Jakarta, MINA – Berbicara diskusi buku Takhrij Hadits Durratun Nasihin diterbitkan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, M.A mengatakan, ketika kita berbicara hadits maka merujuknya kepada Al-Qur’an terlebih dahulu.
“Hadits adalah otoritas yang Allah berikan kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam untuk menjelaskan Al-Quran,” kata Said di Lobby Convention Hall Jakarta Islamic Centre, Jakarta Utara, pada Kamis (21/3).
“Nabi punya otoritas untuk menerangkan keglobalan Al-Qur’an, maksud-maksud Al-Qur’an dan penjelasan itu semua disebut dengan hadits Nabi atau disebut juga dengan Assunah an Nabawiyyah,” ujarnya seraya mengutip surah An-Nahl ayat 44.
“Maka dalam kajian ilmu hadits semua kitab hadits memberikan pendahuluan apa itu definisi hadits, apa definisi Assunnah, apa definisi Atsar,” jelasnya.
Baca Juga: Jawa Tengah Raih Penghargaan Kinerja Pemerintah Daerah 2024 untuk Pelayanan Publik
Terkait dengan penulis buku Takhrij Hadits Durratun Nasihin, yakni Dr KH Lutfi Fatullah, Prof Said mengaku terus berinteraksi dengan almaghfurlah sampai ketika ia kritis karena Covid-19.
“Saat sakit kena Covid, beliau masih kirim pesan kepada saya,” katanya.
“Beliau asisten saya di pasca, namun beliau orangnya sibuk, terakhir ketika dia sakit itu sms kepada saya dikirimkan foto ruang rumah sakit,” ungkapnya.
“Sempat komunikasi saya, tiga hari setelah itu Allah SWT panggil dia,” tambah Prof Said.
Baca Juga: Cuaca Jabodetabek Berawan Jumat Ini, Hujan Sebagian Wilayah
Guru Besar bidang Fiqh dan Ushul Fiqh yang juga seorang qari’ dan penghafal Qur’an ini juga bersaksi bahwa Kiai Lutfi adalah orang yang sangat serius dalam pencarian perawi hadits. “Ini kelebihan beliau,” ujarnya. (R/R4/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bedah Berita MINA, Peralihan Kekuasaan di Suriah, Apa pengaruhnya bagi Palestina?