoga sistem warisan ratusan tahun ini tetap terjaga sebagai benteng pendidikan Ulama’ ahlul sunnah wal jama’ah.(A/RA-1/P1)

Miraj News Agency (MINA)

Wartawan: Rifa Arifin

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.