Jakarta, 8 Dzulqa’dah 1435/3 September 2014 (MINA) – Mohamad Hery Saripudin, Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, mengatakan, potensi ekonomi kawasan Afrika masih sangat menjanjikan bagi para pengusaha Indonesia.
Ia mengatakan pada diskusi Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri (FKKLN) “Perkembangan terkini ekonomi dan sosial Afrika, Potensi dan Peluang Pasar” di Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Jakarta, Rabu (3/9).
Menurutnya, Afrika cukup menarik secara ekonomi mengingat prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2011-2015, dari 10 negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, 7 di antaranya merupakan negara Afrika Sub-Sahara.
Ketujuh Negara tersebut adalah : Ethiopia (8,1%), Mozambique (7,7%), Tanzania (7,2%), Kongo dan Ghana (7,0%), Zambia (6,9%) serta Nigeria (6,8%).
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Afrika merupakan benua masa depan, apalagi di sana memiliki sekitar 30% sumber cadangan energi dunia,” kata Mohamad Hery, di depan peserta dari kalangan pejabat pemerintah, pelaku bisnis, wartawan dan civitas akademika.
Ia menambahkan, Afrika juga merupakan penghasil mineral dunia, berupa : uranium (30% produksi dunia),bauksit (8% produksi dunia), kobalt (70% dunia), tembaga (9% dunia), emas (50% dunia), berlian (57% dunia) dan alumunium (4% produksi dunia).
Kekayaan sumber alam di benua hitam itu juga sangat besar, meliputi emas, permata, uranium, besi, tembaga, dan lainnya. Sektor pertanian (food security) di sana, juga merupakan potensi pasar ekonomi dunia, imbuhnya.
Hanya, menurutnya, masih ada kesan negatif kebanyakan masyarakat Indonesia mengenai Afrika, yaitu pada umumnya identik dengan kemiskinan, konflik, perang saudara, kelaparan, bencana alam, dan sebagainya
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Potensi 936 juta penduduk
Sementara itu, Direktur Jenderal / Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Dr. Darmansjah Djumala,MA dalam sambutannya mengatakan, secara demografi-ekonomi, dengan jumlah penduduk sekitar 936 juta, tentu kawasan Afrika memiliki potensi menjanjikan.
“Penduduk Afrika memerlukan pakaian, sarung, bahkan baju ihram, rata-rata buatan China,” ungkapnya.
Katanya lagi, Jika peluang itu digarap, banyak produk Indonesia yang dapat dijual ke sana, busana jilbab, batik, dan lainnya.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
“Dulu ada tokoh Afrika Nelson Mandella yang mempromosikan baju batik Indonesia,” ujarnya.
Diskusi diselenggarakan atas kerjasama Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (Pusat P2K2 Aspasaf), Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri, Center for Southeast Asian Studies (CSEAS), Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI), dan Universitas Al-Azhar Indonesia.
Tampil sebagai narasumber lainnya, Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kementerian Perdagangan, Ari Satria,SE,MA, dan Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, Broto Wardoyo,S.Sos,M.A. Serta sebagai moderator Dr. Arisman, Executive Director of CSEAS Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. (L/P009/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng