New York, 27 Dhulqo’dah 1435/22 September 2014 (MINA) – Mulai hari ini, poster-poster anti Islam ditempatkan di jalan dan bus umum di kota New York, Amerika Serikat, menuai kontroversi masyarakat umum, aktivis HAM serta komunitas Muslim sendiri.
Aksi digalang oleh Inisiatif Pertahanan Kebebasan Amerika yang dipimpin Pamela Geller, wanita kontroversial yang pernah dikecam karena komentar-komentarnya yang islam/">anti-Islam. Sebuah kampanye iklan serupa miliknya di Washington DC juga memicu kontroversi tahun ini, dan pemerintah Inggris pernag menolaknya masuk ke Inggris pada 2013, mengatakan kehadirannya “tidak kondusif untuk kepentingan publik”.
Menurut Telegraph, kampanye anti Islam ini akan ditempatkan di 100 bus-bus publik di New York.
Salah satu kampanye provokasi yang dibuat kelompok ini bertuliskan, “Menurut Hamas MTV: Membunuh Yahudi adalah sebuah ibadah yang mendekatkan kepada Allah.”
Baca Juga: Jadi Buronan ICC, Kanada Siap Tangkap Netanyahu dan Gallant
Poster provokasi lainnya yang dibuat Islamicjewshatred.com bertuliskan, “Kebencian Islam terhadap Yahudi ada di dalam Al-Quran. Dua pertiga bantuan kita dikirimkan ke negara-negara Islam. Jadi hentikan bantuan ke negara-negara Islam.”
Di samping poster-poster itu, kelompok-kelompok ini juga memasang poster provokasi lain yang mengaitkan Islam dengan negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dengan menampilkan wartawan AS yang menurut sebuah video dipenggal oleh kelompok ISIS.
Kampanye provokasi ini menuai kecaman dan dukuangan yang beragam dari warga New York dan banyak dari mereka mendokumentasikannya ke jejaring sosial dan berkomentar tentan hal ini.
Komentar warga New York
Baca Juga: Survei: 37 Persen Remaja Yahudi di AS Bersimpati dengan Hamas
Salah satunya, Bill de Blasio, walikota New York yang menggambarkan kampanye provokasi ini “keterlaluan dan salah”.
“Pesan-pesan kebencian hanya berfungsi untuk memecah dan menstigmatisasi ketika kita harus bersatu sebagai sebuah kota,” katanya kepada The New York Daily News, Jumat, saat wacana ini muncul di media-media.
Tidak hanya itu, warga AS yang kini tinggal di Timur Tengah John Cross berkomentar dalam sebuah jejaring sosial dengan mengatakan, “Sebagai seorang Amerika Kristen yang tinggal di Timteng saya katakan betapa malu diri saya dengan kelompok-kelompok yang mempromosikan kebencian seperti ini.”
Hal serupa juga disampaikan warga New York lainnya, seperti Basant Tyaqi yang mengatakan, “Saya bukan Muslim, tapi ngeri melihat kota sendiri mendukung kebencian di tempat-tempat publik seperti ini.”
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Di samping kecaman-kecaman yang muncul, ada beberapa komentar yang mendukung hal ini. Seperti disampaikan warga bernama Ivette Fiala yang mengatakan, “Bagaimana ini bisa disebut mempromosikan kebencian ketika hanya menyatakan fakta yang benar?”
Tidak kalah, warga AS lainnya Joseph Lawson mengatakan kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), bahwasannya kampanye ini menunjukan upaya kelompok tertentu yang ingin menghidupkan kembali Islamofobia di AS seperti dulu.
Terlepas dari itu, 800 ribu Muslim yang tinggal di New York terancam situasi islamofobia kembali sejak kemunculan ISIS menuai kepanikan negara-negara barat.(T/R04/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza