Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[POPULER MINA] Demo Atasi Kelaparan Gaza dan Solusi Dua Negara

Hasanatun Aliyah Editor : Rudi Hendrik - 10 menit yang lalu

10 menit yang lalu

4 Views

Demo warga Eropa aksi solidaritas Palestina. (Quds Press)

Jakarta, MINA – Informasi terkait demonstrasi diberbagai negara sebagai protes kepada pemimpin negara untuk mengatasi kelaparan di Gaza, Palestina dan solusi dua negara menjadi sorotan pembaca Minanews.net dalam sepekan (28 Juli-3 Agustus 2025).

Aksi demonstrasi besar-besaran berlangsung di berbagai negara pada Sabtu (2/8), mengecam genosida kelaparan yang terjadi di Jalur Gaza akibat blokade ketat penjajah Zionis Israel. Demonstrasi ini juga menyerukan solidaritas untuk rakyat Palestina serta desakan kepada dunia internasional agar segera membuka akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Puluhan ribu orang turun ke jalan di berbagai kota di Eropa, termasuk Paris, Oslo, Manchester, London, Stuttgart, Bremen, Wolfsburg, Berlin, Roma, Aarhus, Kopenhagen, Helsingborg, dan Stockholm. Mereka menuntut penghentian genosida kelaparan, gencatan senjata segera, serta akses penuh bagi bantuan kemanusiaan.

Di Tunisia, ratusan aktivis menggelar aksi protes di pusat kota Tunis. Aksi ini merupakan protes pekanan ke-94 yang diorganisir oleh Asosiasi Pendukung Palestina di Tunisia sejak perang genosida dimulai pada 7 Oktober 2023. Mereka konsisten menyuarakan keadilan bagi rakyat Gaza.

Baca Juga: 88 persen Penyelidikan Kejahatan Militer Israel di Gaza Berakhir Tanpa Hasil

Murad Al-Yaqoubi, juru bicara asosiasi, menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengorganisir aksi protes hingga kejahatan terhadap Gaza dihentikan. “Hari ini, kami meneriakkan slogan-slogan menentang kelaparan di Gaza. Buka perlintasan, cukup kejahatan kalian,” tegasnya.

Di Indonesia, ribuan orang dari berbagai daerah memadati kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, dalam aksi bertajuk “Selamatkan Gaza”. Peserta mengenakan pakaian putih, membawa bendera Palestina, serta memukul alat masak seperti panci dan wajan sebagai simbol perlawanan terhadap kelaparan.

Aksi tersebut digagas oleh Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI), dengan dukungan berbagai tokoh nasional dan agama. Mereka menyerukan agar pemerintah dan komunitas internasional bertindak cepat untuk menghentikan penderitaan di Gaza.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan tiga warga Gaza meninggal dunia dalam 24 jam terakhir akibat kelaparan dan malnutrisi. Sejak Oktober 2023, total korban kelaparan telah mencapai 162 orang, termasuk 92 anak-anak.

Baca Juga: Demo di Beberapa Kota di Eropa Protes Genosida dan Kelaparan di Gaza

Kantor Hak Asasi Manusia PBB mencatat bahwa sebanyak 1.373 warga Palestina terbunuh saat mencari bantuan makanan di Gaza. Sebagian besar dari mereka ditembak pasukan Israel sejak Mei, saat distribusi bantuan dimulai oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung AS dan Israel.

PBB menyuarakan kekhawatiran atas meningkatnya korban jiwa. Farhan Haq, juru bicara Deputi Sekjen PBB, mengutip laporan OCHA yang menyatakan lebih dari 100 orang tewas hanya dalam dua hari terakhir, sementara ratusan lainnya terluka di sekitar jalur distribusi bantuan yang dijaga militer Israel.

Dari dalam Gaza, protes juga datang dari para pemimpin suku Badui. Mereka menolak sistem distribusi bantuan yang diawasi Israel dan AS, karena dinilai penuh kekerasan dan tidak manusiawi.

“Anak-anak kami dibiarkan telanjang dan kelaparan. Kami menyaksikan kematian perlahan setiap hari sementara dunia hanya diam,” ujar Husni Salman al-Mughni, Kepala Otoritas Tertinggi untuk Urusan Suku.

Baca Juga: Puluhan Ribu Warga Israel Demo Tuntut Pertukaran Tahanan

Konferensi Solusi Dua Negara

Lebih dari 130 negara mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 29–30 Juli 2025 dan menyepakati New York Declaration yang mendorong solusi dua negara sebagai jalan damai bagi konflik Palestina–Israel.

Deklarasi ini menyerukan agar Israel menghentikan permukiman ilegal, kekerasan terhadap warga Palestina, dan penarikan pasukan dari Jalur Gaza. Israel juga didesak menyatakan dukungan terhadap pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. Selain itu, bantuan kemanusiaan harus diizinkan masuk tanpa hambatan.

Konferensi ini diinisiasi oleh Arab Saudi dan Prancis, serta menetapkan tenggat 15 bulan untuk berdirinya negara Palestina. Pernyataan bersama menekankan bahwa perang dan pendudukan tidak akan pernah menghasilkan perdamaian.

Baca Juga: Pemimpin Badui Gaza: Distribusi Bantuan AS-Israel Berlumuran Darah

Lebih dari 20 negara, termasuk Indonesia, Inggris, Turki, dan Uni Eropa, turut menandatangani dokumen tersebut. Mereka menyerukan aksi bersama untuk menghentikan perang di Gaza dan menolak perubahan demografi secara paksa di wilayah Palestina.

Namun, Amerika Serikat dan Israel menolak hadir dan menyebut konferensi ini hanya sebagai “aksi publisitas” yang justru memperpanjang konflik. Padahal, sejak Oktober 2023, lebih dari 60.000 warga Palestina telah tewas akibat agresi militer dan blokade.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Asosiasi Ulama Palestina Serukan Demonstrasi atasi Kelaparan Gaza

Rekomendasi untuk Anda