Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[POPULER MINA] Sumud Nusantara, Israel Kekeh Akan Duduki Gaza

Hasanatun Aliyah Editor : Widi Kusnadi - Ahad, 24 Agustus 2025 - 13:28 WIB

Ahad, 24 Agustus 2025 - 13:28 WIB

23 Views

Tanah Palestina yang dulunya penuh kedamaian dirampas dengan darah, air mata, dan penderitaan yang tak terhitung. (Foto: MInanews)

MINA – Menjelang keberangkatan Global Sumud Flotilla 2025 untuk menembus blokade Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan tekad menduduki wilayah tersebut.

Pernyataan ini kontras dengan misi kemanusiaan yang membawa bantuan logistik dan pesan solidaritas bagi lebih dari dua juta warga Gaza yang terkepung selama 17 tahun.

Netanyahu menyatakan bahwa meski ada gencatan senjata dan pertukaran sandera, Israel akan tetap menguasai Gaza demi alasan keamanan, memperkuat kesan adanya agenda pendudukan jangka panjang.

Jejak Panjang Perlawanan Damai Melalui Laut

Baca Juga: Serikat Pekerja Prancis Ultimatum dan Ancam Perdana Menteri

Flotilla bukan hal baru. Dunia masih mengingat insiden Mavi Marmara 2010, ketika aktivis internasional diserang pasukan Israel hingga menewaskan sembilan orang.

Kini, Global Sumud Flotilla 2025 melibatkan puluhan kapal dari 44 negara, termasuk aktivis lingkungan Greta Thunberg. Selain membawa bantuan, armada ini mengirim pesan bahwa solidaritas global menolak kebungkaman terhadap krisis Gaza.

Sumud Nusantara: Dukungan dari Asia Tenggara

Di Asia Tenggara, Sumud Nusantara menjadi motor gerakan, melibatkan organisasi kemanusiaan dari sembilan negara, termasuk Aqsa Working Group (AWG). Puncak kampanye berlangsung di Malaysia pada 22–24 Agustus, di Masjid Terapung, Terengganu, sebagai simbol solidaritas regional dan titik awal menuju jalur laut internasional.

Baca Juga: Aktivis Italia F. Lotta Bergabung dengan Global Sumud Flotilla Menuju Gaza

Mengapa Jalur Laut?

Jalur darat dan udara ke Gaza hampir tertutup. Laut menjadi satu-satunya akses langsung untuk bantuan. Selain nilai logistik, jalur laut membawa pesan politik bahwa pengepungan Gaza tak bisa diterima.

Krisis Kemanusiaan yang Mencekam

Menurut PBB, lebih dari 500.000 warga Gaza menghadapi kelaparan ekstrem. WHO menyebut situasi ini telah memenuhi definisi famine. UNICEF melaporkan lebih dari 5.000 anak menderita malnutrisi pada Mei 2025, meningkat 150% sejak Februari.

Baca Juga: Senat AS Luncurkan Inisiatif Bersejarah Akui Negara Palestina

Sistem kesehatan runtuh, pasokan air dan listrik minim, sementara izin untuk tim medis internasional sering ditolak.

Misi flotilla tidak akan menyelesaikan seluruh masalah, namun menjadi tanda bahwa dunia belum sepenuhnya berpaling dari Gaza.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Trump Ingin Kuasai Lagi Pangkalan Udara Bagram, China Tegaskan Kedaulatan Afghanistan

Rekomendasi untuk Anda