MINA – Menjelang keberangkatan Global Sumud Flotilla 2025 untuk menembus blokade Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan tekad menduduki wilayah tersebut.
Pernyataan ini kontras dengan misi kemanusiaan yang membawa bantuan logistik dan pesan solidaritas bagi lebih dari dua juta warga Gaza yang terkepung selama 17 tahun.
Netanyahu menyatakan bahwa meski ada gencatan senjata dan pertukaran sandera, Israel akan tetap menguasai Gaza demi alasan keamanan, memperkuat kesan adanya agenda pendudukan jangka panjang.
Jejak Panjang Perlawanan Damai Melalui Laut
Baca Juga: Ribuan Boneka Beruang Dibentuk Jadi Peta Palestina di Dataran Merdeka Malaysia
Flotilla bukan hal baru. Dunia masih mengingat insiden Mavi Marmara 2010, ketika aktivis internasional diserang pasukan Israel hingga menewaskan sembilan orang.
Kini, Global Sumud Flotilla 2025 melibatkan puluhan kapal dari 44 negara, termasuk aktivis lingkungan Greta Thunberg. Selain membawa bantuan, armada ini mengirim pesan bahwa solidaritas global menolak kebungkaman terhadap krisis Gaza.
Sumud Nusantara: Dukungan dari Asia Tenggara
Di Asia Tenggara, Sumud Nusantara menjadi motor gerakan, melibatkan organisasi kemanusiaan dari sembilan negara, termasuk Aqsa Working Group (AWG). Puncak kampanye berlangsung di Malaysia pada 22–24 Agustus, di Masjid Terapung, Terengganu, sebagai simbol solidaritas regional dan titik awal menuju jalur laut internasional.
Baca Juga: Karnaval Sumud Nusantara di Malaysia Jadi Gerakan Nyata Solidaritas Gaza
Mengapa Jalur Laut?
Jalur darat dan udara ke Gaza hampir tertutup. Laut menjadi satu-satunya akses langsung untuk bantuan. Selain nilai logistik, jalur laut membawa pesan politik bahwa pengepungan Gaza tak bisa diterima.
Krisis Kemanusiaan yang Mencekam
Menurut PBB, lebih dari 500.000 warga Gaza menghadapi kelaparan ekstrem. WHO menyebut situasi ini telah memenuhi definisi famine. UNICEF melaporkan lebih dari 5.000 anak menderita malnutrisi pada Mei 2025, meningkat 150% sejak Februari.
Baca Juga: Ribuan Peserta Konvoi Darat Sumud Nusantara Padati Dataran Merdeka Kuala Lumpur
Sistem kesehatan runtuh, pasokan air dan listrik minim, sementara izin untuk tim medis internasional sering ditolak.
Misi flotilla tidak akan menyelesaikan seluruh masalah, namun menjadi tanda bahwa dunia belum sepenuhnya berpaling dari Gaza.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: India Uji Coba Rudal Agni-5 di Tengah Ketegangan dengan AS