Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[POPULER MINA] Kunjungan Trump ke Timteng dan Kelaparan di Gaza

Hasanatun Aliyah Editor : Widi Kusnadi - 53 detik yang lalu

53 detik yang lalu

0 Views

Mohammed berusia lima tahu menderita malnutrisi parah di tengah perang genosida Israel di Jalur Gaza. (Foto:

MINA – Informasi terkait kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke beberapa negara Timur Tengah dan kelaparan yang melanda rakyat Palestina di Gaza menjadi sorotan pembaca Minanews.net dalam sepekan edisi 12-18 Mei 2025.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Arab Saudi pada Selasa, 13 Mei 2025 menandai langkah strategis dalam kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah.

Mengutip Arabnews, keberadaan Trump di Saudi ia juga ditemani oleh beberapa tokoh terkemukan AS seperti Elon Musk, CEO Black Rock Larry Fink. Kunjungan ini bagian dari agenda diplomatik untuk memperkuat hubungan di tengah dinamika regional yang terus berubah.

Trump menginisiasi Abraham Accord yang disinyalir memanfaatkan negara-negara Timur Tengah untuk memuluskan agenda politiknya menguasai Palestina.

Baca Juga: Setengah Juta Warga di London Demo Tolak Genosida Gaza

Trump juga dikenal menggulirkan kebijakan relokasi Gaza yang ditentang oleh hampir semua negara-negara Arab.

Sementara itu, ia mengumumkan perang dagang yang merugikan hampir semua negara yang memiliki hubungan dagang dengan AS.

Sementara itu, Arab Saudi lebih memilih untuk melakukan investasi besar-besaran di Amerika Serikat. Kerajaan tersebut berencana menginvestasikan sekitar USD 600 miliar (sekitar Rp9.800 triliun) di AS selama empat tahun ke depan, sebagai bagian dari strategi ekonomi yang sejalan dengan Visi 2030 untuk mendiversifikasi ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada minyak.

Tidak hanya Arab Saudi, Trump juga melakukan kunjungan dalam tiga hari berturut ke negara Timur Tengah lainnya, seperti Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA).

Baca Juga: AS Jajaki Relokasi Warga Gaza ke Libya

Kelaparan di Gaza, Palestina 

Terjadi kembali kelaparan di Gaza, Palestina menyebabkan sejumlah 57 warga meninggal, sebagian besar anak-anak, tercatat meninggal di daerah terblokade tersebut.

Mengutip Quds Pres Sabtu (17/5), Kantor Media Pemerintah setempat menyebutkan, penyebab kematian tersebut di samping karena kelaparan juga karena kekurangan gizi dan penyakit yang terkait dengan kerawanan pangan.

Warga Gaza kembali kekurangan bahan makanan dari pasar-pasar dan pusat-pusat bantuan.

Baca Juga: Rusia dan Ukraina Sepakati Pertukaran Tahanan, Terbesar Selama Perang

Kantor Media mengatakan, Presiden AS Donald Trump secara langsung bertanggung jawab, beserta pendudukan, atas kelaparan berkelanjutan yang dialami rakyat Palestina di Jalur Gaza.

Disebutkan bahwa pernyataan terbaru Trump saat berkunjung ke Arab Saudi mengenai Gaza tidak memberikan dampak nyata di lapangan, tetapi justru serangan pasukan Zionis tetap berlangsung, dan Gaza tetap dalam keadaan terblokade.

Media menambahkan bahwa apa yang terjadi adalah akibat langsung dari kolusi terang-terangan antara pendudukan dan sejumlah negara yang mensponsori genosida, terutama Amerika Serikat.

Kantor media tersebut mengonfirmasi bahwa pendudukan Israel terus menutup titik penyeberangan dan mencegah masuknya makanan, pasokan, dan barang-barang vital selama 77 hari berturut-turut, dalam rencana genosida melalui kelaparan sistematis yang merupakan kejahatan genosida, menurut hukum humaniter internasional dan Statuta Roma.

Baca Juga: Trump Cabut Sanksi Suriah Tanpa Beri Tahu Israel, Tel Aviv Khawatir

Pernyataan itu menekankan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza tidak lagi layak untuk dijelaskan atau dianalisis, tetapi justru menyerukan tindakan mendesak dan serius dari masyarakat internasional dan organisasi kemanusiaan dan hak asasi manusia untuk menghentikan kejahatan dan mengakhiri hukuman kolektif yang dialami oleh lebih dari 2,4 juta warga sipil, termasuk 1,1 juta anak-anak. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: WHO: Kurangnya Layanan Kesehatan Mental di Afghanistan Sangat Mengkhawatirkan

Rekomendasi untuk Anda