MINA – Informasi cendekiawan Muslim dan pakar perbandingan agama asal India, Dr. Zakir Abdul Karim Naik, kembali mengunjungi Indonesia dan perundang-undangan gencatan senjata terbaru antara Gerakan perlawanan Palestina, Hamas dan Penjajah Zionis Israel menjadi sorotan pembaca Minanews.net pekan ini edisi 7-13 Juli 2025.
Cendekiawan Muslim dan pakar perbandingan agama asal India, Dr. Zakir Abdul Karim Naik, kembali mengunjungi Indonesia dalam rangkaian safari dakwah di beberapa kota sepanjang Juli 2025.
Zakir Naik dikenal luas sebagai pembicara internasional yang menekankan logika dan sains dalam menjelaskan Islam, terinspirasi oleh Syaikh Ahmed Deedat.
“Banyak anak muda Muslim menganggap agama tidak relevan. Tugas saya adalah menjelaskan bahwa Islam justru sangat logis, ilmiah, dan sesuai fitrah manusia,” ujarnya.
Baca Juga: Anies: Indonesia Harus Hadir Aktif di Forum Internasional
Ahmed Deedat bahkan menyebut Zakir sebagai “Deedat Plus” pada 1994, dan memberinya penghargaan pada 2000 atas kiprah dakwahnya. Safari dakwah ini diharapkan memperkuat keimanan umat dan menjawab kesalahpahaman tentang Islam.
Perundingan Terbaru Gencatan Senjata Hamas-Israel
Perundingan gencatan senjata di Gaza masih menemui jalan buntu. Sumber Palestina kepada Al Mayadeen (10/7) menyebut Israel tetap memaksakan kendali militer di wilayah Gaza, termasuk Rafah, serta mempertahankan penyangga militer sepanjang perbatasan.
Sumber itu juga mengungkap Israel menetapkan rute bantuan kemanusiaan yang disebut warga Palestina sebagai “jebakan maut”.
Baca Juga: Kualitas Udara Tak Sehat, Kemenkes Imbau Waspada ISPA di Tengah Cuaca Panas
Hamas tetap berkomitmen pada gencatan senjata adil yang mengakhiri perang, menuntut penarikan penuh pasukan Israel, masuknya bantuan tanpa hambatan, dan penghentian permusuhan permanen.
“Netanyahu telah menolak proposal kami yang mencakup pembebasan semua tawanan sebagai imbalan atas gencatan senjata permanen,” tegas Hamas, dikutip Al Jazeera (10/7).
Hamas juga menuduh Netanyahu sengaja menunda proses demi memperpanjang penderitaan warga Gaza.
“Netanyahu mengatakan ‘kesepakatan komprehensif tidak memungkinkan’, yang menunjukkan niat jahatnya,” tambah Hamas.
Baca Juga: Local Staff Gathering EILS 2025 Bagikan Mushaf Al-Qur’an
Dalam empat hari perundingan terakhir yang dimediasi Qatar dan didukung AS, Hamas menyatakan kesiapannya membebaskan 10 sandera sebagai bagian dari skema pertukaran kemanusiaan.
Pemerintah AS berharap kesepakatan gencatan senjata 60 hari dapat tercapai sebelum akhir pekan. Dari 251 sandera yang ditahan Hamas sejak Oktober 2023, 49 masih ditahan dan 27 di antaranya dinyatakan tewas oleh Israel.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk pertama kalinya menyatakan kesediaan pada gencatan senjata 60 hari, tetapi tetap menuntut pelucutan senjata dan pembubaran Hamas.
“Jika kami tidak mendapatkan hasil sesuai kepentingan kami, maka perang akan dilanjutkan,” tegas Netanyahu, dikutip Al Jazeera (11/7).
Baca Juga: Angka Kawin Anak di Indonesia Terus Menurun Tiga Tahun Terakhir
Korban israel/">genosida Israel di Gaza sejak Oktober 2023 telah membunuh lebih dari 35.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, kejahatan Israel dalam pemusnahan itu memicu kecaman global.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pemerintah Luncurkan Pusat AI, Dorong Indonesia Jadi Kekuatan Digital