MINA – Informasi terkait Petinggi Israel yang mengumumkan berita bohong soal kematian Abu Ubaidah Juru Bicara Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, di Kota Gaza dan Global Sumud Flotilla menjadi sorotan pembaca Minanews.net dalam pekan ini (1-7 September 2025).
Petinggi Zionis Israel mengumumkan bahwa serangan udaranya berhasil menewaskan Abu Ubaidah, juru bicara Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, di Kota Gaza. Menteri Pertahanan Israel Yisrael Katz menyatakan,
“Serangan ini telah membunuh Abu Obeida di Gaza,” seperti dilaporkan Al Jazeera, Ahad (31/8) mengutip rilis resmi yang diterbitkan Militer Israel dan dinas keamanan Shin Bet.
Dalam pernyataannya, militer Israel menyebutkan bahwa operasi dilakukan berdasarkan informasi intelijen terkait keberadaan Hudhayfah al-Kahlout yang dikenal dengan nama Abu Ubaidah.
Baca Juga: Usia Senja, Bukan Akhir Segalanya, Teruslah Berkarya
“Kami berhasil menargetkan Abu Obeida kemarin,” bunyi keterangan resmi. Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan, “Militer kami sedang menunggu hasil operasi terhadap Abu Obeida.”
Namun, Hamas dengan tegas membantah klaim tersebut. Melalui kanal resmi Tabayen, gerakan itu menyebut laporan yang beredar hanyalah kesalahpahaman akibat adanya kesamaan nama.
“Alhamdulillah, keluarga Abu Ubaidah dalam keadaan baik,” demikian pernyataan resmi Hamas, Senin (1/9).
Hamas menjelaskan bahwa korban sebenarnya adalah keluarga Ahmad Samir Quneita, seorang warga Gaza yang juga dikenal dengan panggilan Abu Ubaidah, bukan juru bicara Al-Qassam.
Baca Juga: Tiga Muslimah, Satu Bendera, dan Seruan Kemanusiaan dari “Titik Nol Kilometer” untuk Palestina
“Kami menyerukan kepada seluruh media internasional agar berhati-hati, selalu memverifikasi informasi, dan tidak menyebarkan kabar dari sumber tidak resmi,” tambah pernyataan Hamas.
Kabar mengenai kematian Abu Ubaidah pertama kali muncul dari media Arab Saudi, Al Arabiya, pada Ahad (31/8). Media itu mengutip sumber Palestina yang menyebut tentara Israel menyerang apartemen tempat Abu Ubaidah berada dan menewaskan semua orang di dalamnya.
Meski demikian, Hamas menegaskan bahwa informasi valid hanya dapat diakses melalui laman resmi atau kanal Telegram Tabayen.
Kontroversi terkait kabar kematian Abu Ubaidah ini menyoroti pentingnya verifikasi berita di tengah perang informasi yang terus berlangsung di Gaza.
Baca Juga: Hijrah Muslimah: Dimulai dari Niat, Dikuatkan dengan Ikhlas
Lebih dari 50 kapal dari sedikitnya 44 negara berangkat dari Pelabuhan Barcelona pada 31 Agustus 2025, bergabung dengan rombongan kedua di perairan Tunisia awal September, sebelum berlayar bersama menuju Gaza.
Armada Global Sumud Flotilla membawa ribuan aktivis, tokoh dunia, serta bantuan makanan, obat-obatan, dan air bersih bagi masyarakat Gaza yang menghadapi krisis kemanusiaan terburuk dalam beberapa dekade.
Keberangkatan armada ini, termasuk delegasi dari Indonesia, menghadapi tantangan berat. Cuaca ekstrem memaksa sejumlah kapal kembali ke pelabuhan, sementara ancaman militer Israel semakin membayangi.
Baca Juga: Kepemimpinan Umar Bin Khattab Saat Krisis dan 5 Langkah Solutif Bangun Kepercayaan Menurut Islam
Tel Aviv menuduh para aktivis sebagai “teroris” dan mengancam menahan mereka tanpa proses deportasi. Meski begitu, para peserta menegaskan pelayaran damai ini bertujuan membuka gaza/">blokade Gaza.
Sejumlah tokoh dunia turut berpartisipasi, di antaranya aktivis lingkungan Greta Thunberg, mantan Wali Kota Barcelona Ada Colau, aktor Liam Cunningham, serta anggota Parlemen Eropa dari Italia. Kehadiran mereka memperkuat pesan bahwa penderitaan rakyat Palestina adalah isu kemanusiaan global. Solidaritas juga datang dari serikat pekerja pelabuhan di Eropa, seperti Genoa, Italia, yang siap menghentikan ekspedisi barang ke Israel jika armada dihalangi.
Armada ini dijadwalkan berkumpul di perairan Tunisia pada 7 September sebelum melanjutkan perjalanan bersama menuju Gaza. Misi kali ini disebut sebagai flotilla terbesar dan paling terorganisir sejak tragedi Mavi Marmara 2010, ketika sembilan aktivis gugur akibat serangan Israel di perairan internasional.
Global Sumud Flotilla lahir dari kolaborasi berbagai aliansi kemanusiaan dunia, termasuk Freedom Flotilla Coalition, Global Gaza Movement, Maghreb Sumud Flotilla, dan Sumud Nusantara. Kata “Sumud” diambil dari bahasa Arab yang berarti keteguhan, mencerminkan perlawanan rakyat Palestina terhadap blokade dan pendudukan.
Baca Juga: Teka-Teki Hudzaifah dan Kecerdasan Ali Bin Abi Thalib
Anggota parlemen Prancis, Marie Mesmeur dari La France insoumise, turut serta dalam flotilla ini. Ia menegaskan, misi mereka adalah membela hak hidup semua orang dan mendesak Presiden Emmanuel Macron mengakui genosida di Gaza serta melarang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melintas di wilayah udara Prancis. Menurutnya, inisiatif rakyat ini lahir akibat kegagalan pemerintah dunia untuk bertindak.
Israel telah memblokade Gaza selama 18 tahun dan sejak Maret 2025 menutup total semua penyeberangan, melarang masuknya bantuan. Kondisi ini membuat 2,4 juta penduduk Gaza terjerumus dalam kelaparan. Sejak Oktober 2023, lebih dari 64.200 warga Palestina terbunuh akibat agresi Israel, yang kini tengah diselidiki Mahkamah Pidana Internasional dan Mahkamah Internasional atas dugaan genosida. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Selamatkan Masa Depan Anak, Indonesia Harus Berani Putus Mata Rantai Industri Tembakau