MINA – Informasi terkait Israel hancurkan 88% (persen) Jalur Gaza, Palestina dan gencatan senjata antara negara Suriah dan Israel menjadi sorotan pembaca Minanews.net sepekan edisi 14-20 Juli 2025.
Israel telah menghancurkan lebih dari 88% dari total luas Jalur Gaza dan menggusur 2 juta warga Palestina sejak melancarkan perang genosida pada 7 Oktober 2023, menurut laporan statistik yang dirilis oleh Kantor Media Pemerintah di Gaza pada Jumat (18/7).
Dilansir dari Anadolu, laporan yang menandai hari ke-650 perang tersebut, memperkirakan bahwa Israel telah menjatuhkan 125.000 ton bahan peledak di Gaza dan menyebabkan kerugian lebih dari $62 miliar.
Perang brutal tersebut juga mengakibatkan “evakuasi paksa 2 juta warga sipil” dan 77% wilayah kantong seluas 360 kilometer persegi tersebut dikuasai oleh pasukan Israel.
Baca Juga: Paus Leo XIV Desak Gencatan Senjata Usai Serangan ke Gereja di Gaza
Laporan tersebut menyebutkan, jumlah total warga Palestina yang syahid atau hilang mencapai 67.880. Ini mencakup lebih dari 19.000 anak-anak dan 12.500 perempuan, di antaranya 8.150 ibu dan 953 bayi.
Gencatan Senjata antara Suriah-Israel
Israel dan Suriah menyepakati gencatan senjata setelah konflik antara kedua negara yang kembali memanas. Keputusan ini mendapat dukungan dari Türkiye, Yordania, dan negara-negara tetangga lainnya.
Ketegangan bermula pada 13 Juli di Suwayda, Suriah selatan, ketika terjadi bentrokan antara suku Badui Arab dan kelompok bersenjata Druze. Situasi makin memburuk setelah Israel melancarkan serangan udara ke posisi militer Suriah dan infrastruktur di Damaskus, dengan alasan untuk melindungi komunitas Druze.
Baca Juga: PM Australia: Serangan terhadap Pencari Bantuan di Gaza Tidak Dapat Dibenarkan
Duta Besar Amerika Serikat untuk Ankara, Tom Barrack, mengonfirmasi kesepakatan gencatan senjata ini.
“Perdana Menteri Israel @Netanyahu dan suriah/">Presiden Suriah @SyPresidency yang didukung oleh AS @SecRubio telah sepakat atas gencatan senjata yang juga didukung oleh Türkiye, Yordania, dan negara tetangga lainnya,” kata Barrack dalam platform X pada Jumat (18/7) malam.
Barrack juga mengimbau semua pihak agar menghentikan kekerasan dan membangun perdamaian.
“Kami menyerukan kepada komunitas Druze, Badui, dan Sunni untuk meletakkan senjata dan bersama komunitas minoritas lainnya membangun identitas Suriah yang baru dan bersatu. Kami mendesak semua warga Suriah untuk saling menghormati dan hidup damai serta sejahtera dengan tetangga mereka,” tambahnya.
Baca Juga: Pemerintah Suriah Umumkan Gencatan Senjata di Suwayda, Serukan Kepatuhan Semua Pihak
Upaya gencatan senjata ini juga didorong oleh Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, pada Rabu sebelumnya mengatakan bahwa telah disepakati sejumlah langkah untuk mengakhiri “situasi yang meresahkan dan mengerikan.”
Tanda-tanda de-eskalasi terlihat setelah pasukan pemerintah Suriah mulai menarik diri dari Suwayda (wilayah pusat konflik).
Sementara itu, Kepresidenan Suriah secara resmi mengumumkan gencatan senjata menyeluruh pada Sabtu (19/7), menegaskan bahwa semua pihak harus mematuhinya.
“Segera hentikan semua operasi tempur di seluruh wilayah, lindungi warga sipil, dan pastikan bantuan kemanusiaan dapat disalurkan tanpa hambatan,” kata pernyataan resmi pemerintah Suriah.
Baca Juga: Utusan Khusus AS: Gencatan Senjata Tercapai antara al-Sharaa dan Netanyahu
Pemerintah juga memperingatkan bahwa setiap pelanggaran atas keputusan ini “akan dianggap sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan nasional, dan akan dikenakan tindakan hukum sesuai konstitusi dan hukum yang berlaku.”
Pihak kepresidenan turut menyerukan agar semua pihak memberi ruang bagi negara dan pasukan Suriah untuk menjalankan gencatan senjata secara bertanggung jawab guna mengakhiri pertumpahan darah dan menjamin stabilitas nasional.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Separuh Anak-Anak Afghanistan Alami Kemiskinan Pangan Parah