Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

POSTER ANTI-ISLAM MENUAI KONTROVERSI DI NEW YORK

Rudi Hendrik - Senin, 22 September 2014 - 15:03 WIB

Senin, 22 September 2014 - 15:03 WIB

857 Views

poster-anti-islam
Salah satu poster yang dbuat "Inisiatif Pertahanan Kebebasan Amerika" yang diedarkan di New York, Senin.

islam/">anti-islam.jpg" alt="poster-islam/">anti-islam" width="327" height="184" /> Salah satu poster yang dbuat “Inisiatif Pertahanan Kebebasan Amerika” yang diedarkan di New York, Senin.

New York, 27 Dhulqo’dah 1435/22 September 2014 (MINA) –  Mulai hari ini, poster-poster anti Islam ditempatkan di jalan dan bus umum di kota New York, Amerika Serikat,  menuai kontroversi  masyarakat umum, aktivis HAM serta komunitas Muslim sendiri.

Aksi digalang oleh Inisiatif Pertahanan Kebebasan Amerika yang dipimpin Pamela Geller, wanita kontroversial yang pernah dikecam karena komentar-komentarnya yang islam/">anti-Islam. Sebuah kampanye iklan serupa miliknya di Washington DC juga memicu kontroversi tahun ini, dan pemerintah Inggris  pernag  menolaknya masuk ke Inggris  pada 2013, mengatakan kehadirannya “tidak kondusif untuk kepentingan publik”.

Menurut Telegraph, kampanye anti Islam ini akan ditempatkan di 100 bus-bus publik di New York.

Salah satu kampanye provokasi yang dibuat kelompok ini  bertuliskan, “Menurut Hamas MTV: Membunuh Yahudi adalah sebuah ibadah yang mendekatkan kepada Allah.”

Baca Juga: Jadi Buronan ICC, Kanada Siap Tangkap Netanyahu dan Gallant

Poster provokasi lainnya yang dibuat Islamicjewshatred.com  bertuliskan, “Kebencian Islam terhadap Yahudi ada di dalam Al-Quran.  Dua pertiga bantuan kita  dikirimkan ke negara-negara Islam. Jadi hentikan bantuan ke negara-negara Islam.”

Di samping poster-poster itu, kelompok-kelompok ini juga memasang poster provokasi lain yang mengaitkan Islam dengan negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dengan menampilkan wartawan AS yang menurut sebuah video dipenggal oleh kelompok ISIS.

Kampanye provokasi ini menuai kecaman dan dukuangan yang beragam dari warga New York   dan banyak dari mereka mendokumentasikannya ke jejaring sosial dan berkomentar tentan hal ini.

Komentar warga New York

Baca Juga: Survei: 37 Persen Remaja Yahudi di AS Bersimpati dengan Hamas

Salah satunya, Bill de Blasio, walikota New York yang menggambarkan  kampanye provokasi ini “keterlaluan dan salah”.

“Pesan-pesan kebencian hanya berfungsi untuk  memecah dan menstigmatisasi ketika kita harus  bersatu sebagai  sebuah kota,” katanya kepada The New York Daily News, Jumat, saat wacana ini muncul di media-media.

Tidak hanya itu, warga AS yang kini tinggal di Timur Tengah John Cross  berkomentar dalam sebuah jejaring sosial dengan mengatakan, “Sebagai seorang Amerika Kristen yang tinggal di  Timteng saya katakan betapa malu diri saya  dengan kelompok-kelompok yang mempromosikan kebencian seperti ini.”

Hal serupa juga disampaikan warga New York lainnya, seperti Basant Tyaqi yang mengatakan, “Saya bukan Muslim, tapi  ngeri melihat kota  sendiri mendukung kebencian di tempat-tempat publik seperti ini.”

Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu

Di samping kecaman-kecaman yang muncul,  ada beberapa komentar yang mendukung hal ini. Seperti disampaikan warga  bernama Ivette Fiala yang  mengatakan, “Bagaimana  ini bisa disebut mempromosikan kebencian ketika hanya menyatakan fakta yang benar?”

Tidak kalah, warga AS lainnya Joseph Lawson mengatakan kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), bahwasannya kampanye ini menunjukan upaya kelompok tertentu yang ingin menghidupkan kembali Islamofobia di AS seperti dulu.

Terlepas  dari itu, 800  ribu Muslim yang tinggal di New York terancam situasi islamofobia kembali  sejak kemunculan ISIS menuai  kepanikan negara-negara barat.(T/R04/R03)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza

 

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Khadijah
Internasional
MINA Health
Amerika
Amerika