Paris, MINA – Prancis, Belgia dan Jerman melaporkan kasus cacar monyet (monkeypox) pertama, setelah Australia, dan beberapa negara Eropa dan Amerika Utara.
Cacar monyet diidentifikasi pada seorang pria berusia 29 tahun di wilayah Ile-de-France, yang mencakup Paris, yang belum lama ini kembali dari negara tempat virus itu beredar, kata otoritas kesehatan Prancis, Jumat (20/5). Al Jazeera melaporkan.
Secara terpisah, lembaga mikrobiologi angkatan bersenjata Jerman mengatakan, telah mengkonfirmasi virus pada pasien yang telah mengembangkan gejala penyakit kulit.
Di Belgia, ahli mikrobiologi Emmanuel Andre mengkonfirmasi dalam tweet bahwa lab Universitas Leuven telah mengkonfirmasi kasus kedua dari dua kasus di negara itu, pada seorang pria dari Flemish Brabant.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Dengan meningkatnya jumlah kasus yang terdeteksi di beberapa negara Eropa, badan kesehatan Jerman Robert Koch Institute telah mendesak orang-orang yang kembali dari Afrika Barat untuk segera menemui dokter mereka jika mereka melihat ada perubahan pada kulit mereka.
Biasanya penyakit langka yang biasanya tidak berakibat fatal ini ditandai dengan demam, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, kedinginan, kelelahan, dan ruam seperti cacar air di tangan dan wajah.
Virus dapat ditularkan melalui kontak kulit dan cairan orang yang terkontaminasi, serta melalui barang-barang yang dipakai bersama seperti tempat tidur dan handuk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sedang mencermati masalah ini dan khususnya bahwa beberapa kasus di Inggris tampaknya telah ditularkan di dalam komunitas gay.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Kasus cacar monyet juga telah terdeteksi di Italia, Portugal, Spanyol dan Swedia serta di Australia, Amerika Serikat dan Kanada, yang menyebabkan kekhawatiran bahwa penyakit tersebut.
Penyakit ini terkonsentrasi di Afrika Tengah dan Barat dan diprediksi dapat menyebar.
Penyakit ini biasanya dapat sembuh setelah dua hingga empat pekan, menurut WHO. (T/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu