Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

POPULER MINA] Indonesia Mundur dari Sumut dan Israel Serang Qatar

Hasanatun Aliyah Editor : Rudi Hendrik - 1 menit yang lalu

1 menit yang lalu

0 Views

Asap tebal di salah satu lingkungan di Doha, ibu kota Qatar, membumbung tinggi setelah serangan udara Israel pada Selasa, 9 September 2025. (Gambar: X)

MINA, MINA – Informasi terkait delegasi Indonesia yang mundur dari pelayaran Global Sumud Flotilla dan Israel yang menyerang Qatar dengan jet tempurnya menjadi sorotan pembaca Minanews.net sepekan edisi 8-14 September 2025.

Indonesia Mundur dari Sumud Flotilla

Delegasi Indonesia resmi menarik diri dari pelayaran Global Sumud Flotilla (GSF) 2025 meski sejak awal menjadi salah satu kontributor terbesar dalam misi kemanusiaan internasional untuk menembus gaza/">blokade Gaza. Keputusan tersebut diambil setelah hampir dua pekan persiapan di Tunis, Tunisia, dengan mempertimbangkan faktor teknis serta keamanan.

Menurut keterangan resmi Global Peace Convoy (GPC) Indonesia, alasan mundurnya delegasi berkaitan dengan cuaca ekstrem, keterbatasan kapasitas kapal, dan hasil evaluasi teknis panitia internasional. Delegasi Indonesia secara sukarela memberikan jatah kursi kepada relawan internasional lain, langkah yang dipandang strategis demi keberhasilan misi flotilla secara keseluruhan.

Baca Juga: Kapal Pertama Global Sumud Flotilla Berlayar dari Tunisia ke Gaza

Meski batal ikut berlayar ke Gaza, kontribusi Indonesia mendapat apresiasi luas. Indonesia telah mengirimkan 30 relawan, menyediakan akomodasi bagi peserta lain di Tunis, serta menghadirkan lima kapal yang dinamai pahlawan nasional: Soekarno, Sultan Hasanuddin, Pangeran Diponegoro, Pati Unus, dan Malahayati. Melanie Schweizer dari Steering Committee GSF menyebut sikap Indonesia sebagai teladan karena menempatkan keberhasilan misi di atas kepentingan sendiri.

Armada GSF 2025 sendiri melibatkan 65 kapal dari 44 negara, menjadikannya misi sipil terbesar dalam dua dekade terakhir untuk menembus gaza/">blokade Gaza. Armada ini membawa makanan, obat-obatan, dan kebutuhan mendesak bagi lebih dari dua juta penduduk Gaza. Pelayaran dijadwalkan berlanjut pada 13–14 September setelah pemeriksaan mekanis dan evaluasi cuaca selesai dilakukan.

Bagi Indonesia, keberhasilan flotilla tidak semata diukur dari tercapainya tujuan berlayar, melainkan juga dari meningkatnya kesadaran dunia terhadap genosida Israel di Gaza. GPC Indonesia menegaskan bahwa kepulangan delegasi bukan akhir perjuangan, melainkan bagian dari persiapan menuju misi berikutnya dengan strategi lebih matang dan kolaborasi berkelanjutan.

Ucapan terima kasih turut disampaikan kepada KBRI Tunis atas dukungan penuh selama persiapan delegasi. Keputusan mundur ini juga dipengaruhi insiden berbahaya yang menimpa kapal Family Boat dan Alma Boat, yang sempat diserang bom drone tak dikenal pada 9–10 September. Seluruh penumpang selamat, namun peristiwa itu semakin menegaskan tingginya risiko misi flotilla.

Baca Juga: Mantan Panglima IDF Akui Telah Bantai Lebih dari 200 Ribu Warga Gaza

Lebih dari 50 kapal dari sedikitnya 44 negara berangkat dari Pelabuhan Barcelona pada 31 Agustus 2025, kemudian bergabung dengan rombongan kedua di perairan Tunisia awal September. Armada membawa ribuan aktivis, tokoh dunia, serta bantuan kemanusiaan, di tengah ancaman militer Israel yang menuduh para peserta sebagai “teroris” dan mengancam menahan mereka tanpa deportasi.

Sejumlah tokoh dunia turut berpartisipasi, termasuk aktivis lingkungan Greta Thunberg, mantan Wali Kota Barcelona Ada Colau, aktor Liam Cunningham, serta anggota Parlemen Eropa dari Italia. Kehadiran mereka memperkuat pesan bahwa penderitaan rakyat Palestina adalah isu kemanusiaan global.

Flotilla kali ini dipandang sebagai yang terbesar dan paling terorganisir sejak tragedi Mavi Marmara 2010, ketika sembilan aktivis gugur akibat serangan Israel di perairan internasional.

Zionis Israel Menyerang Qatar

Baca Juga: Hubungan Nepal dengan Israel Jadi Sorotan di Tengah Gerakan Antikorupsi

Zionis Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke ibu kota Qatar, Doha, pada Selasa (9/9). Sedikitnya 15 jet tempur dikerahkan dengan menembakkan lebih dari 10 rudal ke kawasan West Lagoon Bay. Serangan tersebut disebut-sebut menargetkan keberadaan pimpinan senior gerakan pejuang Palestina, Hamas, yang tengah berada di kota itu.

Militer Israel mengklaim operasi tersebut dilakukan dengan tingkat akurasi tinggi, memanfaatkan rudal jarak jauh serta jet tempur yang telah dimodifikasi. Beberapa media Israel juga mengeklaim serangan itu merupakan hasil kerja sama erat dengan badan keamanan Shin Bet, serta jaringan intelijen Tel Aviv yang disebut kuat di negara-negara Timur Tengah.

Menurut Profesor Studi Perang dari Deakin University, Ahmed Hashim, kemampuan intelijen Israel memungkinkan mereka mengidentifikasi pergerakan pimpinan Hamas dengan tepat. Meski demikian, Hamas menyatakan operasi itu gagal mencapai tujuannya karena para tokoh utama masih selamat.

Hamas dalam pernyataannya mengonfirmasi bahwa serangan tersebut memang ditujukan untuk membunuh jajaran pimpinan politik mereka. Namun, mereka menegaskan misi Israel gagal. “Meskipun sejumlah saudara kami telah syahid, delegasi tetap utuh dan musuh tidak berhasil mencapai tujuannya,” tulis Hamas dalam pernyataan resmi yang dikutip MINA, Rabu (10/9).

Baca Juga: Hal-Hal yang Diketahui Seputar Pembunuhan Charlie Kirk

Laporan menyebut lima anggota delegasi Hamas gugur akibat serangan itu, termasuk putra dari pimpinan senior Hamas, Dr. Khalil Al-Hayya, serta seorang pengurus kantornya. Kehilangan tersebut menambah daftar panjang korban akibat agresi Israel yang terus meluas di kawasan.

Serangan ke Qatar menuai kecaman luas dari berbagai negara. Qatar sendiri menilai serangan itu sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan. Dukungan kecaman datang dari Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Yordania, Mesir, Suriah, Irak, Iran, Oman, Sudan, Aljazair, Mauritania, Pakistan, Kazakhstan, hingga Rusia. Sementara negara-negara Eropa seperti Spanyol, Prancis, Inggris, dan Uni Eropa menilainya sebagai pelanggaran hukum internasional dan integritas teritorial Qatar.

Situasi di Timur Tengah pun kian memanas. Mengutip Al Jazeera, sejak awal pekan ini Israel telah melancarkan serangan ke enam negara, yaitu Palestina, Lebanon, Suriah, Tunisia, Qatar, dan Yaman, dengan dalih menargetkan kelompok Hamas. Aksi militer itu dianggap memperluas eskalasi konflik, melanggar kedaulatan negara lain, dan berpotensi memicu krisis kemanusiaan baru. Di Gaza sendiri, ribuan keluarga terpaksa mengungsi akibat gempuran yang menghancurkan rumah-rumah dan infrastruktur vital.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Presiden Prabowo Bahas Solidaritas Global dengan Emir Qatar di Doha

Rekomendasi untuk Anda