Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pondok Pesantren dan Peradaban Islam (Bagian 2)

Ali Farkhan Tsani - Senin, 6 Februari 2023 - 19:00 WIB

Senin, 6 Februari 2023 - 19:00 WIB

17 Views

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Dai Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Wartawan Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency)

Di antara sendi-sendi peradaban adalah asas penghargaan terhadap ilmu pengetahuan. Sebuah revolusi ilmu pengetahuan yang mampu menolak kesesatan, prasangka tak berdasar, khurafat dan kebatilan. Sebuah ruh keilmuan yang melahirkan semangat pembelajaran sepanjang hayat (long life education) serta penelitian dan pengembangan (research) secara luas dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Itu adalah semangat “Iqra”, ayat Allah turunkan pertama kali kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Semangat pembelajaran, semangat menuntut ilmu, semangat meneliti, semangat mengembangkan ilmu pengetahuan

Keunggulan ilmu pengetahuan dunia Islam itu, yang diawali dengan perintah membaca (iqra’) dalam makna seluas-luasnya, pada akhirnya memunculkan peradaban dunia yang menakjubkan dan dapat menaungi seisi permukaan bumi dengan membawa kesejahteraan, kebaikan dan kemajuan umat dan bangsa.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Keunggulan dalam menggali ilmu pengetahuan itu dikembangkan oleh lembaga-lembaga pendidikan pada jamannya di berbagai wilayah. Sejak awal kedatangan dan penyebaran Islam memang demikian, seruan untuk belajar sangat kuat. Tempat-tempat untuk pembelajaran terus berkembang, mulai dari tempat yang disebut dengan Shuffah di serambi Masjid Nabawi pada jaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian terus berkembang pada masa Sahabat, Kerajaan (Mulkan) dan seterusnya, di antaranya dalam bentuk Kuttab dan Madrasah.

Pusat pengajaran Kuttab menurut Prof. Dr. Raghib As-Sirjani, dianggap sebagai lembaga pendidikan tertua di kalangan kaum Muslimin. Kedudukan Kuttab pada abad pertama Hijriyah merupakan prioritas yang sangat menjadi perhatian. Tujuan pokok pengajaran di dalam Kuttab adalah menghafal Al-Quran, ilmu-ilmu agama Islam dan belajar baca tulis.

Kuttab berkembang hingga ke wilayah Timur di kawasan Semenanjung India, Asia Tengah, Iran, dan Timur Tengah. Kemudian ke wilayah Afrika hingga ke Andalusia (Spanyol). Selanjutnya, berkembang lembaga pendidikan madrasah atau sekolah yang banyak tumbuh terutama di Damaskus (Suriah), Baghdad (Irak), dan Kairo (Mesir).

Adapun lembaga pengajaran dan pengembangan Islam di wilayah Indonesia, berkembang melalui lembaga pendidikan Islam tertua berupa pondok pesantren.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Kehadiran Pondok Pesantren

Dalam konteks ke-Indonesia-an, sejarah telah mencatat dengan tinta emas, bahwa pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia. Keberadaannya memiliki peran sangat penting, mulai dari masa pergerakan perjuangan melawan penjajahan, meraih kemerdekaan dari penjajahan, mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), hingga mengisinya dengan pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Bahkan jika dirunut ke belakang, pondok pesantren di Indonesia memiliki peran sangat besar, baik bagi perkembangan dakwah Islam maupun bagi perjalanan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Dr Zamakhsyari Dhofier, Rektor Universitas Sains Al-Quran Wonosobo, Jateng, menyebutkan tradisi pondok pesantren sebagai ujung tombak pembangunan peradaban Melayu Nusantara antara abad ke-15 sampai abad ke-18 menjadikan mayoritas penduduk Nusantara beragama Islam.

Sebagai bagian dari peradaban Melayu Nusantara selama berabad-abad, tradisi pesantren saat ini merupakan lembaga pendidikan yang memiliki jaringan sosial dan keagamaan yang kuat antar lembaganya di seluruh provinsi. Jaringan yang kuat tersebut dinamis dan saling menunjang. (Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. 2019. h. 278).

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Kehadiran pondok pesantren di Indonesia tersebut sejak dahulu hingga saat ini pun tidak hanya menghasilkan santri-santri yang memiliki pengetahuan agama Islam dan peran dakwah sosialnya. Namun juga mampu menciptakan manusia-manusia yang cerdas secara intelektual, membentuk manusia beriman, bertakwa, beretika dan berestetika, serta dapat mengikuti perkembangan masyarakat.

Pondok pesantren juga kemudian berkembang turut serta mengajarkan keterampilan dan kemandirian, sehingga santri-santrinya dapat menjadi manusia-manusia yang paripurna dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama.

Dari sini terlihat bagaimana lulusan pondok pesantren itu menjadi cerminan masa depan peradaban bangsa Indonesia sebagai masa depan peradaban yang berbudi luhur, yang tingkat keunggulannya mampu bersaing dengan peradaban dunia lainnya. Dalam hal ini, pondok pesantren mempunyai potensi, peluang dan kompetensi mencetak generasi peradaban bangsa.

Terkait ini, kualitas rakyat Indonesia untuk menunjang peradaban bangsa itu dapat ditumbuhkan oleh dan dalam lembaga pendidikan yang berkualitas, dalam segala jenis dan tingkatannya. Salah satu caranya adalah dengan memberdayakan kekuatan lembaga-lembaga pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri, yaitu lembaga pondok pesantren.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Pondok pesantren menjadi lembaga pendidikan Islam yang begitu penting dalam menata peradaban bangsa, mengingat di dalamnya tidak hanya memperkaya pikiran santri dengan penjelasan-penjelasan agama Islam. Namun juga mengedepankan nilai-nilai akhlak, kemanusiaan, kemandirian, keuletan dan kesederhanaan, yang menjadi semangat dari peradaban Islam di dunia pada masa jayanya.

Nilai-nilai pondok pesantren ini dikenal dengan istilah “Panca Jiwa Pesantren”(Lima Jiwa Pesantren), yang terdiri dari : keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwwah Islamiyyah dan kebebasan.

Dalam pandangan Ahmad Muthohar AR, yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Fathul Huda Demak, Jateng, dari pondok pesantrenlah dapat dikembangkan kepribadian Muslim, yaitu kepribadian yang bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia, bermanfaat dan berkhidmat kepada masyarakat, mampu berdiri sendiri, bebas, teguh dalam kepribadian, menyebarkan dan menegakkan agama Islam dan kejayaan umat Islam. (Ideologi Pendidikan Pesantren di Tengah Arus Ideologi Pendidikan. 2007. h. 92).

Ahmad Muthohar menambahkan, melalui pendidikan pondok pesantren inilah santri-santri memperoleh nilai-nilai kehidupan yang bersumber pada universalitas ajaran Islam. Nilai-nilai dari universalitas ini kemudian secara kontekstual disesuaikan dengan realita sosial masyarakat. Dengan demikian nilai-nilai yang dikembangkan di pondok pesantren bukan hanya berorientasi ukhrawi. Namun juga orientasi duniawi, yang tidak lepas dari nilai-nilai ukhrawi.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang pada Pasal 3 menyebutkan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Santri-santri yang berakhlak mulia, bermanfaat dan berkhidmat kepada masyarakat, artinya adalah bahwa dari mereka generasi mendatang inilah akan muncul calon-calon pemimpin umat, masyarakat dan bangsa yang memiliki keunggulan akhlak mulia, beretos kerja tinggi, tidak terjebak dalam budaya korupsi, jujur dan adil, serta memberikan manfaat kepada sebanyak mungkin ke masyarakat.

Ini karena santri-santri sudah terbiasa dengan budaya gotong royong dan bersih-bersih lingkungan (amal shalih) misalnya, juga guyup rukun terhadap tetangga pada acara-acara bersama. Sekaligus itu semua adalah bentuk pengabdian masyarakat (khadimul ummah) yang berperan dalam meningkatkan jiwa sosial dan kepemimpinan santri-santri.

Sejalan dengan itu, disebutkan juga di dalam Undang-Undang RI Nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren. Disebutkan di dalam Pasal 3, Pesantren diselenggarakan dengan tujuan:

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

  • membentuk individu yang unggul di berbagai bidangyang memahami dan mengamalkan nilai ajaran
    agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, mandiri, tolong-menolong, seimbang, dan moderat;
  • membentuk pemahaman agama dan keberagamaanyang moderat dan cinta tanah air serta membentukperilaku yang mendorongterciptanya kerukunan hidupberagama; dan
  • meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang berdaya dalam memenuhi kebutuhan pendidikan warga negara dan kesejahteraan sosial masyarakat

Selanjutnya, pendidikan nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, akan jauh lebih mudah tercapai oleh santri-santri yang telah dididik dengan kebiasaan dan komunitas kebaikan selama mondok di pesantren. Di sini tampak peran pondok pesantren sangat nyata dalam pembentukan karakter tersebut.

Inilah pendidikan karakter (character building) yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, bangsa, bakan dunia. Mengutip pandangan Prof. Dr. Zainuddin Maliki,M.Si. yang mengatakan bahwa dalam dunia pendidikan, manusia berkarakter merupakan outcome yang ingin diwujudkan. (Mendongkrak Mutu Pendidikan Sebuah Tawaran Pemikiran. 2021).

Pendidikan karakter ini dikembangkan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan peserta didik, dalam hal ini para santri, untuk aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses pendidikan, baik mental maupun fisik. Pola ini dilaksanakan dengan pembelajaran interaktif yang berfokus pada optimalisasi kemapuan pencapaian prestasi peserta didik.

Prof. Zainuddin Maliki menambahkan, pembentukan pendidikan karakter ditandai dengan aktivitas kreatif antara lain dalam hal : mengembangkan etos semangat mengejar prestasi, meningkatkan kualitas kepemimpinan yang tinggi, mengembangkan kerjasama dengan masyarakat dan berbagai agen perubahan, berorientasi pada nilai-nilai pemberdayaan masyarakat, bisa bekerja secara professional dan melibatkan tanggung jawab orang tua.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Maka, tepatlah jika dikatakan bahwa belajar di pondok pesantren memiliki dua kelebihan. Selain mendapat pelajaran agama, santri-santri di pondok pesantren juga memperoleh pelajaran umum. Yang keduanya menopang pendidikan karakter.

Ilmu memang bisa mengantar orang meraih sukses. Tetapi, ilmu dan kepribadian yang tangguh akan menghasilkan manusia tangguh dan unggul. Itulah kelebihannya pendidikan di pondok pesantren.

Dengan rumusan pendidikan yang berfungsi sebagai media pembentukan karakter atau watak itulah, maka secara sosiologis pendidikan akan dapat melahirkan sumber daya manusia bermartabat. Karena itu, sebagai lembaga pengkaderan generasi, pondok pesantren merupakan tempat latihan untuk santri-santri agar dapat menjadi sumber daya manusia unggul berkarakter yang mampu berdiri sendiri dan membina diri agar tidak menggantungkan sesuatu kepada orang lain, kecuali kepada Allah, lias tawakkal penuh kepada Allah, setelah usaha maksimal.

Karena itu, para kyai, pengasuh pondok pesantren, sangat menganjurkan dzikir yang sangat masyhur, dan banyak diamalkan sebagai salah satu wirid harian, yaitu :

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ

Artinya: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. (QS Ali Imran/3: 173).

Bacaan dzikir ini biasanya dilanjutkan dengan kalimat:

نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِير

Artinya: “Dia adalah Sebaik-baik pelindung dan Sebaik-baik penolong.” (QS Al-Anfal/8: 40).

Inilah dzikir “Hasbunallah Wani’mal Wakil” yang menegaskan semangat tauhid pada diri orang-orang beriman. Yaitu bahwa hanya kepada Allah sajalah tempat untuk berserah diri, bergantung dan bertawakkal. Karena itu, kemandirian yang dicanangkan pondok pesantren pun tidak lepas dari kemandirian dalam pertolongan Allah.

Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa

Maka dengan segala dinamikanya, pondok pesantren semakin dipandang sebagai lembaga yang merupakan pusat dari perubahan-perubahan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan tarbiyah dan dakwah Islam serta sosial kemasyarakatan. (A/RS2/R1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Kolom
Kolom